Zizel mencibir lalu kembali kuat memeluk pilar yang rasanya sangat dingin akibat hujan semalaman.

"Hidup gua sama lo atau tanpa lo rasanya tetep sama, sama-sama nggak ada yang spesial." Zizel sangat jujur mengatakan itu.

"Apa lo bilang? Gua nggak spesial buat lo." Maclo melihat ke atas kemudian menunduk menatap tajam Zizel yang menarik kiko dari mulutnya.

"Sisain kikonya udah tinggal dikit nanti gua nggak kebagian." Zizel menarik lucu kiko yang ada mulut Maclo.

Maclo menepis kasar tangan Zizel sampai Nathan dan Zayyan bersiap menghalau gerakan tak terduga Maclo selanjutnya agar sohibnya tak menyesal karena telah mengasari Zizel.

"Akh-- sakit tau!" Zizel mengusap punggung tangan yang sempat ditepis Maclo.

"Lagian udah tau kikonya sedikit lo malah minta sisain, terus yang gua minum apa?" letih sekali berhadapan dengan Zizel yang sangat ngeselin.

"Sini gua beliin air minum di kantin, mana uangnya--TAPI KIKONYA JANGAN DIHABISIN." pelototan Zizel tak membuat Maclo takut, malahan menjadi begitu gemas.

"Gua nggak bawa dompet, ambil gih di kelas gua." Maclo mati-matian menahan gemas.

Zizel memberikan hormat dan berlari kecil namun berbalik lagi, "Ambil berapa?" tanya Zizel layaknya anak kecil disuruh ayahnya mengambil uang dalam dompet.

"Sesuka lo, uang gua uang lo." ujar Maclo memporak-porandakan hati siswi yang lainnya.

"Okeee." Zizel berlari lucu dan hampir saja terjatuh karena kesandung kaki sendiri.

Gadis itu berbalik melihat tujuh orang yang panik karenanya, "Gapapa! Nggak jadi jatoh kok." sorak Zizel berjalan mundur dan saat memutar ke depan...

Dugh!

Keningnya menabrak pilar lumayan kencang, tetapi bukan Zizel namanya jika tidak tersenyum meskipun dalam keadaan bonyok.

"GAPAPA JANGAN KHAWATIR MACLO! AKU CUMAN RADA TUING TUING AJA KOK PALANYA." Zizel meraba keningnya.

"AMAN CLO NGGAK ADA STRAWBERRY-NYA." seru gadis sembrono itu sebelum menghilang dimakan tikungan.

"Nggak baik gua biarin dia jalan sendiri, bisa bonyok tuh orang pas balik kesini." celetuk Maclo.

"Yaampun cewek kita cute banget." Algis gemas dengan Zizel.

"Pantes Maclo bisa bucinin cewek kita, orang pacar kita gemesin." Nathan ikut menimpali.

"Please jangan kek monyet! Cewek gua bukan kayak tip-x di kelas. Zizel bukan satu untuk semua, tapi dia satu dan itu cuman untuk gua. Paham?" terang Maclo dengan nada datar.

Zayyan mencibir dengan satu tangan diletakkan di bahu Nathan. "Sebelum janur kuning melengkung, undangan tersebar, tanggal akad dan resepsi dibentuk itu tandanya kita bertiga masih boleh godain Zizel."

Zayyan tak ada habisnya merecoki Maclo dari tahun ke tahun. Untung saja Maclo tak memboikot cowok itu dari club futsal Diásimos dan circle elitenya.

"Ngomong sekali lagi gua lilit gesper leher lo!" Maclo melepaskan gesper di pinggangnya.

Zayyan mengeluarkan kuda-kuda layaknya seorang atlit bela diri tingkat nasional, "Tangan kosong kalau berani!" seru Zayyan megosok hidung dengan jempol.

Zizel masuk ke kelas 12 IPS 3, disana ada 4 cewek penguasa yaitu Ninis, Mauren, Ruby, dan Savana yang melihat tajam Zizel begitu masuk.

Ninis berdiri dan menarik Zizel, "Mau ngapain lo buka-buka tas Maclo? Ngerasa punya hak buat kayak gitu karena lo pacarnya?"

MACLO [ SEGERA TERBIT ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें