Chapter 24 : Fight

En başından başla
                                    

"Apa maksudmu?" tanya pria bernama Nicolo itu heran.

"Nona Gabriels mencintai Tuan L," jujurnya tanpa beban mengucapkan kalimat keramat tersebut.

Nicolo terkejut. "Apa kau yakin?" Melihat Beatrice mengangguk lemah, ia tersenyum dengan bengisnya. "Tetap dengarkan dia dan aku akan memberi tahumu apa yang harus dilakukan selanjutnya."

"Bagaimana bisa? Meskipun aku masih menjadi pelayan pribadinya, dia tidak akan mau bicara denganku lagi!"

"Menguping kalau begitu," jawabnya asal.

Beatrice melotot. "Aku akan dimutilasi!"

Nicolo mengedikkan bahu. "Tidak, selama kau melakukannya dengan diam-diam," ucapnya enteng, lalu meninggalkan Beatrice begitu saja.

Beatrice mendesah kesal, menuju beranda, menunggu majikannya sebab Letizia akan keluar. Namun, Lucrezia menghentikan langkahnya. "Kau pelayan Lily, bukan? Apa kau tahu sesuatu antara Lily dan L?"

Beatrice mengernyit pada wanita aneh yang ingin tahu kehidupan orang lain tersebut dan bersiap menolak, namun bertepatan saat itu pula Letizia keluar dari lift.

"Hei Lily, kau akan ke mana?" tanya Lucrezia tersenyum ramah.

"Via Lattea," jawabnya dengan nada ketus.

"Apa aku boleh ikut?" tanyanya masih melempar senyum.

Letizia menahan kekesalannya. "Bukankah kau punya sopir sendiri? Pergi saja sendiri!" balasnya langsung pergi, lalu mengangkat telepon.

"Hai Frank! ... Ah, benarkah? Astaga aku sangat merindukan kalian! ... Ya, aku sedang menuju mobil. ... Tunggu di sana! Aku akan melaju dengan kecepatan penuh!"

Lucrezia mengernyit mendengar nama yang disebut Letizia. Apa gadis itu akan pergi bersama pacarnya dan hubungan Letizia dengan Gabrielle tidak seperti apa yang ia pikirkan? Ah, mengapa ia harus sensitif begini? Bisa saja Letizia bersama teman lelakinya, bukan? Lucrezia pun mengedikkan bahu acuh tak acuh.

***

Via Lattea | Turin, Italy
04.00 PM.

Salju menyelimuti gunung, para pengunjung yang hendak bermain ski berdiam sejenak lantaran mendengar penuturan Amadea. Anak Perdana Menteri itu membuka Via Lattea dan para pengunjung dapat bermain ski, disediakan makanan juga minuman gratis untuk tiga hari ke depan. Hal ini dalam rangka kunjungan Amadea ke Turin yang tentu saja La Elemento ikut berkontribusi sebagai sponsor.

Setelah Amadea selesai mengucapkan pidatonya, ia hendak mempersilakan Gabrielle untuk berbicara juga lantaran pria itu memiliki peran penting, namun Gabrielle mengisyaratkan tangan bahwa tidak ada yang ingin ia sampaikan. Hingga netranya mendapati sepupu-sepupunya. Gabrielle mengerutkan dahi, apa yang dilakukan sepupu-sepupu sialannya itu?

"Ace," panggil Gabrielle pada asistennya. "Di mana Lily sekarang?" tanyanya.

Ace pun mengambil ponselnya memeriksa GPS yang ada di ponsel Letizia. Wajah Ace memucat mendapati GPS itu mendekat ke arah mereka. Ia langsung menoleh pada Gabrielle. Bosnya itu terlihat menatap tajam ke arahnya, lalu memutar mata muak.

Gabrielle memerhatikan sepupu-sepupunya menuju mobil bermerk Danziel yang Gabrielle rancang khusus untuk Letizia nan tidak bisa mengendarai mobil normal. Rahang Gabrielle mengeras lantaran ia tidak bisa pergi ke mana-mana, ia harus menemani Amadea di tengah-tengah kerumunan kala itu.

"Jika mereka menyentuh Lily, patahkan tangan mereka," desis Gabrielle tajam, sebelum diangguki dan hormat, lalu Ace pergi.

Ace langsung berlari tanpa peduli licinnya salju dapat membuatnya terjatuh.

Di sisi lain, Letizia keluar dari kursi pengemudi diikuti Maria yang bergetar ketakutan, seolah-olah ia sehabis keluar dari rumah hantu. Ekspresi Maria tentunya membuat seluruh insan tertawa.

"Lily, lihatlah apa yang kau lakukan pada Maria!" ucap Ansel tertawa geli.

"Kau seharusnya tidak mengemudi selaju itu, jalanan sedang licin," peringat Frank.

Carlson mengangguk setuju, lalu tersenyum senang. "Aku sangat merindukanmu, Lily," ucapnya hendak memeluk gadis di hadapannya. Akan tetapi Ace langsung menarik Letizia agar tetap menjaga jarak.

Semua insan terkejut begitu Ace datang, namun mereka menoleh pada Gabrielle, di mana pria itu tengah melempar tatapan membunuh pada mereka. Letizia yang tidak mengetahui Gabrielle ada di sana langsung panik.

"A-apa yang Daddy lakukan di sini?" gumamnya heran. Ia menoleh kesal pada Frank. "Kau tidak bilang!"

Frank tertawa dengan tampannya. "Aku lebih suka berkelahi dengan L dibanding kau yang harus dimarahinya karena menemuiku diam-diam."

"Apa kau berpikir untuk mengkhianati kepercayaan Tuan L padamu, Nona?" tanya Ace tidak percaya.

Letizia mengerutkan dahi. "Apa kau gila? Aku mengajak mereka ke sini karena aku dengar akan ada acara penyambutan Nona Amadea sehingga bisa sekaligus bermain ski!"

Di saat Letizia selesai dengan ucapannya, Gabrielle dan Amadea mendatangi mereka. Membuat para Stone menunjukkan senyum tipis palsu mereka. "Signorina," sapa mereka bersamaan.

Amadea tersenyum lebar. "Hi, Mr. Stones. Aku tidak tahu kalian akan datang, jika aku tahu aku pasti menyambut kalian tadi."

"No, we're fine," ucap Anver merangkul Letizia dengan senyum miringnya. Sementara Letizia berusaha melepas tangan Anver, takut tatapan mematikan Gabrielle seolah ingin memutilasi mereka berdua.

Gabrielle mengeraskan rahang lantaran tidak mampu berbuat apa pun. Ia tidak mungkin bertingkah di hadapan pemerintah, terlebih putri Perdana Menteri pula! Bahkan, bukan hanya Gabrielle, Frank dan Carlson juga tidak suka dengan perbuatan Anver.

"Who is this beautiful girl?" tanya Amadea bingung. "Seingatku Stone tidak memiliki gadis muda secantik ini."

"Ah, this beautiful girl?" tanya Anver masih tersenyum miring. "This is my girlfriend," jawabnya dengan sirat mata penuh arti pada Gabrielle, seolah-olah menantang untuk berkelahi di sana.

"Go fuck your—" umpat Frank tertahan lantaran Gabrielle langsung memukul Anver.

Anver yang tidak terima dipukul langsung membalas. Keduanya terus berkelahi melayangkan tinju, membuat beberapa wanita berteriak, dan reporter menyorot mereka. Amadea berteriak histeris tidak mengerti dengan sepupu gila itu, sementara Letizia dan Ansel berusaha melerai.

Untungnya saja, perkelahian itu cukup singkat lantaran anak buah Anver membantu Anver untuk menenangkan bos mereka. Meski Ace dan anak buahnya yang lain melakukan hal serupa, Gabrielle justru melempar tatapan membunuh lantaran tidak sudi anak buahnya menyentuhnya.

Ansel pun membawa saudara kembarnya untuk pergi dari sana. Ia sudah tahu kedatangan Anver ke sana bukan karena merindukan Letizia, tapi ingin bertengkar dengan Gabrielle lantaran sepupu mereka itu menyentuh kawasan The Greatest –kelompok Anver dan Ansel–.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Amadea pada Gabrielle khawatir. "Ada apa di antara kalian berdua?"

"Ke mobil sekarang," perintah Gabrielle tajam pada Letizia seolah-olah tidak mampu menahan emosinya lebih lama, mengabaikan ucapan Amadea. Tanpa memedulikan apa pun, Gabrielle masuk ke mobil Letizia dan mengendarainya secepat kilat.

Amadea yang ditinggal terkejut. "L!" panggilnya tidak percaya. Ia bingung, siapa wanita itu? Dan mengapa mereka seolah memperebutkannya?

#To be Continue...



201221 -Stylly Rybell-
Instagram maulida_cy

Gabrielle's [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin