Chapter 9 : Gabrielle's

30K 2.3K 119
                                    

Hola, sorry kemarin nggak bisa update karena ada problem and bahkan urusannya belum selesai, doakan semoga cepet selesai ya hehe. Makanya aku ganti jadi hari ini aduhhh ada aja yaa halangan but this is a big problem jd emg gk bisa diabaikan. Oke, happy reading ❤️

You know why I called Gabriels? That's because Gabrielle is the owner of my body and soul...

He is my savior...
Guardian angel...
God...
Sometimes a devil when I have to be punished...

-Lily-

La Elemento D'Edificio | Turin, Italy
04.19 PM.

Mentari menyorot beberapa bagian bumi, menyaksikan dedaunan berguguran searah angin berembus, mengikuti arus kemauan sang alam. Para insan memakai mantel, melindungi tubuh dari cuaca menjelang musim dingin tersebut.

Seorang pria berahang tegas, menopang dagu dengan sebelah tangan kokoh, jemari yang lain mengutak-atik komputer di hadapannya. Pria tampan itu Gabrielle, sibuk memeriksa jutaan laporan, pengajuan dana, penawaran produk, tawaran-tawaran calon mitra, dan lainnya.

Dahi pria layaknya Dewa Hermes -Dewa yang dikenal tertampan dalam Mitologi Yunani- tersebut mengernyit, mendapati kesalahan. Ia pun menyandarkan punggung, mengambil telepon kantor.

"Suruh Gaetana mengkoreksi kembali pekerjaannya, jika dia menyadari kesalahannya, berikan Surat Peringatan 1," lontarnya langsung. Detik itu pula terdengar ketukan pintu, tanpa menunggu sahutan ia menutup panggilan dan menyuruh masuk sosok di depan pintunya tersebut, "Masuk."

Gabrielle melirik asisten ketiganya, Massimiliano sekilas, sebelum melanjutkan pekerjaan di komputer. Massimiliano terlihat menutup pintu hati-hati sambil memeriksa lorong, seolah-olah takut ada yang menguping. Ia pun mendekat pada Gabrielle, menunduk. "Tuan-" ucapnya tertahan lantaran Gabrielle mengangkat jari telunjuknya sebagai tanda, 'wait a sec'.

Gabrielle mengambil ponselnya yang berdering. Pria itu terlihat kembali mengerutkan dahi. "What?" ketusnya memutar kursi sehingga menghadap kaca transparan nan menampilkan gedung-gedung pencakar langit di Turin.

"Ribuan orang La Righello mati bulan ini. Kau apakan mereka?"

Gabrielle tidak menjawab ucapan ayahnya itu, memutar mata seraya membalikkan kursi untuk mengerjakan pekerjaan kembali, merasa ayahnya tidak mengatakan hal penting. "Jika kau tidak membicarakan hal penting aku akan menutupnya."

"I ask you, Jack ass."

Gabrielle langsung mematikan sambungan tanpa peduli kemarahan ayahnya atas sikap tidak sopannya sama sekali. Ya, hanya beberapa orang yang mengetahui bahwa Gabrielle membenci kedua orang tuanya sendiri, alasan itu pula ia menempatkan kantor pusat La Elemento berpindah dari Milan ke Turin. Gabrielle pun sudah pernah bilang, sebelum ia menduduki tahta yang diberikan Luke, ia tidak akan menerima pertanyaan mau pun kritik dari siapa saja termasuk ayahnya untuk mengelola baik La Righello atau La Elemento.

Gabrielle mengetik komputernya, lalu melirik tajam Massimiliano lantaran jengah akan kehadiran manusia itu di sana. Massimiliano yang tahu kehadirannya tidak diinginkan langsung bicara, "Ace, berkhianat padamu, Tuan."

Tautan di dahi Gabrielle mengendur, sorot matanya yang teramat dingin menusuk Massimiliano hingga ke tulang, seolah-olah musim dingin terpancar dari netra biru bagaikan es tuannya. Pria itu menyandarkan punggung kembali. "Bicara."

***

Big Club | Turin, Italy
09.45 PM.

Gabrielle's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang