Zizel menggeleng dan menarik selimut menutupi sampai leher. "Lo ngapain pulang?" tanya Zizel dengan mata terpejam.

"Gua kepikiran lo." jujur Maclo.

"Bukannya kata lo, gua nggak berarti apa-apa." Zizel mengulang ucapan Maclo semalam.

"Gua masih punya hati! Emangnya lo gandengan sama cowok lain nggak mikirin gua." omel Maclo kelepasan.

"Gua jauh lebih punya hati. Gua gak pernah tuh ngatain lo pakai kata-kata kasar.... gua selalu bisa maafin lo... setiap bikin salah." ucap Zizel terengah-engah karena badannya kurang sehat.

Ia tak punya banyak tenaga meladeni dan menerima omelan Maclo saat ini. Maclo keluar dari kamar Zizel untuk mengambil handuk dan baskom kecil.

"Zel coba tidurnya jangan miring gua mau ngompres lo." Maclo duduk di tepi kasur membalikkan posisi Zizel agar terlentang.

"Gua nggak mau pakai itu soalnya tidur gua cuman lurus doang jadinya." komen Zizel.

"Terus lo mau pakai apa? Aaa... Gini aja gimana kalau nih handuk gua kasih double tape biar nempel di jidat lo sekali mencairkan pikiran lo." saran Maclo gemes.

"Capek ngomong sama orang yang beda zaman." Zizel bersembunyi dibalik selimut.

"Terus mau pakai apa Zizel Archeva Kanaka?!" gereget Maclo menarik turun selimut.

"Di meja belajar gua ada kompres yang langsung tempel."

Maclo segera mencari dimana tempatnya. Ia salah fokus ke sebuah notebook berukuran kecil, ia menoleh kebelakang sejenak dan langsung membuka isi buku itu.

Disitu terdapat beberapa menu masakan serta bahan dan cara pengolahannya. Dan ia melihat kalimat paling bawah.

"BELAJAR MASAK BIAR MACLO SENENG...! FIGHTING."

Yaampun Zel, lo bikin gua jadi kelihatan jahat banget disaat gua kira lo nggak ada inisiatif buat nyenengin gua. Maclo menutup kembali buku itu.

"Kok lama? Ketemu nggak Clo apa udah pindah kampung ya kompres-nya?"

"Udah ketemu." Maclo kembali duduk dan menempelkan kompresan untuk anak-anak di kening Zizel.

Maclo menatap iba Zizel yang wajahnya memerah karena suhu badan gadis itu cukup panas. "Gua telpon nyok-"

Zizel membuka perlahan matanya dan menggeleng. "Jangan... Macem-macem Clo. Gua nggak mau dicekokin obat." larang Zizel.

"Terus mau gimana?"

"Kalau obatnya dicekokin gua gapapa, pasti jadi tambah manis." Zizel memiringkan badan.

"Gua buatin bubur ya? Lo udah makan bel-"

"Udah makan es krim tad-"

"ZEL! ASTAGHFIRULLAH GUA BINGUNG HARUS NAHAN MARAH LEWAT JALUR MANA. DIKELUARIN BIKIN LO SEDIH GUA TAHAN MALAH GUA YANG SEDIH." Maclo kembali mengeluh.

"Gapapa. Gua udah upgrade mental kok, jangan ditahan Clo gua tau kalau gua ngeselin makanya selama ini gak pernah mau cari pacar karena takut mereka malu punya cewek nyusahin kayak gua." Zizel sadar kekurangannya.

"Lo lagi merendah buat meroket?"

"Gua gak ada niatan naik roket, soalnya nggak tau jalur ke tata surya lewat tol mana." Zizel mengigil merasa tangannya dingin.

"Udah stop pamer kebodohan lo, gua takut khilaf terus nonjok lo." Maclo berdiri hendak membuatkan bubur.

Zizel menahan tangan Maclo. "Lo makan dulu, gua tadi sempet masak seadanya sebelum terkapar. Tapi kalau nggak enak jangan dimakan biar gua aja yang makan." setelah mengatakan itu Zizel kembali berlindung dibawah selimut tebal.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now