F.(R).I.E.N.D.(S) #1

264 23 0
                                    

RADIAN AL-HAMEED; RADIAN

Sebuah tuntutan pekerjaan membuat Adi harus meninggalkan ibu kota dan kembali ke kota asalnya. Hal tersebut dimanfaatkan Adi untuk bertemu dengan keluarga, sekaligus menghadiri reuni dadakan yang digagas oleh Rinka. Ternyata, salah seorang sahabatnya tersebut sudah lebih dulu tiba di Bandung dalam rangka yang sama, pekerjaan.

“Ilse, Lean, aku di Bandung nih, kalian di mana?” tulis Rinka pada pesan instan tersebut.

Secepat kilat Adi membalas pesan tersebut dengan mengatakan di mana keberadaannya saat ini.
Sesuatu yang kebetulan bukan, kalau Rinka juga ada di tempat yang sama dengannya?

Seberkas kerinduan itu tiba-tiba saja menguar di hatinya. Ya, sudah lama sekali rasanya. Tidak bertatap muka, tidak bertegur sapa karena kesibukan yang melanda. Meski banyak sosial media yang menjamur dan memfasilitasi penggunanya untuk bisa berkomunikasi sepuasnya, namun tak serta merta menjadi solusi yang tepat untuk ke enam sahabat tersebut untuk dapat melakukan pembicaraan ringan, kecuali ada yang penting saja. Semisalnya, mengenai pekerjaan.

Adi dan Rinka adalah yang paling sering mengadakan kerjasama. Karena pekerjaan mereka masih dalam lingkup yang sama, entertainment.
Radian, sudah lebih dari tiga tahun belakangan merintis karier di dunia broadcast. Ia bekerja pada salah satu televisi swasta sebagai seorang kru. Lebih tepatnya seorang floor director.

Dalam berbagai kesempatan, dan acara tertentu yang memakai jasa POJ sebagai penghibur, tak jarang Adi dan Rinka terlibat reuni dadakan. Meski waktu yang tersedia jelas terbatas.

Beberapa pesan masuk silih berganti. Mulai dari Ilse, Lean, dan Ola yang membalas secara berurutan. Dan dahsyatnya, satu lagi sahabat lamanya yang jarang sekali memiliki kesempatan berkumpul bersama; Nou, sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Ia juga yang merencanakan tempat pertemuan mereka semua.

Sudah bukan hal aneh lagi jika Noura adalah orang yang sulit meluangkan waktunya demi teman semasa SMA-nya tersebut. Selain kesibukan di dunia keartisannya, ia pun memiliki segudang kesibukan yang tidak bisa di tinggalkannya tanpa seijin calon suaminya.

Awalnya, baik Adi dan ke empat sahabatnya yang lain mengira jika hubungan Noura dan Thomas tak akan pernah bertahan lama. Karena apa? Karena mereka berpikir jika Noura hanya mengincar harta CEO muda itu saja. Tapi, di luar dugaan. Hubungan cinta mereka justru akan berlabuh ke pelaminan tak lama lagi.

Undangan pernikahan itu sampai di tangan Adi saat mereka duduk melingkar di sebuah meja, yang berada di dalam Javana Bistro.

“Serius, Nou?!” Adi memekik kaget.

Inisal N & T yang tertera di sampul undangan berwarna emas, menunjukkan kemewahan. Dan bentuk undangan yang lebih menyerupai album foto ketimbang sebuah undangan pernikahan, juga mempertegas bahwa mempelai yang akan mengadakan resepsi bukan orang biasa.

“Kukira yang akan melepas status lajang di antara kita lebih dulu adalah Rinka dan Fajar.”

Dengan acuh Adi berkelakar. Ia bahkan tak melirik ke arah Rinka sedikitpun. Ia asyik membuat spekulasi dan tidak memikirkan bagaimana akibatnya. Sejujurnya, ia hanya ingin sedikit menyindir keputusan yang diambil oleh Noura.

Menikah dengan sosok Thomas sang CEO arogan. Bukankah perlu pemikiran yang amat matang? Bukan maksud ingin melecehkan pilihan sahabatnya tersebut. Tapi, Adi peduli terhadap kesehatan mental Noura.

Meski ia satu-satunya pria yang tergabung dalam kelompok ‘tak sengaja’ terbentuk ini, bukan tidak mungkin ia tahu bagaimana kejadian demi kejadian yang tidak mengenakkan menimpa Noura.

Desas-desus mengenai sikap temperamen Thomas yang sering membuat sahabatnya itu seperti ditindas bahkan tertekan. Jika dalam menjalin hubungan kekasih saja sudah seperti itu, bagaimana jika sudah menikah?

F.R.I.E.N.D.(S) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang