Maclo keluar dari dapur dan duduk di ruang tamu menyalakan tv. "Maclo kapan sayembara?"

"Lo tuh ikhlas emangnya gua punya bini lagi?" emosi Maclo.

"Asal dia bisa bantuin gua dengan cara ngurus lo dan waktu gua bisa full ke Oren sama Pinky gapapa"

"Mending cari orang deh yang bisa ngerawat tuh dua beban rumah" kesal Maclo.

Zizel meletakkan mie rebus buatannya di depan Maclo lalu ia duduk bersila di karpet seperti pembantu menemani majikan makan apalagi serbet tergantung dipundak.

"Lo tau nggak Clo, ada yang mau ngasuh Pinky" cerita Zizel antusias.

Maclo mendecih, "Ada apa orang yang mau beli tuh ayam tepos" hinanya begitu menyakitkan.

Zizel mengangguk cepat. "Belvi mau jadi emak sambungnya Pinky, jujur gua nggak tega ngelepas Pinky tapi gak sanggup juga harus ngurus tiga peliharaan sekaligus"

Maclo tersedak mendengar kata tiga peliharaan, apa maksudnya? Apa ia kini sudah disamakan sebagai binatang oleh Zizel? Bego bin sedeng.

"Siapa aja peliharaan lo?"

"Oren, Pinky, sama Maclo" Zizel seperti tak berdosa menganggap suaminya peliharaan.

"Zel gila gua dimata lo nggak berharga banget sumpah! Gua manusia. Lo besok ikut gua deh ke rumah sakit jiwa biar kelihatan apa yang ke guncang dari jiwa lo"

Zizel memberikan gelas, Maclo mengambil kasar gelas tadi dan menegak sampai habis.

"Peliharaan gua haus banget yaaa, pinter ayo habisin"

Sialan ini cewek harus diberi pelajaran.

Maclo menyudahi minum dan menarik tangan Zizel sampai terjatuh diatas badannya yang tiduran di sofa.

"Ahhh empuk banget" bukannya salting Zizel malah mencari posisi yang nyaman sambil mengusap dada kanan Maclo.

Maclo mengeratkan pelukan pada pinggang Zizel dan menghirup aroma seperti bunga lotus jika mendekap Zizel, parfum apa yang dipakai gadis ini.

"Lo wangi banget pakai pelet apa?" Maclo bertanya tapi seakan-akan mengajak ribut.

"Bunga lotus" sahut Zizel.

Maclo suka wanginya, ciri khas Zizel sekali. "Badan lo empuk banget kenapa nggak lahir jadi kasur aja sih biar bermanfaat" celetuk Zizel.

"Alesan bilang aja lo suka posisi begini, iyakan? Ngaku deh" goda Maclo, ia harus bisa melihat Zizel salting karenanya.

"Iya suka nyaman banget, tapi nggak suka sama orangnya"

damn it!

"Yaudah bangun!" sentak Maclo.

Zizel menurut dan memilih bangun tapi Maclo menahan punggungnya. "Lo itu penurut apa males debat?" Maclo melihat wajah Zizel yang diatasnya.

"Yang kedua"

Zizel kembali tiduran memeluk pinggang Maclo, nyaman. Akhirnya ia dapat merasakan adegan manis seperti drakor yang ia tonton.

Maclo juga terenyuh membiarkan Zizel memeluknya, tangan kanan ia gunakan mengusap rambut Zizel dan kiri untuk punggung Zizel.

"Ayam lo di bandrol harga berapa ke Belvi?"

"Gratis. Dia mau ngurusin Pinky sampai gede aja udah syukur gua" jawab Zizel.

"Lo tuh nggak ada jiwa bisnis banget sih! Lo waktu itu beli berapa di pasar?"

"Dua puluh lima ribu"

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now