28 : Ditinggal Papa

1.7K 268 77
                                    

Jam 3 pagi dimana seharusnya kehidupan masih tenang aman dan damai tanpa gangguan apapun tidak bisa Johnny nikmati. Perihal keberangkatannya ke luar kota yang mengharuskannya berangkat pada pukul 5 nanti membuat Johnny mau tidak mau harus bersiap di saat semua orang masih bermimpi di alamnya masing-masing bukan harus sibuk mengurus isi koper ataupun mengurus anak bungsunya yang sedang memeluknya dari samping seperti koala memeluk dahan pohon. Padahal saat bangun tadi Johnny sudah berusaha tidak menimbulkan suara apapun, sayangnya Yuan yang merengek ingin tidur bersama Papa harus ikut terbangun. Alhasil dia sekarang merengek ini dan itu sehingga membuat Johnny sedikit repot memasukan beberapa keperluan dia nanti.

Lain Yuan lain Halim, jika anak bungsunya terbangun karena tidak mau di tinggal, anak sulungnya malah santai saja, tidur tanpa beban di saat Johnny sedang kerepotan seperti sekarang. Sudah di bangunkan pun tetap saja tidur pulas. Mungkin jika Halim bangun anak itu bisa sedikit membantunya. Tapi ya namanya juga Halim, mau Daddynya pergi kemanapun juga selama memiliki tujuan jelas dan dia tau kemana Daddy pergi, Halim tidak akan repot merengek ini itu. Paling-paling mengancamnya untuk beristirahat, makan teratur dan jangan sampai sakit. Tidak seperti Yuan yang bertingkah seperti Papa akan pergi ke Dubai dan tidak akan kembali dalam waktu dekat.

"Papa mau ngambil kemeja nak, ayo lepas dulu bentar." Johnny mengusap tangan Yuan yang sedang memeluk pinggangnya, "Sebentar aja abis ini Papa temenin kamu tidur lagi."

"Janji?"

"Iya janji, lepas dulu sebentar terus Yuan tunggu di kasur ya? Papa enggak lama kok."

"Okeee..."

Akhirnya Johnny bisa bernafas lega setelah sang anak duduk di kasur dengan mata yang sibuk mengikuti kemana pun dirinya bergerak. Tidak apalah selama anak itu bisa duduk anteng dan diam, Johnny akan memilih fokus pada barang-barang yang sudah di siapkan semalam dari pada anaknya merengek lagi seperti tadi. Bukan tanpa alasan Yuan terus menempeli Papa, dia tidak pernah suka jika Johnny harus pergi ke luar kota atau negeri.

Selain karena dia tau jika mereka berjauhan tidak ada yang mengingatkan Johnny untuk istirahat, makan atau sekedar mengangkat kepala dari berkas-berkas yang menumpuk Yuan juga takut terjadi sesuatu di saat mereka terpisah jarak. Tidak masalah jika dia yang terkena imbas, namun jika itu Papa dia tidak pernah mau membayangkannya. Maka dari itu jika Johnny atau Halim pergi Yuan sering merasa ketakutan tanpa sebab yang jelas. Dia hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada keduanya.

"Yuan? Ayo tidur, kamu ngelamun ya?"

"Hah?"

Johnny mengerutkan keningnya. "Ada apa? Dari tadi di panggil kamu malah diem."

"Papa udah beres? Udah siap?"

"Udah, ini tinggal mandi terus nunggu Wildan jemput kita ke bandara langsung."

Raut wajah Yuan langsung berubah murung begitu dia mendengar kata bandara. Meskipun Johnny hanya pergi ke Kalimantan tapi tetap saja jaraknya jauh sekali. Tidak bisa di susul hanya dengan motor milik Halim.

"Tidur sekarang ya? Masih ada waktu sebelum siap-siap sekolah nanti."

"Papa..." Yuan memanggil Johnny setelah dia berbaring di atas kasur.

"Iya?"

"Papa perginya cuma 3 hari kan? Enggak lama kan?"

Johnny tersenyum kemudian mengusap surai sang anak. "Enggak, Papa janji cuma 3 hari dan enggak akan lebih."

"Oma enggak akan kesini kan? Nanti pas Papa pergi terus Oma kesini gimana Papa?"

"Yuan takut?"

"Iya, Oma... Oma enggak akan ngelakuin hal aneh lagi kan? Aku enggak mau Papa. Kemarin di tembak aja lukanya sakit, Yuan enggak suka."

Johnny and His 2 Children || YangyangWhere stories live. Discover now