Chapter 17 - Great Storm At Duke's Mansion

34.2K 5.7K 129
                                    


Hadeon tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan melangkahkan kedua kakinya ke daerah bagian timur di mansion milik keluarga Vyacheslav itu lagi.

Sebab sejak kematian mendiang istrinya, rasanya bagi Hadeon daerah timur yang merupakan daerah favorite wanita itu justru malah berubah menjadi daerah yang paling ia hindari dan juga benci.

Tidak hanya karena daerah tersebut selalu membuat dirinya teringat akan bayang-bayang senyuman, kasih sayang, kehangatan, maupun ekspresi wajah kecewa hingga tatapan penuh kesedihan dari Rhetha. Tetapi juga karena daerah timur itu ditempati oleh anak yang sejak lahir keberadaannya sudah sangat tidak ia sukai.

Madelaine Zestasia Vyacheslav.

Putri satu-satunya dari keluarga Duke yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian dari dirinya.

Semua itu karena Hadeon yang tidak sanggup untuk menatap kearah perempuan itu. Wajahnya yang hanya mirip dengan Rhetha, ditambah dengan kedua iris beserta warna rambutnya yang asing. Semua itu membuat hati Hadeon hancur hingga berkeping-keping, karena membayangkan bahwa mungkin saja dugaan bahwa wanita yang paling ia cintai telah mengkhianati dirinya memang benar.

Akan tetapi, walaupun Hadeon membenci dan selalu menolak keberadaan Madelaine.

Entah mengapa dilain sisi pun Hadeon tidak dapat membunuh atau bahkan membuang perempuan itu.

Padahal jika dipikir-pikir lagi, tentu saja Hadeon dapat melakukan hal tersebut jika ia menginginkannya.

Itu adalah hal yang mudah untuk dilakukan.

Bukankah Hadeon hanya perlu mengatakan kepada orang-orang bahwa perempuan itu bukan darah kandungnya? Lalu memutuskan untuk membuangnya, atau sekadar melenyapkan nyawanya secara diam-diam pun rasanya bukan hal yang sulit.

Yah, semua itu dapat Hadeon lakukan jika saja saat detik-detik kematian Rhetha, Hadeon tidak melihat ekspresi wanita itu.

Wajah wanita yang sangat ia cintai.

Wajah yang biasanya selalu mengulas sebuah senyuman secerah cahaya matahari ditengah-tengah musim panas. Senyuman yang selalu memberikan kehangatan dan juga kenyamanan.

Wajah wanita itu biasanya terlihat begitu ceria.

Akan tetapi sejak hari itu Hadeon tidak lagi dapat melihat senyuman hangat darinya, dan entah mengapa Hadeon mulai menyadarinya setelah semuanya sudah terlambat.

Entah sekeras apapun Hadeon berusaha untuk menghindari dan menerima tatapan dingin beserta tidak bersahabat dari Rhetha, namun tetap saja perlakuan wanita itu yang berubah drastis kepadanya benar-benar telah melukai hati Hadeon.

Dan..

Apakah salah jika Hadeon menganggap semua itu sebagai kesalahan anak yang tidak seharusnya lahir?

Tatkala Hadeon mendapat kabar bahwa Rhetha tengah memperjuangkan saat-saat terakhirnya. Hadeon hanya bisa menatap sosok wanita cantik itu terbaring lemah diatas tempat tidurnya secara diam-diam dari balik pintu.

Sosok hangat Rhetha yang membelai putrinya, dan bahkan disaat tengah berjuang mati-matian untuk melawan rasa sakit ditubuhnya, wanita itu masih dapat tersenyum dengan hangat kepada sosok perempuan kecil yang tengah menangis dengan tersedu-sedu disisi kanannya.

Tatapan mata yang begitu tulus, Hadeon merindukan semua itu.

"Jangan menangis Maddie, apa yang membuatmu sesedih itu?"

"I-ibu! Ibu kesakitan karena aku... Se-semua orang bilang ini adalah salahku... Hikss... Hiks.."

"Kata siapa? Ini semua bukan salah Maddie—uhuk!—uhuk!"

BEYOND THE HORIZONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang