Chapter 36

26.2K 2.7K 49
                                    

Renata menatap pria didepannya dengan tatapan sengit. Walaupun sebelum dia sampai di rumah sakit bersama Andreas dia sempat merasa khawatir. Tapi melihat Arjuna sudah bisa tersenyum sambil terus menggodanya membuatnya menyesal karena sudah khawatir.

Tapi untungnya Arjuna hanya keserempet mobil, lukanya tidak begitu parah sampai harus operasi. Hanya luka ringan yang harus diobati sebentar dan sudah bisa di pulangkan hari ini juga.

"Saya pamit dulu deh kalo gitu. Masih banyak kerjaan." Renata bangkit, sambil melampirkan Sling bagnya di bahu perempuan itu mengelus puncak kepala Andreas lembut.

"Jangan lupa makan, tadi kak Rena udah beliin El makan siang." Renata menujuk bungkusan plastik yang berisi makanan yang tadi dia beli. Andreas menganggukan kepalanya.

"Cepet banget udah mau pulang Ren."

Renata tidak menjawab, dia hanya menatap Arjuna dingin. Dia harus bisa melepaskan diri dari kehidupan bosnya itu.

"Ren tunggu dulu, saya mau bicara."

Renata menahan langkahnya, sebelum kakinya benar-benar keluar dia menoleh.

"Sebentar aja Ren."

Renata menghela napasnya berat, perempuan itu kembali duduk, tidak jadi beranjak.

Namun sebelum Arjuna mengangkat suara, ponselnya lagi-lagi berbunyi.

"Sebentar pak ada telpon," ujarnya sebelum mendengarkan apa yang Arjuna ingin katakan.

Renata melihat nama Ibunya tertera di layar ponsel. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Pertemuan pertama setelah hampir beberapa bulan lamanya tidak bertemu tidak menunjukan pertemuan yang patut di kenang.

Renata bimbang, telpon mati. Namun tidak sampai lama ponselnya kembali berdering menunjukan nomor yang sama menelponnya.

Renata menarik napasnya dalam-dalam, berusaha untuk tidak kembali menyalahkan ibunya karena telah menyembunyikan kematian bapaknya.

"Assalamualaikum, halo Bu."

"Ini Renata?"

Renata menyeritkan dahinya, dia lepas ponsel dari telinga untuk memastikan bahwa yang menelponnya memang nomor ibunya.

"Iya ini Renata, ini siapa ya? Bukannya ini nomor ibu saya?" tanya Renata yang kebingungan saat dia mendengar suara laki-laki di sebrang sana.

"Ini saya, Fian dokternya Soraya." Renata menganggukan kepalanya, dia terdiam sejenak. Jika Fian adalah suami baru Soraya berarti Fian bapak tirinya?

"Ada apa ya?"

"Renata bisa ke rumah sekarang?" Samar-samar Renata mendengar suara Isak tangis yang begitu menggema. Perasaannya mulai gelisah.

"Ada apa?"

Lama Fian tidak bersuara, hal itu mampu membuat Renata menegang.

"Ada apa? Kasih tau cepetan saya gak punya banyak waktu," ujar Renata dengan nada yang sedikit meninggi. Bahkan Arjuna dan Andreas yang berada di belakangnya pun sampai terkejut.

"Ibu kamu."

Renata mengeram sekali lagi. "Ibu kenapa? Langsung aja kasih tahu."

"Ibu kamu meninggal Ren."

Renata terdiam, pikirannya sibuk mencerna apa yang di ucapkan Fian barusan. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Tangannya gemetar, kakinya terasa sangat lemas seolah tidak bisa dia tumpu lagi.

Renata mengerjapkan kedua matanya, tubuhnya sedikit limbung.

"Kak Rena." Andreas berlari memegang tangan Renata berusaha untuk membantu menahan tubuh perempuan itu.

KEKI [END✓ JOHHNY SUH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang