Prologue

117K 5.7K 277
                                    

Gabrielle mengedarkan pandangan, bocah-bocah yang ada di sana tidak ada menarik perhatiannya. Tidak jarang anak-anak perempuan menatapnya dengan pandangan memuja, begitu pula para pengurus panti, mereka mengagumi ketampanan Gabrielle dari kejauhan. Gabrielle berdecak tidak menemukan apa yang ia cari. Namun, beberapa menit selanjutnya, ia terpana pada sosok bocah bermata cokelat gelapnya yang bulat. Ia terpesona, bocah itu sangat menggemaskan, menatap Gabrielle dengan tatapan polosnya.

Gabrielle sontak mendekati bocah berwajah tembam yang mengalihkan dunianya. Balita perempuan itu tertawa senang dengan kehadiran Gabrielle. Ia mencubit gemas pipi sang bocah.

"Aku ingin membeli anak ini," ucap Gabrielle pada asistennya -Ace- yang berada tepat di belakang pemuda itu.

Gabrielle bertanya pada Ace beberapa saat lalu, di mana dirinya bisa mendapatkan saudara perempuan? Dan Ace menyarankannya untuk pergi ke panti asuhan. Di sinilah dirinya, terpesona pada seorang bocah bermata cokelat gelap dengan wajah polosnya.

Bocah perempuan berumur dua tahun itu menatap sosok yang mencubit pelan pipinya, bingung. Ia pun meraih tangan Gabrielle dan menggigitnya, Gabrielle membiarkan saja. Lagi pula balita itu tidak menggigit begitu keras.

"Tuan Muda, anak ini tidak bisa dibeli."

Gabrielle menatap tajam asisten yang terpaut enam tahun darinya itu. "Siapa bilang? Semua bisa dibeli, tergantung sebesar apa bayaranmu. Katakan pada pemilik yayasan ini aku akan membayar berapapun harga anak ini."

"Tuan Muda, anak ini hanya bisa diadopsi oleh kedua orang tua Anda."

Gabrielle menggertakkan giginya geram. Ia tahu orang tuanya tidak akan setuju, sejak dulu Gabrielle mengusulkan berbagai rencana agar ia mempunyai adik perempuan, tapi orang tuanya tidak pernah mengiyakan, selalu mengalihkan topik. Gabrielle pun hendak pergi ke arah mobilnya, namun bocah perempuan itu menangis ditinggalkan olehnya. Gabrielle sontak menoleh, ia berjongkok menatap lurus bocah itu. "Aku akan kembali, dan kau akan jadi milikku."

Setelah mengucapkan hal itu, bocah tersebut berhenti menangis, menatap Gabrielle sambil tertawa riang. Gabrielle kecil kembali ke mobilnya. Ia menatap panti itu tajam, lalu menoleh pada Ace yang duduk di kursi pengemudi depan. "Ace."

"Ya, Tuan Muda?"

"Bakar pantinya."

Ace sontak membulatkan mata terkejut. "Tuan Muda?"

"Buat semua orang mengira dia telah mati."

Ace tidak mampu menjawab. Ia tidak menyangka bocah berumur enam tahun bisa mengatakan hal mengerikan seperti itu, melontarkan perintah yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Ace akan keluar dari mulut tuan mudanya yang masih berumur muda. Lagi, bagaimana bisa bocah berumur enam tahun merencanakan hal semacam itu?

***

"Anak siapa yang kau bawa?" tanya Luke tajam pada Gabrielle kecil.

"I want her."

"Gabrielle," tegur Kelsey pada anaknya. Gabrielle selalu saja pemaksa seperti biasa, memaksa apapun menjadi miliknya, seolah–olah dunia berpusat hanya padanya dan semua yang terjadi di dunia untuk mendukung aksinya.

"I want her to be my sister," tekan Gabrielle seolah tuli.

Luke memutar mata kesal. "Tidak semudah itu untuk menjadi anak seorang Luke Stone, L."

Gabrielle menatap ayahnya sambil mengangkat sebelah alis, angkuh persis seperti orang yang menjadi lawan bicaranya ini. "Alright," ucapnya mengerti seraya menatap balita bermata cokelat itu. "Kalau begitu, aku mau dia menjadi anakku." Melihat ayahnya melotot geram akan ucapannya, Gabrielle kembali membuka suara, "You said I'm the king." Sontak ayahnya mengeraskan rahang. Ia masih memasang ekspresi datar. "King gets whatever he wants." Gabrielle berlalu begitu saja tanpa peduli kedua orang tuanya mengusap wajah frustrasi.

Kelsey menghela napas kasar. "Aku akan memberinya pelajaran," ucap Kelsey hendak menyusul anaknya.

"Tidak," larang Luke, mampu menghentikan langkah kaki istrinya. "Aku akan mengurusnya."

"Luke!" tegur Kelsey tidak percaya. "Gabrielle akan selalu seperti ini jika kita terus memanjakannya!"

Luke mengedarkan pandangannya, sengaja untuk tidak melihat mata istrinya sejenak sebelum menatap lurus manik Kelsey. "Gabrielle hanya menginginkan mainan, Tamara." Luke menghampiri wanita itu dan menyentuh kedua pundaknya. "Kita sudah lama menahannya untuk memiliki saudara, jadi biarkan saja dia mendapatkan apa yang dia inginkan kali ini."

Kelsey diam saja. Kelsey tidak mengerti semua ini. Awalnya, mereka hanya berlibur ke Bali, tapi tiba-tiba anaknya keluar dan kembali membawa seorang bocah kecil.

Di sisi lain, senyum Gabrielle merekah, sudah lama sekali Gabrielle kecil tidak pernah menunjukkan senyumnya. Kali ini ia bahagia, mendapatkan apa yang ia inginkan, bocah perempuan. Ia menatap bocah kecil itu memainkan mobil miniatur Lamborghini Aventador kesayangannya, mobil miniatur yang terbuat dari emas, platinum, dan berlian yang bahkan lebih mahal ketimbang mobil aslinya.

"Aku akan memberimu nama Letizia Gabriels," ucap Gabrielle tersenyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan memberimu nama Letizia Gabriels," ucap Gabrielle tersenyum lebar.

Bocah itu hanya tertawa dan ucapan abstraknya yang menggemaskan. Sementara Ace terdengar bingung dengan nama yang diberikan Gabrielle. "Gabriels?"

"Artinya milik Gabrielle (Gabrielle's)"











Holaaa! Back again with me Stylly Rybell! Ini nih bocorannya cerita Gabrielle! Bagi pembaca baru welcome to Stones Republic! Wkwkwk oke, cerita ini hanya akan update setelah Innocent Prince tamat yaa! Btw, ini udah aku ketik sejak kapan gitu, makanya bisa update wkwk kalo Innocent Prince sama Extra Part Mawar Mafia ntaran yak soalnya masih belom bisa hehe. Jangan lupa Vote dan komennya yaaa! Oke see youuu

With Love Stylly Rybell ❤️

020521 -Stylly Rybell-
Instagram : @maulida_cy

Gabrielle's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang