Chapter 45

27.5K 2.6K 47
                                    

Tepat tengah malam pukul 12 Arjuna dan Renata sudah bersiap di depan kamar Andreas. Tadi Rudi bilang Andreas benar-benar tidak keluar kamar seharian. Hanya Rudy saja yang bolak-balik nawarin bocah itu makan.

Renata membuka pintu kamar Andreas dengan perlahan takut pergerakannya malah membuat Andreas terbangun tiba-tiba.

Tangannya meraba saklar lampu di ujung ruangan. Bersamaan dengan Arjuna yang membawa kue di belakangnya. Mereka mendekati kasur bocah kecil itu.

"El," panggil Renata dengan begitu lembut. Namun tidak ada respon apapun dari anak itu.

"El bangun dulu sayang." Renata menatap Arjuna dengan kening yang bekerut. Namun Renata malah di sambut dengan senyum miring lelaki itu.

Arjuna menarik tangan Renata untuk berjalan ke arah pintu namun, tidak sampai keluar kamar. Arjuna mengalihkan kue di tangannya ke Renata untuk mematikan saklar lampu dan menutup pintu dari dalam.

Agar Andreas mengira bahwa mereka memang sudah pergi dari kamarnya.

Selang beberapa detik, mereka mendengar Isak tangis dari balik selimutnya. Walaupun tidak bisa melihat reaksi Arjuna, tapi Renata tetap menatap lelaki itu.

Isakan tangis itu terasa begitu memilukan bagi Renata, sesaknya saat kehilangan kedua orangtuanya entah mengapa begitu kembali terasa sekarang.

Arjuna langsung lompat ke kasur untuk memeluk anaknya itu. Sedangkan Renata langsung menyalakan saklar lampu dan langsung menyalakan lilin dengan pemantik api.

"Happy Birthday anak papa." Andreas membuka selimutnya dan mencoba melihat keadaan sekitarnya.

Wajah bocah lelaki itu basah di banjiri air mata.

"Daddy jahat. El benci sama Daddy," jeritnya pilu. Andreas paling benci di tinggal sendirian. Anak itu merasa kesepian. Dia akan merasa bahwa tidak ada satupun yang menyayanginya.

Tanpa basa-basi Arjuna langsung memeluk putra semata wayangnya itu erat-erat. Mengelus punggungnya untuk menenangkan anaknya itu.

"Im sorry boy, but instead Daddy brought Renata as my future wife."

Andreas melepas pelukannya, ia menyeka sisa air matanya di sudut kiri.

Kedua bola matanya menatap Arjuna dan Renata bergantian.

"Dad, are you serious?" Tanya Andreas tidak percaya, Arjuna dan Renata kompak mengangguk. Bahkan Renata tak segan-segan memamerkan cincin di lingkaran jarinya yang Arjuna berikan.

"As you wish boy. She is mommy."

"Aaaa Kak Rena." Andreas langsung memeluk leher Renata secara tiba-tiba sampai membuat kue yang berada di pegangan hampir saja terjatuh kalau tidak dia pegang dengan benar.

Arjuna mengelus puncak kepala Andreas yang terlihat begitu antusias dengan Renata kali ini.

"Kapan? Kapan kalian bakalan menikah?" ujarnya yang begitu antusias.

"Setelah Daddy ketemu kakek sama Nenek. Jadi nanti El harus bantu Daddy kalau misal kakek ga setuju," ujar Arjuna dengan penuh penekanan. Andreas mengangguk senang. Membuat Renata kewalahan menopang tubuhnya.

"Yaudah sekarang, tiup dulu lilinnya. Udah pendek tuh nanti mati sendiri dia," saran Renata yang memang sudah gemas dengan kelakuan Andreas yang bertingkah segitu bahagiannya.

Andreas melepas pelukannya, dia mulai menyatukan kedua tangannya, kedua matanya terpejam dan bibirnya terlihat seperti sedang berdoa tanpa suara.

Renata dan Arjuna ikut memejamkan kedua matanya sampai akhirnya bocah itu mengucapkan kata "Amin." Barulah mereka membuka matanya bersamaan.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Where stories live. Discover now