100:We're Friends

708 126 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

..

Pagi ini berbeda dengan pagi kemarin, ya tentu saja karena kali ini Haura datang lebih awal, tidak seperti kemarin yang mengharuskan nya memanjat tembok. Kalau boleh jujur dia belum cerita kepada mami nya soal kejadian kemarin.

Lebih tepatnya, Haura tidak ada niatan sama sekali menceritakan nya. Cukup dia saja yang tahu. Lagi pula mami nya tidak akan perduli. Sekarang, perempuan itu sedang sendirian di kelas, teman kelas nya yang lain belum datang.

Haura tengah menikmati pemandangan pepohonan dari luar jendela di samping nya sambil memakai earphone, dia sangat menyukai suasana seperti ini, sangat tenang dan damai.

Namun sayangnya kedamaian itu harus berakhir setelah kedatangan seorang lelaki. Lelaki yang memakai hoodie berwarna kuning itu tidak sendirian, ada seseorang juga di belakang nya.

“Kak, ngapain?.” Tanya Angkasa heran karena Yoga tiba-tiba menghentikan langkah nya.

Yoga melamun sambil memperhatikan Haura dari ambang pintu kelas. Angkasa yang melihat nya langsung mendengus kasar.

“Minggir.” Angkasa mendorong Yoga yang menghalangi jalannya.

Seketika Yoga tersadar dari lamunan nya, ia pun langsung berjalan duduk ke bangku nya dengan sesekali melirik Haura.

“Kak, gue ke toilet dulu.” Pamit Angkasa setelah menaruh tas nya, dia langsung pergi keluar dari kelas.

Yoga berdiri dan berjalan menghampiri Haura yang sedang asik melihat pemandangan di luar jendela.

“Lihatin apa?.” Tanya Yoga namun tidak di respon Haura.

Yoga merebut earphone dari salah satu telinga Haura, sontak Haura langsung menoleh pada lelaki itu. Yoga memasang earphone Haura ke telinga nya.

“Lagu nya enak.” Ucap Yoga menarik kursi untuk duduk di samping Haura.

Haura mendengus “Balikin.”

“Pinjem bentar,”

“Pelit banget sih.” Gumam kecil Yoga. Namun Haura dapat mendengarnya.

“Apa judul lagu nya?.” Tanya Yoga.

“Kok gak di balas sih??, Susah banget tahu nyari topik.” Ucap Yoga dengan frustasi.

Tiba-tiba Haura ingat perkataan Wina kemarin, kalau dia harus mempunyai teman minimal 1 di sekolah ini. Di saat seperti ini memang hanya Yoga yang bisa membantunya.

“Yoga.” Panggil Haura.

“Nahh keluar juga suara lo, apa?, ya?, kenapa?, perlu apa?.”

Haura tersenyum kecil berusaha menahan tawanya. Sadar kalau Yoga melihatnya, perempuan itu seketika memasang wajah datar seperti biasanya.

100 Days [Tahap Revisi]Where stories live. Discover now