"Cowok yang lo harapin bisa jadi ayah yang baik buat anak lo, sama sekali gak pernah ada niatan buat bertanggung jawab. Dia cinta sama sahabat gue, ah ralat... dia obsesi sama sahabat gue dan mau ngelakuin hal yang sama kaya apa yang dia lakuin ke lo."

"Gue gak nyangka dia sebajingan itu."

Sebuah cairan bening jatuh membasahi pipi Chika. Dengan sigap Putri memeluk gadis disampingnya. Menguatkan gadis yang berumur tidak jauh dengannya, bedanya Chika harus mengandung di usia 18 tahun karena kebejatan seorang lelaki.

"H-hikss... H-hikss gue harus gimana? G-gue gak mau anak ini lahir tanpa bapak."

"Sstt... lo masih punya kita, kita mau kok jadi sahabat lo..."

Chika melerai pelukannya dengan Putri menatap gadis itu penuh harap. "Lo beneran mau jadi sahabat gue?"

Putri mengangguk senang. "Iya."

"Tapi gue udah jahat ke Naya, sahabat lo."

Putri menghembuskan nafasnya. "Gue paham lo ngelakuin semua ini karena terpaksa. Asal lo mau tanggung jawab, gue gak akan mempersalahin apapun. Lo juga bis bersahabat sama Naya, gue yakin dia bakal maafin lo."

"Thanks..." Chika mengusap air mata yang tersisa di sudut matanya.

"Kalau gitu gue pergi dulu ya, kapanpun kalian butuh gue telfon aja, gue pasti bantu," kata Chika tulus. Tangannya membuka pintu mobil.

"Lo gak mau kita anterin aja?"

"Gak usah Put, gue bisa sendiri."

Putri mengangguk. "Oke, hati-hati."

***

Bisma menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket yang ia kenakan. Meraih kunci motor di nakas kemudian keluar dari kamar dengan buru-buru.

Brukk...

"Astagfirullah... Kamu ini kenapa sih? Selalu gak bisa pelan-pelan, heran Bunda!" ujar Evara yang hampir saja tersungkur karena ditabrak oleh Bisma.

"Maaf Bun, Bisma gak sengaja. Bisma lagi buru-buru mau cari Naya," kata Bisma.

"Emang Naya buronan dicari-cari."

"Naya belum pulang daritadi Bun, Mamah Ira nyariin."

Bola mata Evara seketika membelalak. "Ya Allah... Kenapa kamu gak bilang daritadi. Buruan cari Naya sampai ketemu, jangan pulang kalau Naya belum sama kamu!" cerocos Evara membuat Bisma meringis.

"Ini definisi lebih sayang calon mantu apa gimane sih," batin Bisma.

"Bisma Aryandia Pratama, kenapa kamu malah bengong. Buruan cari Naya!"

Bisma mengerjap kemudian mengangguk. "Iya Bun, Bisma pergi dulu, Assalamualikum..." pamit Bisma sembari mencium telapak tangan Evara.

"Waalaikumsalam..."

Bisma melesat dengan cepat, mengabaikan pengguna jalan lain yang sudah menyumpah serapahi dirinya karena ugal-ugalan dijalan.

Beberapa menit kemudian Bisma sampai dihalaman rumah Naya. Disana sudah ada Evara dan Nicko. Bisma kemudian turun dari motornya sedikit berlari mendekat ke arah Evara dan Nicko.

"Assalamualaikum, Mah, Bang..."

"Waalaikumsalam," sahut keduanya kompak.

"Naya masih belum pulang Mah?"

Evara dengan wajah khawatirnya menggeleng, menyahuti pertanyaan Bisma.

"Lo gak tahu dia balik sama siapa?" Kini giliran Nicko yang melemparkan pertanyaan untuk Bisma.

"Gak tahu Bang, tadi terakhir gue lihat Naya dia lagi mau latihan dance sama Sisi."

Tingg...

Notifikasi ponsel Bisma berbunyi membuat sang empunya mengecek ponselnya. Meremas kuat ponsel digenggamannya ketika membaca sebuah pesan dari nomer yang tidak ia kenal.

+6289336xxxxxx

Cewek yang paling lo sayang udah ditangan gue.

Bisma memasukkan kembali ponselnya. "Bang, ada yang mau gue omongin sama lo."

"Apaan?"

"Jangan disini."

"Mah bentar, Bisma mau ngomong sana Bang Nicko," pamit Bisma langsung dibalas dengan anggukan oleh Evara.

Wanita itu segera masuk ke dalam rumah, berniat mengabari suaminya yang masih berada di luar negeri karena urusan bisnis.

"Kenapa? Kayanya penting amat."

"Ini tentang Naya, Bang."

"Naya kenapa?"

Bisma mengeluarkan ponselnya. "Baca ini."

"Sialan!" Nicko mengembalikan ponsel itu pada sang empunya.

"Lo ada musuh disekolah?"

Bisma menggeleng. Seumur-umur ia tidak mempunyai musuh dimana pun. "Gue gak pernah punya musuh Bang."

"Terus itu siapa njing?! Nomernya gak dikenal."

"Gue hubungin teman-teman gue dulu Bang, siapa tahu mereka bisa bantu."

"Teman lo yang mukanya datar, siapa namanya?"

Bisma diam, tampak memikirkan orang yang ia maksud. "Bimo?"

"Nah, si Bimo. Kabarin dia, siapa tahu dia bisa lacak nomer itu."

Ah, Bisma ingat jika satu sahabatnya itu memang handal dibidang IT kemungkinan besar Bimo bisa melacak keberadaan Naya.

"Sebentar gue kabarin dia dulu."

"Gimana?"

"Dia otw, kita tunggu dulu."

"Oke."

---TBC---

Part ini mengandung ketidak jelasan.

Sebentar lagi ending, kalian tim happy ending atau sad ending nih?

Jangan lupa vote dan komen.

Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin