Di wajah daun itu.
Kulihat bulir-bulir air
yang berceceran lepas
di rundung hujan perasaan.Yang dahulu
dalam setiap tetesnya
dipenuhi gelak tawa.Namun kini
sedikit demi sedikit
dirinya telah menguap
menjadi tangis haru
ke ketinggiannya.Hingga nantinya
di singgasana memori
dirinya dibekukan kembali.
Menjadi gumpalan-gumpalan
awan bercampur kenangan.Yang darinyalah rintik
hujan akan kembali
membasahi padang hati.Bukan lagi hujan perasaan.
Kini yang hadir adalah
hujan kerinduan.Yang bergemuruh jemu
dan berkilat ingin temu.Sejenak pikirku seketika
mengangkasa.
Apabila seperti itu pula
siklus air mata bekerja.Maka, tak mengherankan,
jika dirinya acapkali menggenang
di sisi paling luar kelopak mataku.Dan merangkak turun
membasahi daratan pipiku
yang berbedak debu haru.Kebumen, 17 November 2021
VOCÊ ESTÁ LENDO
Semesta Berpuisi
Poesia"Sekitarmu adalah puisi tanpa kertas. Maka, jadikanlah hatimu buku catatan tak berhalaman, dan akalmu pena yang tak pernah kehabisan akan tinta. Hingga setiap puisi yang dirangkai semesta, mampu terbaca oleh mata fana manusia". Seseorang yang tengah...