Chapter 34 : Better Plan

ابدأ من البداية
                                    

Lucrezia memutar mata muak mendengar ucapan Silvana, menletakkan kedua tangannya ke belakang, bertumpu. "Apa hal yang sangat dilarang Gabrielle, bahkan Lily pun tanpa pengecualian?"

Silvana mencoba mengingat-ingat. "Memasuki ruang kerja Tuan Gabrielle, Nona Gabriels tidak diperbolehkan ke sana. Bahkan, Tuan Albrecht dapat dihitung jari memasuki tempat itu, Nona."

Lucrezia mendelik, menoleh pada Silvana kembali. "Benarkah? Apa Gabrielle sangat tidak suka diganggu ketika kerja?"

"Saya tidak tahu, Nona. Yang jelas salah satu pelayan pernah memasuki tempat itu, tapi tidak kelihatan lagi esoknya," jawabnya dengan suara mengecil di bagian akhir sambil memain-mainkan tangan takut menceritakan hal tersebut.

Lucrezia mendengarkan dengan seksama. "Benarkah? Siapa nama pelayan itu?"

"Saya hanya mendengar rumor para pelayan, Nona."

Lucrezia mengangguk-anggukan kepala mengerti. Ia bertanya-tanya di dalam hati, apa Gabrielle adalah pria yang tidak ragu membunuh? Apa Gabrielle orang seperti itu? Lucrezia tidak bodoh akan dunia persaingan yang menghalalkan segala cara untuk menumpas habis saingan mereka. Ia kembali menoleh pada lawan bicara. "Rumor apalagi yang sedang panas?"

Silvana mengedarkan pandangan takut jika ada yang mendengar, bahkan menggigit bibirnya ragu. Hal itu membuat Lucrezia berdecak gemas. "Ayolah, aku tidak akan bilang siapa-siapa!"

Silvana meneguk saliva. "Salah seorang yang bertugas di Vila Nona Gabriels bilang bahwa terjadi keributan antara Tuan Gabrielle dan Nona Gabriels."

Lucrezia tersenyum senang mendengarnya. "Oh ya? Apa itu?"

"Nona Gabriels menjebak Tuan L untuk tidur dengannya."

Lucrezia membeku mendengarnya. Seluruh tubuh seolah terkena sihir sehingga ia tidak mampu bergerak, saking kagetnya. "Cagna!"

Silvana bergetar takut. "Nona, saya tolong jangan beri tahu siapa-siapa atau Tuan L tidak akan mengampuni saya."

Lucrezia tidak mendengarkan, rahangya mengetat emosi. "Lalu apa yang terjadi?"

"Nona—"

"Cepat bicara, Jalang!" bentaknya emosi.

"Salah satu di antara pelayan... mendengar jeritan Nona Gabriels... dan bahkan beberapa pelayan mengatakan Nona Gabriels sampai pingsan. L-lalu Tuan L pergi ke sini dan meghabiskan waktunya di ruang kerja sampai pagi."

Lucrezia dapat merasakan air matanya akan keluar. Ini menyakitkan, menyesakkan. Namun, Silvana kembali berucap, "Nona Gabriels sampai terluka dan dirawat di vilanya." Silvana menggigit bibir bawahnya, memandang wajah sang majikan dengan ekspresi bersalah. "Nona—"

"Tinggalkan aku sendiri!" bentaknya menjambak rambut sendiri. Silvana buru-buru pergi lantaran takut pada majikannya yang menggila tersebut.

Ketika pelayan itu meninggalkannya sendiri, Lucrezia menangis kencang. "Gabrielle!" jeritnya frustrasi. Ia bahkan ditolak oleh Gabrielle, tapi wanita itu? Bagaimana bisa Letizia memaksa Gabrielle dan mereka berakhir tidur bersama? Wanita itu menikmati tubuh indah Gabrielle? Tatapan indahnya ketika bercinta?

Lucrezia meraung dan menghambur apa pun yang ada di pandangannya, nakas, meja rias, tempat tidur, dibuatnya tidak karuan. "Aku bersumpah kau akan menderita, Lily!"

***

La Elemento D'Edificio | Turin, Italy
03.10 PM.

Gabrielle mengetik di komputer kantor, menyelesaikan pekerjaannya sebagai President La Elemento Internazionale. Setelah mengetikkan sesuatu, ia bersandar, memutar kursi kekuasaannya, menikmati pemandangan kota Turin dari balik dinding kaca bangunan miliknya.

Pria itu mendadak tersenyum miring entah apa yang ia pikirkan. Ya, hanya ia yang tahu. Gabrielle mengambil ponsel, memeriksa galeri, menampilkan gambar Letizia yang tersenyum dengan cantiknya. Wanita itu ber-selfie di ponsel Gabrielle beberapa bulan yang lalu. Namun, gambar itu berubah menjadi foto Amadea lantaran panggilan masuk.

Senyum di wajah Gabrielle berubah datar secepat kilat, seolah tidak menginginkan penelepon. Ia memutar mata sejenak sebelum mengangkat panggilan dari putri Perdana Menteri Italia tersebut. Gabrielle diam saja, menunggu wanita itu berbicara.

"Ciao Sig. L," sapa wanita itu dengan nada gugup yang hanya dibalas Gabrielle dengan dehaman. "A-aku dengar kau akan ke Milan hari ini untuk menghadiri pesta—"

"Jika kau tidak keberatan untuk to the point karena aku sedang sibuk," potongnya mengetuk-ngetuk jari telunjuk di atas meja, seolah tidak betah berlama-lama.

Hening sejenak di seberang sana, sepertinya Amadea terhenyak akan ucapan Gabrielle. "Ah, aku hanya ingin memberi tahumu bahwa aku juga akan menghadirinya, jadi sampai jumpa di sana."

Gabrielle diam saja tidak berniat menjawab seolah menunggu wanita tersebut memutuskan sambungan secepatnya. Ia meletakkan ponsel ke meja seiring memutar mata muak. Tidak lama setelahnya, terdengar ketukan, di mana secara kebetulan Ace dan Massimiliano masuk bersamaan.

Keduanya seolah tidak mau mengalah menunggu dipersilakan bicara dan tidak mau keluar. Namun, Rafaele melewati kedua insan tersebut, menunduk hormat lalu, berucap, "Pesawat menuju Milan sudah siap, Tuan."

Gabrielle mengodekan Rafaele agar keluar dan ia dapat melihat Ace dan Massimiliano melempar tatapan mematikan satu sama lain, seolah mengusir. Gabrielle mengangkat sebelah alis sambil berucap, "Ace." Membuat Massimiliano menunduk mau tidak mau pergi dari sana, tapi tangan Gabrielle mengodekan agar pria itu tidak perlu pergi.

"Bagaimana keadaan Lily?" tanyanya tenang.

"Dokter bilang lukanya membaik, Tuan. Nona Gabriels pun meminum obatnya," lapor Ace.

"Tapi dari yang kudengar, Nona Gabriels masih belum bisa berjalan, Tuan," celetuk Massimiliano yang membuat Ace melempar tatapan mematikan ke arahnya.

Gabrielle berpikir sejenak. "Aku akan membawa Lucrezia, persiapkan dia, Massimiliano," perintahnya yang langsung disenyumi asistennya tersebut, lalu menunduk dan pamit pergi.

Ace diam saja, menahan rasa kesalnya karena Massimiliano tersenyum mengejek ke arahnya. Ia menoleh pada Gabrielle dan menunduk dalam. "Saya akan menjaga Nona Gabriels di vila selama Tuan pergi ke Milan."

Gabrielle menggeleng tidak setuju. "I have a better plan. Aku ingin kau pergi ke Chicago."

Ace mengerutkan dahi tidak mengerti, bukankah prioritasnya adalah Letizia? Lalu mengapa Gabrielle menyuruhnya ke Amerika? Melihat Gabrielle menunjukkan seringai samar, Ace mencoba memahami bosnya. Tapi nihil, ia tidak akan pernah bisa memprediksi kemauan sang Dewa.

"Rafaele akan menjaga Lily di sini, Massimiliano akan ikut bersamaku, dan kau akan ke Chicago."

Ace semakin bingung. "Apa yang akan saya lakukan di Chicago, Tuan?"


















#To be Continue...














021121 -Stylly Rybell-
Instagram maulida_cy

Gabrielle's [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن