Cinta Pertama

208 54 116
                                    

_UNIVERSITAS ANTARIKSA_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_UNIVERSITAS ANTARIKSA_

~Cinta pertama tak akan mudah dilupa~

*

*

"Lari, woy! Lari!" teriak Bara menggelegar sembari memegang toak di tangannya. Suara bariton khasnya hampir memekakan telinga. "Apa ini yang dinamakan mahasiswa? Baru hari pertama OSPEK, tapi kalian sudah terlambat!"

Di bawah terik sinar mentari, semua peserta OSPEK diwajibkan berkumpul di lapangan kampus. Para kakak tingkat atau yang lebih familier dipanggil senior, sangat geram melihat kelakuan junior mereka. Di hari pertama OSPEK, banyak mahasiswa baru yang datang tidak tepat waktu. Salah satunya adalah Rembulan, yang baru sampai di kampus saat pintu gerbang hampir ditutup oleh satpam. Alhasil, ia mendapatkan posisi di barisan paling belakang.

Rembulan Valencia Auristella, atau lebih akrab disapa Bulan. Menurut cerita dari sang ibu, putri tunggalnya terlahir ke dunia ini ketika malam hari. Oleh karenanya, ia diberi nama Rembulan, yang berarti 'sinar bulan'. Ibunya berharap, kelak saat putri kesayangannya dewasa nanti, ia akan memiliki masa depan yang cemerlang bak sinar bulan.

Bulan adalah mahasiswa baru di Universitas Antariksa, salah satu universitas terbaik di Jakarta yang memiliki banyak fakultas unggulan dan lulusan mahasiswa berprestasi. Hari ini, Bulan harus menjalani masa OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus).

Raut wajah Bulan terlihat kurang fresh, dia masih mengantuk karena semalaman begadang. Bunyi alarm sebanyak 10 kali membangunkannya dari alam mimpi. Dia juga tidak sempat mengisi perut karena takut kesiangan.

Derita anak kos, segala sesuatunya harus dipersiapkan seorang diri. Termasuk soal makan. Jauh berbeda ketika sedang di rumah, tidak perlu khawatir memikirkan menu sarapan, karena sudah disediakan oleh ibu di atas meja.

"Hoam ..." mulut Bulan terbuka lebar, tak kuasa menahan kantuk. Mungkin jika ada lalat di hadapannya, akan langsung hinggap di dalam.

Sorot mata Bara yang tajam tertuju pada Bulan, "Hei, kamu! Cepat maju ke depan!"

Gadis itu celingukan ke samping kanan dan kiri, ia tidak menyadari kalau teriakan Bara tertuju padanya. Bara kembali menegaskan, "Kamu, yang berdiri di barisan kedua paling belakang."

Bulan mengarahkan jari telunjuk tepat di depan wajahnya sendiri, "Sa-saya, Kak?"

"Iya, kamu. Siapa lagi? Ayo cepat, maju ke depan. Sekarang!" bentak Bara lagi. Kali ini wajahnya terlihat lebih sangar, emosi Bara mulai memuncak.

Dengan rasa malu sekaligus gugup, Bulan memberanikan diri melangkah ke arah podium. Semua mata memandang memperhatikan dirinya. Para peserta OSPEK saling berbisik, penasaran dengan apa yang akan dilakukan Bara terhadap Bulan.

DIFFERENTWhere stories live. Discover now