Chapter 21 : Dejected

Mulai dari awal
                                    

Gabrielle pun berdiri dari kursi menuju lapangan penerbangan helikopter miliknya untuk pergi ke kantor, sebelum terbang ke Roma nanti siang.

Ace menunduk pada Gabrielle, tidak ikut menaiki helikopter. "Saya akan menyiapkan segala keperluan dan mengatur jadwal lengkap untuk keberangkatan ke Roma-"

"Biarkan Rafaele yang melakukannya," potong Gabrielle cepat, membuat Ace tertegun. "Pastikan Lily tidak lecet fisik mau pun pikirannya."

Ace mengetatkan rahang tegasnya. Gabrielle masih menghukumnya atas apa yang terjadi pada Letizia beberapa hari yang lalu. Ia pun menoleh pada Rafaele yang menunduk patuh.

***

Palazzo del Quirinale | Rome, Italy
01.01 PM.

Mobil luxury kebanggaan Luke Danzi Stone yang tengah dikendarai anak buah Gabrielle berhenti di Istana Presiden Italia, di mana para abdi negara berbaris rapi, menjaga kediaman sang kepala negara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil luxury kebanggaan Luke Danzi Stone yang tengah dikendarai anak buah Gabrielle berhenti di Istana Presiden Italia, di mana para abdi negara berbaris rapi, menjaga kediaman sang kepala negara. Bendera merah, putih, hijau berkibar di tiang tertinggi, dan di sisi lain terdapat patung pria tanpa busana dengan kuda perkasa di sisinya.

"Selamat datang Tuan L!" seru Perdana Menteri begitu Gabrielle keluar dari mobilnya.

"Grazie," sahut Gabrielle.

Sang Perdana Menteri pun bercerita panjang lebar sambil menuntun Gabrielle menuju ruang makan. Namun, yang mengherankan adalah adanya putri Sang Perdana Menteri, gadis itu memiliki surai pirang yang indah.

Undangan makan siang itu merupakan pembahasan biasa, di mana Gabrielle menjelaskan perkembangan pesat bisnisnya, dan berakhir membantu projek-projek besar negara seperti yang sudah-sudah. Ya, bahkan sebelum Gabrielle, ayahnya dulu juga terlibat dalam pembangunan-pembangunan negara.

Tiba-tiba saja, musik yang dimainkan terdengar romantis nan sontak membuat Presidente della Repubblica tersebut menarik istrinya untuk berdansa. Perdana Menteri pun tidak mau kalah dan mengajak istrinya berdansa juga, menyisakan Gabrielle dengan anak Perdana Menteri.

"Kau tidak berdansa?" tanya gadis bernama Amadea tersebut.

"Jika kau berkenan?" ucap Gabrielle yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

Gadis itu tersenyum lalu memberikan tangannya agar Gabrielle dapat menuntunnya untuk berdansa. Keduanya pun mulai meletakkan tangan masing-masing, sebelum melangkahkan kaki seiring alunan musik.

Amadea terpukau akan manik indah Gabrielle. Tanpa bisa ditolak, bibirnya dengan lancangnya berucap, "Bola matamu seperti ombak laut." Namun, segera tersadar dan mengalihkan pandangan malu seraya meneguk saliva. Mengapa ia terdengar seperti menggoda pembisnis tampan itu?

"Dan matamu mengingatkanku pada taman Butchart di Kanada."

Amadea kembali menatap netra Gabrielle yang lebih tinggi darinya, terhipnotis akan ucapan manis layaknya Dewa Zeus yang playboy tersebut, merayunya untuk jatuh ke pesona memikat seorang Gabrielle.

Gabrielle's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang