Chapter 22

31.6K 3.3K 51
                                    

Arjuna memijat pelipisnya yang dihadang pening seketika. Sudah pasti setelah ini Renata tak akan lagi mau berdekatan dengannya. Dari apa yang Rudi ceritakan tadi siang bahwa Renata mendengar suara Freya yang meringis kesakitan dan berasumsi dengan suara desahan.

Padahal siang itu kaki Freya keseleo saat sedang marah-marah padanya karena dia selalu membela Renata.

Arjuna tidak tega jadilah dia mengurut sebetar kaki Freya namun sialnya perempuan itu malah sengaja berteriak seperti itu karena dia melihat kehadiran Renata dari celah pintu yang terbuka.

Niat hati ingin menjelaskan saat jam pulang kerja. Renata malah pergi lebih dulu sambil berkata bahwa dia menunggu gaji tambahannya selama merawat Andreas dan berkata sangat membutuhkannya.

Tanpa menunggu apapun lagi Arjuna langsung membayarnya, namun saat dia menghampiri perempuan itu ke kosannya. Ternyata Perempuan itu tidak ada.

"Dad, kak Rena kemana? Kok hari ini gak datang?"

Arjuna menoleh, dia tersenyum sambil mengelus puncak kepala anaknya lembut.

"Kak Renanya ada urusan jadi hari ini El belajar sendiri dan ngurus diri sendiri ya."

Andreas menekuk wajahnya, terlihat dari bibi bocah itu mengerucut sebal.

"Padahal tadi El baru bikinin kak Rena puisi lagi."

"Sabar ya, El juga harus ngertiin kalo Kak Rena punya kehidupan sendiri. Dia gak bisa terus-terusan sama El setiap hari."

"Yaudah dad, El mau ke kamar." Arjuna meringis, sebegitu berpengaruhnya kehadiran Renata bagi Andreas. Ia bahkan tidak menyangka jika rasa sayang Andreas lebih besar kepada Renata dari pada kepada Ibu kandungnya sendiri.

"Freya sialan. Coba kalo gak ada dia pasti semuanya bakalan lancar. Dan Renata gak mungkin salah paham kaya gini."

****

Renata mengetuk pintu rumahnya berkali-kali, karena saking khawatirnya dengan kondisi bapaknya, Renata memutuskan untuk pergi ke Bandung dan memberikan uangnya sendiri.

Renata baru ingat, bapaknya kan di rawat dirumah sakit. Jelas saja dirumahnya tidak ada orang.

"Eh neng Rena."

Renata menoleh saat namanya disebut, itu Mbah Ika, perempuan tua itu dulu sering sekali mengajaknya bermain. Mulai dari menemaninya dirumah. Sampai membelikan jajanan diwarung sampai dia puas. Dia tak menyangka sudah 28 tahun berlalu Mba Ika masih terlihat sehat dan bugar.

Renata menghampiri sembari menyalami punggung tangan perempuan paruh baya itu.

"Mba apa kabar?"

"Aduh si Eneng geulis, mba Kamu sendiri gimana? Jarang banget pulang. Betah ya di Jakarta." Renata tersenyum kikuk, lantas dia mengelus punggung Mba Ika lembut.

"Heheh iya Rena sibuk kerja. Mba Oh iya Mba tahu gak bapak dirawat dimana?"

Mendengar pertanyaan Renata membuat Mba Ika mengerutkan dahinya bingung. Reaksi itu pun justru membuat Renata malah ikutan bingung.

"Kenapa Mba?"

"Neng gatahu?"

"Tahu apa Mba?" Tanya Renata yang mulai menatap keseriusan raut wajah Mbah Ika.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Where stories live. Discover now