Kehilangan

84 2 0
                                    

~Di saat dia telah pergi, di situlah kamu merasa kehilangan~

*

*

Di malam hari, Bintang mengunjungi Bulan di kos-kosannya. Dia sengaja tidak mengirim pesan atau pun menghubungi Bulan terlebih dahulu. Bintang ingin memberikan kejutan kecil untuk Bulan, sebagai rasa terima kasih sekaligus permintaan maaf.

Sembari menggenggam sebuah kotak perhiasan di tangannya, Bintang berjalan dengan perasaan bahagia. Senyum sumringah terpatri di wajah tampannya, tak sabar ingin segera bertemu sang pujaan hati.

Di depan gang kos-kosan terparkir sebuah mobil mewah berwarna hitam. Diperhatikan makin dekat, mobil itu nampak tidak asing dalam ingatan Bintang. Ia seperti pernah melihatnya di parkiran kampus.

 Ia seperti pernah melihatnya di parkiran kampus

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Mobil itu ..." Bintang menyoroti sosok lelaki yang sedang berdiri sambil mengobrol dengan seorang gadis di dekat mobilnya, "Pak Arsen? Bulan? Kenapa dia bisa ada di kos-kosan Bulan malam-malam begini? Mereka juga terlihat sangat akrab."

Senyuman di wajah Bintang langsung memudar begitu melihat mereka. Tiba-tiba hatinya merasa sakit, bagaikan tertusuk sebilah pisau saat menyaksikan rona bahagia di wajah Bulan ketika ia sedang bersama pria lain.

Bulan dan Arsenio menjadi lebih dekat akhir-akhir ini. Bahkan saat sedang mengobrol seperti itu, mereka tidak terlihat layaknya dosen dan mahasiswa. Melainkan seperti dua orang yang sudah berteman dan saling mengenal sejak lama.

Selama ini Bulan telah banyak membantu pekerjaan Arsenio. Wajar saja jika mereka sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama, bahkan hingga malam hari. Seperti yang mereka lakukan sekarang, Arsenio baru saja mengantar Bulan pulang, ia juga ingin memberikan sesuatu kepadanya.

"Oh iya, ini uang untuk kamu bulan ini," ucap Arsenio sembari mengulurkan tangannya yang menggenggam sejumlah uang.

"Wah, terima kasih banyak ya, Pak."

"Sama-sama, Bulan. Semenjak ada kamu, pekerjaan saya jadi lebih ringan. Kamu sudah sangat berjasa untuk saya."

"Ah, Bapak terlalu berlebihan. Itu kan sudah menjadi tugas saya, Pak. Saya senang kok bisa membantu pekerjaan Bapak."

Arsenio tersenyum lebar, "Saya harap, kita bisa bekerja sama lebih baik lagi kedepannya."

"Iya, Pak. Saya juga berharap demikian."

Bintang hanya bisa melihat mereka dari kejauhan. Ia sama sekali tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Segala bentuk pikiran negatif mulai memenuhi isi kepala Bintang. Ia mengira kalau Arsenio memang sengaja berkunjung ke tempat Bulan karena ingin bertemu dengannya dan mengenal Bulan lebih dekat.

"Kayaknya gue datang di saat yang nggak tepat," ucap Bintang lemas.

Bintang menggenggam kuat-kuat kotak perhiasan yang masih berada di tangannya—meluapkan kecemburuan yang bergerilya dalam hati. Ingin marah pun rasanya tidak berhak, entah bagaimana melampiaskan amarah yang sulit terungkapkan.

DIFFERENTWo Geschichten leben. Entdecke jetzt