Part 34

2K 264 19
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ya, aku menunggu. Menunggu saat di mana aku dan kamu dipersatukan dalam satu ikatan.

Ikatan pacaran? Bukan! Ini lebih serius daripada pacaran. Yaitu ikatan pernikahan.

~Into Divine Love

Karya : Syahda Khairunnisa ~






♥♥♥





"Mau buat kumpulan karyawan teladan sekaligus pembagian bonus, Kak? Kayaknya bisa, sih dan pasti diizini juga sama Mama. Tapi maklumi aja ya, Kak kalau rumahnya kecil dan mungkin agak sempit. Gak tahu juga bisa nampung semuanya," ucapku pura-pura polos. Tapi, malah terlihat 'naif'. Karena tidak mungkin acaranya di rumahku juga, karena waktu itu diadakan di restoran. Kenapa aku bertanya seperti itu? Terakhir kali, pertemuannya diadakan di rumah Dika. Jadi, aku tidak salah juga 'kan?

Dan belum tentu juga dugaanku benar? Bisa saja aku yang salah tangkap ucapan Kak Arland. Aku tidak ingin sakit karena termakan dugaan sendiri. Juga belum tentu Kak Arland datang ke rumahku untuk memenuhi ekspetasiku tentang dirinya. Have stopped daydreaming and wishing for the impossible to happen.

"Nggak kok, Da. Kakak aja yang datang ke rumah kamu, tidak dengan karyawan teladan yang kamu maksud," jawabnya membenarkan. Mendadak aku terdiam, perasaan eurofia menjalar ke seluruh tubuh, pikiranku berkelana kemana-mana. Sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

"For what?" tanyaku.

"You certainly know. Suatu hubungan yang ingin Kakak jalankan dengan kamu ke jenjang yang lebih serius. I'm hope with you. Sesuai kok sama apa yang kamu pikirin," jawabnya seraya mengulum senyum.

Lagi dan lagi aku tidak ada alasan untuk tidak menarik bibir ke atas. I'm really happy, terlebih lagi saat aku menggigit bibir kuat. Dan benar-benar merasakan kalau ini bukan mimpi dan suatu kehaluan! Ini nyata. Setelah penantian panjang dengan segala angan-angan yang tidak pernah terwujud, kini Allah redamkan gemuruh itu dengan niatan yang baik untuk mengakhiri penantian ini.

Kuumumkan bahwa aku begitu sangat amat bahagia dan senang.

Jika akalku tidak waras, aku sudah melompat-lompat seperti orang gila dan berteriak sekencang-kencangnya kalau aku begitu bahagia! Maybe this seems too much. Sayangnya Kak Arland masih menunggu jawabanku. Jantungku sudah tidak normal sejak tadi, rasanya ingin pingsan dan menghilang dari sini saja. Aku tidak tahu harus mengatakan apalagi. Ini lebih mengejutkan dari fakta tentang Nazran sekalipun.

"Gak harus dijawab sekarang juga gak masalah, kok. Kamu juga butuh waktu untuk bicara sama Mama dan Om kamu. I'm can wait for your answer." Baik aku maupun Kak Arland sama-sama salah tingkah sekarang. Kami saling menunduk, aku melihat ujung sepatu Kak Arland yang begitu mengkilap. Bahkan aku bisa berkaca di sana.

Hening.

Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi.

"Ehm ... kalau gitu Kakak pulang, ya. Tadi kebetulan Kakak dengar gosip tentang kita waktu kamu motokopi. Dan kamu langsung pulang gitu aja. Kakak jadi khawatir dan ternyata kamu kesini. Awalnya kakak gak mau ikut campur, tapi karena dia main fisik, Kakak gak bisa tinggal diam. Kamu gak usah dengerin apa kata mereka, kalau besok gosip itu masih ada, mereka akan Kakak pecat."

Into Divine Love (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang