Chapter 42 : Sweet Dream

21.9K 1.7K 197
                                    

Part ini aku dedikasikan untuk RiniManoban5656 karena komen kocaknya 🤣

Part ini aku dedikasikan untuk RiniManoban5656 karena komen kocaknya 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Happy Reading ❤️

*

*

*



"Daddy, help me!" jerit Letizia ketakutan karena pisau mengacung di leher wanita itu.

"Let her go," perintah Gabrielle dengan nada yang mengerikan.

Xuan tersenyum dengan bengisnya, menggeleng perlahan. "Agar kau tahu apa itu artinya kehilangan," ucapnya langsung menggorok leher Letizia, menyebabkan darah terciprat ke mana-mana.

La Righello Mansion | Ciudad Victoria, Tamaulipas, Mexico.
08.12 AM.

Gabrielle terbangun dari tidurnya, lalu mengerutkan dahi, heran dengan mimpinya sendiri. Untuk beberapa saat, ia termenung, sibuk bergelut dengan pikiran. Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Gabrielle telah sampai di Ciudad Victoria pukul 4, tapi sudah terbangun saja. Pria itu mengambil ponsel, memeriksa email laporan Letizia hari ini seperti biasa. Wanita itu belum meninggalkan hotelnya.

"If you can't be mine, no one can have you."

Gabrielle tersenyum miring mengingat kalimat yang membuatnya tergila-gila dengan wanita itu. Ia mengambil air mineral di atas nakas, menenggaknya dengan senyuman mengerikan. Ia tidak bisa mengeluarkan Letizia dari pikirannya. Namun, gelas di tangan Gabrielle ia pecahkan sebagai pelampiasan rasa di hati, addicted. Ia benar-benar kecanduan.

Prang!

Gabrielle melebarkan seringai. Memang aneh pada seseorang yang menghancurkan sesuatu dengan tangannya sendiri, tersenyum bak iblis seperti itu. Namun, Gabrielle adalah Gabrielle, The God of Pain yang melampiaskan segalanya dengan rasa sakit. Ia menggenggam beling di tangannya sebagai penyaluran rasa tergila-gila pada Letizia. "I'll kill you with my love, Lily," desisnya dengan menyeringai lebar. Ah, ia benar-benar sulit untuk mengekspresikan perasaan di hatinya.

Gabrielle pun melepaskan pecahan kaca dari tangannya yang menyebabkan darah merembes ke telapak tangan pria itu. Warna darah segar selalu membuat moodnya naik, rasa sakit berkolaborasi dengan rasa yang aneh di dalam dirinya. Ia tidak pernah se-excited ini sebelumnya.

Namun, seringai iblis sang Dewa pudar, Gabrielle mengingat sesuatu, di mana Letizia memeluk Ansel kemarin, Frank menyatakan cintanya dengan lancang menyentuh tangan Letizia. Ekspresi berubah tenang. Ia tidak akan mengampuni mereka, bukankah Gabrielle sudah bermurah hati membiarkan mereka bersama wanita itu? Mengapa mereka malah ingin lebih dengan menyentuh miliknya? Di mana rasa keberanian itu berasal?

Gabrielle's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang