Saat Zizel sudah masuk kamar mandi Maclo mulai memasang seragam sekolah dan duduk sambil bermain hp. Pikirannya masih terbayang dengan apa yang Zizel lakukan.

Zizel selesai mandi dan ternyata kembali memakai baju santai bukan seragam sekolah.

"Zel! Sekolah lo mau libur lagi?"

Zizel menghentakkan kaki marah karena dipaksa terus. Ia memang sangat mengantuk, apa Maclo tak bisa melihat dari lingkaran di matanya.

"Gua ngantuk banget, semalem tidurnya pagi jam 3. Maclo jangan maksa kenapa sih!" rengek Zizel.

"Terserah lo sekolah apa nggak. Nanti gua pulang sekolah udah harus beres kita balik ke rumah." Maclo mengalah kali ini.

Zizel menahan tangan Maclo yang sudah mengambil kunci mobil. "Apa lagi?"

"Rambut lo masih basah, sini gua keringin dulu biar banyak cewek yang kecantol. Duduk." titah Zizel pada Maclo.

"Nggak mau! Gua gini aja nggak usah ganteng-ganteng kalau tujuan lo gitu." Maclo terus berjalan ke pintu.

Zizel berlari memeluk Maclo dari belakang lalu menarik cowok yang badannya lebih besar itu kembali mundur, dan didudukan di kasur.

"Jangan pergi nanti acu kwangen." Zizel mulai sok imut depan Maclo.

Zizel kaget kala pinggangnya direngkuh Maclo lalu cowok itu menempelkan pipi di perutnya.

"Maclo lo ngapain? Nggak ada dedek bayi disana adanya cacing yang minta dikasih makan." Zizel selesai mengerikan rambut Maclo.

"Lo apain rambut gua Zel?" Maclo merasa rambutnya dikuncir tengah seperti apel.

"Aaaa... Jangan dicopot ini lucuuu." Zizel menurunkan tangan Maclo.

"Nanti gua makin ganteng lo ketar-ketir." Maclo akan membuka ikatan rambut itu tapi Zizel cemberut marah.

Maclo menarik pinggang Zizel hingga gadis itu terduduk di pangkuannya.

"Ngamuk mulu heran. Senyum coba?" suruh Maclo. Zizel melipat tangan di dada melihat arah lain.

"Gua cium nih." ancam Maclo.

"Nih cium aja gapapa cepet." Zizel memanyukan bibir. "Clo! Lo meluk gua kenceng banget kegencet susunya!" Zizel memukul dada Maclo.

"Apanya yang kegencet? Mau gua elusin nggak." goda Maclo dengan senyuman nakal.

"Nih elus aja mumpung gua lagi baik." Zizel menepuk dua dadanya depan Maclo.

"Lo nantangin gua Zel? Jangan bikin otak gua kotor deh." Maclo menggelengkan kepala.

Zizel jengah karena cowok itu jual mahal ketika dikasih, tanpa lama-lama Zizel menarik tangan Maclo yang berada di pahanya dan diarahkan ke dadanya.

"ZEL! KAGAK MAOOO, GAKK GINI CARANYA!" jerit Maclo menarik lagi tangannya.

"Maunya buka baju?" Zizel mengangkat kaosnya sampai memperlihatkan perut rata itu.

"Lo kejedot apaan sih, ini tuh namanya pemaksaan terhadap suami." Maclo menurunkan baju Zizel yang terangkat.

"Dikasih rejeki nolak yaudah, kalau gitu gua simpen lagi susunya." Zizel mengencangkan kunciran Maclo.

"Emang udah ada susunya?"

"Nggak tau, kayaknya belum kan kita belum punya dedek bayi." jawab Zizel menyandarkan kepala di ceruk leher Maclo.

Maclo melirik jam menujukan pukul 06.30. Tapi ia malah enggan pergi ke sekolah ditambah lagi cuaca mendung lebih enak tiduran di rumah bersama Zizel.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Onde histórias criam vida. Descubra agora