Part 44

1.8K 264 45
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mencintai tidak perlu berlebihan, apalagi mencintai manusia. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Love properly so that it hurts to be normal.

~Into Divine Love

Karya : Syahda Khairunnisa ~


♥♥♥








Waktu terus berjalan bagai air sungai yang terus mengalir. Detik ini terus berlanjut ke menit, jam, hari, minggu dan bulan. Aku selalu berpikir apakah sudah memanfaatkan waktu sebaik mungkin atau justru lalai terhadap kesempatan yang sebenarnya selalu ada? Sedang setiap detik yang kulalui akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Pernikahanku dengan Kak Arland bulan depan. Persiapan mulai dari WO, vendor, undangan, gedung tempat resepsi dan segala keperluan lainnya termasuk cathering sudah terkonsep dengan rapi. Termasuk gaun pengantin. Kak Arland sendiri yang mengatakan untuk gaun akan memakai dari butik Tante Vina—Adiknya Tante Maryam.

Kak Arland bilang untuk gaun tidak perlu yang terlalu mewah. Indah, namun terlihat elegan. Aku juga setuju dengan pemikirannya, terlalu mewah nanti berujung tabarruj. Dan itu tidak dibenarkan dalam islam. Untuk foto prawedding juga tidak ada. Kak Arland melarang tegas. Aku bersyukur memiliki calon suami sepertinya. Pengertian, dan paham tentang konsep pernikahan syar'i. There is only one in a thousand man like him.

Kemarin Tante Maryam mengajakku bermain ke rumahnya. Rumahnya sangat besar. Sepertinya sama seperti mansion Papa waktu menikah dengan Mama. Aku tahu karena Mama pernah menunjukkan fotonya padaku. Adiknya bernama Nadia, mahasiswi semester lima di Universitas Indonesia jurusan kedokteran. Anak Tante Maryam cuma dua, Kak Arland dan Nadia. Nadia cantik dan sangat baik. Ia menyambutku dengan baik kemarin.

Seperti biasa, hari ini aku masih bekerja. Yani sempat mengirimiku pesan untuk mampir ke supermarket membeli pembalut. Dia sedang menstruasi tapi tidak tahu, kebetulan ia dapatnya di kantor. Jadilah di sini aku sekarang. Buru-buru aku menuju deretan pembalut dan mencari yang sesuai dengan permintaan Yani, aku menuju kasir untuk membayar.

Tapi sebelum sampai kasir, seorang wanita menghadangku. Wajahnya tidak asing. Bermata cokelat dengan rambut tergerai, memakai kemeja kotak dan celana jeans. Setelah menyadari sesuatu, aku mundur beberapa langkah. Mencoba jaga-jaga jika ada serangan mendadak.

"Senang bertemu dengan lo lagi, wanita perusak hubungan orang!" dia mendekat, aku semakin mundur. Matanya begitu menyiratkan rasa tidak suka.

"Jangan macam-macam. Saya bisa teriak. Lagian saya tidak ada hubungan apapun dengan Nazran!" tegasku, aku sama sekali tidak takut apalagi gentar dengan perempuan ini. Hanya waspada. Dia bukan perempuan biasa. Dari awal kami bertemu selalu menampilkan aura tidak baik.

"Teriak aja. Gak akan ada yang dengar lo. Dan gue gak peduli! Tapi intinya semenjak Athaya kenal dengan lo, sikap dia berubah sama gue! Dan itu semua karena lo!" Dia semakin mendekat, sontak aku mundur sampai membentur dinding. Aku terkunci dan tidak bisa kemana-mana lagi. Gilanya tidak ada satu orangpun di sini, termasuk pengunjung atau petugas supermarket.

Wanita itu mengeluarkan sebilah pisau dari tasnya. Kini tanganku gemetar, sudah kukatakan. Dia perempuan yang nekat dan memang sudah tidak waras. "Lo harus mati! Biar Athaya gak ingat lagi sama lo!" katanya keras.

"Jangan mendekat!" tegasku.

"Kenapa? Lo takut?" katanya meremehkan.

"Lo harus ma-"

Into Divine Love (END) Where stories live. Discover now