13

102 9 0
                                    

Aku tidak tahu bagaimana bisa aku melupakan satu fakta yang sangat penting dan bisa mempengaruhi kehidupanku. Aku terlalu ceroboh, jika aku tidak menceritakan hal yang sama kepada Magdum. Dia adalah sahabatku satu-satunya. Sahabat yang selalu ada di dekatku, selalu ada untukku disaat apapun dan kapan pun. Tapi mungkin berita tentang hubunganku dan juga Pak Galang akan membuatnya menjadi merasa sangat kecewa padaku. Dan aku, tidak ingin kehilangan sahabat sejatiku.

Aku kembali berguling di atas ranjangku. Menghela napas. Sudah satu jam yang lalu setelah makan malam bersama dengan Kak Refi, dan membicarakan semuanya, aku masih belum merasa mengantuk. Aku bangkit dari ranjangku dan mengambil ponselku yang ada di atas meja. Mengetik pesan dengan cepat ke Pak Galang.

Kamu sudah tidur?

Tulisanku bercentang dua, dan mulai berubah warna jadi biru.

Tidak, aku masih memeriksa tugas. Ada apa sayang?

Sebenarnya, aku baru saja menceritakan tentang kita pada kakakku...

Dan...

Dia ingin sekali bertemu denganmu, besok.

Tulisanku sudah terbaca, namun tidak ada tanda-tanda dia akan membalas pesanku. Hingga tiba-tiba Pak Galang mem-video call-ku. Dan saat aku menekan tombol disana, terpampang wajah Pak Galang, namun aku segera menutup kedua mataku dengan salah satu telapak tanganku.

Hei, Lily... sayang, ada apa?” Aku mendengarnya bertanya panik, dan aku menggeleng.

“Kamu tidak pakai kaos...” gumamku yang dijawabnya dengan kekehan. Dia bertelanjang dada. Astaga. Mata suciku! Aku mungkin sering melihat Shah Rukh Khan beradegan bertelanjang dada, tapi ini, Pak Galang. Ototnya terbentuk dengan pas, begitu kotak, penuh dan begitu cokelat. Begitu seksi dan membuatku merasa panas seketika.

Dia berhenti terkekeh, membuatku ragu membuka kedua mataku perlahan. Membiarkan celah kecil di keduanya, untuk menatap Pak Galang. “Oke-oke... jangan panik. Katakan padaku, apa yang harus ku lakukan nantinya saat bertemu dengan Kakakmu?

Aku berdehem cukup keras, menghilangkan rasa gugupku. Astaga. Aku mulai menggigiti bibir bawahku. “Ku rasa, Kakak ku akan menanyakan beberapa hal tentang kamu dan juga... tentang kita.”

Dia menganggukkan kepalanya perlahan, dengan jari telunjuknya yang mengetuk – ngetuk dagunya. “Tentu saja. Apakah itu artinya setelah aku dan kakakmu bertemu besok dan menjelaskan semuanya dan juga meyakinkannya, kita bisa melangsungkan pernikahan?”

Aku terdiam. Apa dia sedang melamarku saat ini? Astaga. Aku menganga dan menatapnya tidak percaya. “Galang...” Aku menelan salivaku dengan susah payah, dan dia hanya menyengir, memperlihatkan gigi gingsulnya, kesukaanku. “Ku rasa, kamu mulai mengantuk sekarang... istirahatlah.”

Dia mengulum senyum. “Oke, aku akan menemuinya saat akan menjemputmu. Sekarang kamu juga istirahatlah, dan tunggu aku besok. Selamat malam sayang...”

“Selamat malam juga, Galang...” Aku tersenyum.  Dan layar ponselku kembali biasa. Aku menutup kembali ponselku dan meletakkannya di atas meja. Aku berbaring dan menatap langit-langit kamarku. Aku kembali menghela napasku. Menarik ujung selimut untuk menutupi tubuhku hingga sebatas leherku. Bergelung di dalamnya, dan meringkuk. Ku rasa aku sudah siap untuk mendapatkan mimpi malam ini.

Don't Let Me Go ✔️ {TERBIT}Where stories live. Discover now