Bagian 9

39.4K 2.7K 44
                                    


Stela baru saja selesai mandi dan bersiap akan pergi ke sekolah, meskipun tinggal di rumah bian namun ia tetap di antar sopir yang sudah dipercayakan oleh papanya. Stela segera memakai liptint dan make up tipis agar wajahnya terlihat lebih fresh. Karena cuaca hari ini mendung ia memilih memakai cardigan rajut yang di beri bundanya.

Turun ke bawah stela melihat kedua orang tua bian sudah duduk di kursi meja makan, beberapa pelayan terlihat mondar-mandir mengambilkan makanan dari dapur. Sedangkan bian belum terlihat, mungkin lelaki itu masih berada di dalam kamarnya.

"Bian belum turun stel?" tanya mami zakia.

"Belum mi"

"Anak itu kalau belum di panggil paling lama turun, mami minta tolong panggilin ya sayang" kata mami bian yang membuat stela mau tak mau beranjak dari duduknya dan memanggil bian di kamarnya.

Tok tok

Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya stela berani mengetuk pintu kamar bian, lelaki itu belum juga membuka pintu kamarnya membuat stela mengetuk kembali pintu kamar yang masih tertutup itu.

"Iya mi seben. . ." bian menghentikan ucapannya begitu tau kalau stela yang memanggil bukan maminya.

"Mami minta lo segera turun" setelah mengatakan perintah zakia ia hendak pergi namun sekali lagi tangan bian menariknya.

"Aku-kamu kalo masih gunain lo-gue liat aja hukuman dari aku" kata bian berbisik di telinganya, seharusnya stela bisa melepaskan diri dari lelaki didepannya bukan malah terhipnotis dengan pesona bian, setelah kesadarannya kembali stela kembali menarik tangannya dan pergi meninggalkan bian.

Tiba di meja makan stela segera memakan makanan yang sudah di siapkan pelayan, dirinya memilih pura-pura tidak tau mengenai kedatangan bian.

"Stela mau diantar sopir ya?" tanya papi bian.

"Iya pi, sebentar lagi juga datang"

"Stela bareng bian aja pi, nanti bilangin sopir stela"

"Nggak usah aku sama sopir" tolak stela.

"Sama aku" tegas bian tanpa mau di bantah.

.

.

.

Di perjalanan menuju sekolah hanya keheningan yang terjadi, stela tak mau repot-repot membuka suaranya dan bian pun terlihat sama. Mereka lebih memilih menikmati jalanan yang sedang mendung, karena sedang musim penghujan keadaan jalanan yang padat di tambah cuaca yang plebih segar dari biasanya sangat menarik untuk dilihat.

Begitu sampai di tempat parkir sekolah stela segera turun, begitu ia turun dari mobil bian banyak pasang mata yang melihat ke arahnya. Namun stela tetap bersikap bodo amat, lagian untuk apa menanggapi kekepoan orang lain.

"Bukanya bian pacaran sama davinka?"

"Bau-bau pelakor nih guys"

"Emang bener kak bian pacaran sama kak davinka?"

"Kayaknya stela yang maksa berangkat bareng bian"

"Kasian davinka kalau liat pacarnya berangkat sama mantan"

Dan masih banyak ocehan yang stela dengar namun tak ia hiraukan. Sejujurnya dirinya juga bingung dengan apa yang mereka ucapkan, bagai seorang ratu yang berjalan di red karpet ia tetap berjalan dengan anggun menuju kelasnya.

Sampai di kelas kedua temannya juga heboh membrondong pertanyaan, padahal ia dan bian cuma berangkat sekolah saja pikirnya heran dengan kelakuan semua orang yang terlalu lebay menurutnya. Stela memilih diam dan duduk dibangkunya tanpa menghiraukan pertanyaan alin dan rena.

Seperti BertransmigrasiWhere stories live. Discover now