8

146 8 0
                                    

Pak Galang menggenggam erat tanganku ke parkiran sepeda. Aku tersenyum lebar, dan sekali lagi aku masih memerah. Mengingat bagaimana reaksi setiap orang yang melihat kami. Bingung, terkejut dan banyak lagi. Bahkan sepanjang kami melewati lorong, Pak Galang tidak pernah melepaskan genggaman tangannya di tanganku. Saat sampai di parkiran, Pak Galang dengan cepat mengambil helm-ku yang ada di spion sepeda, dan memasangkannya ke kepalaku. Dia tersenyum lembut dan mengecup keningku.

“Kamu yakin, tidak ingin ku antarkan pulang?” Pak Galang mengernyitkan dahinya saat matanya terkena sinar matahari.

“Tidak... hari ini aku akan pulang sendiri.” Aku mengulum senyum. 

Saat aku menaiki sepeda, Pak Galang menggenggam erat tanganku. Aku mendongak, dan melihatnya menatapku khawatir. Jakunnya naik turun, seakan dia sulit menelan salivanya sendiri. Hidungnya kembang kempis. “Hubungi aku, jika kamu sudah sampai rumah, oke?” pintanya yang langsung ku jawab dengan anggukan cepat.

“Hati-hati...” gumamnya yang masih bisa ku dengarkan.

Aku terus berpikir. Aku belum pernah merasakan perasaan asing yang seperti ini. Ada banyak hal yang saat ini terasa benar untukku. Pertama, aku jatuh cinta, dan itu kepada Pak Galang, dosenku sendiri. Kedua, Pak Galang juga jatuh cinta padaku. Ketiga, akan menjadi sangat sulit saat Magdum ataupun Kak Refi mengetahui tentang hal ini. Keempat, aku tidak akan bisa menghilangkan perasaan ini. Kelima, aku mencintai Pak Galang tanpa memandang apapun yang menjadi halangan baginya. Kecacatannya adalah keunikan untukku. Dan aku, mencintai kecacatannya itu.

Kali ini, aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku mampir ke sebuah cafe, aku pikir, aku butuh cokelat panas kali ini. Untuk menenangkan perasaanku yang sejak tadi tidak ada hentinya untuk memanas. Aku bahagia. Saat masuk ke cafe, aku segera memesannya, dan duduk di salah satu bangku di dekat jendela, sambil menunggu pesananku. Aku mengirim pesan kepada Silvi.

Sil, aku di cafe favorit kita nih, ketemuan yuk...

Kenapa emangnya?

Udah datang aja dulu, aku mau cerita lagi nih... di pasti hot deh beritanya...

Oke, siap! Tunggu sepuluh menit lagi ya...

Aku kembali tersenyum pada seorang pelayan yang mengantar pesananku. Kali ini, memang tidak terlalu ramai, jadi ada beberapa pelayannya yang disana, duduk-duduk santai, sambil bersenda gurau. Aku menyesap cokelat panas di cangkir keramik ini, sambil sesekali meniupnya, membuat hawa panasnya mengenai wajahku. Aku tersenyum kecil, saat melihat Silvi yang berlari mendekati mejaku. Dia duduk dengan tergesa, dan tiba-tiba dia menyambar gelasku, dan meminumnya, tanpa mengetahui kalau cokelat itu masih sangatlah panas. Aku tertawa dalam hati, saat mendengar Silvi mengumpat kasar.

“ASEM! PANAS BANGET SIH?!” Silvi meletakkan gelas itu ke meja, dan memeletkan lidahnya, yang terlihat sangat merah. Aku mengulum senyumku, dan berdehem cukup keras, membuat Silvi mencoba kembali fokus padaku.

“Ada apa sih?! Berita hot... pasti tentang Nick Bateman, kan? Oh, astaga! Babang tampanku...” Silvi heboh sendiri. Astaga, bagaimana bisa aku punya sahabat sepertinya. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, dan menyentil dahinya. “Aduh... apa lagi sih?!”

Aku memajukan wajah dan tubuhku ke arahnya. Dan mulai berbisik, “Pak Galang ternyata juga cinta sama aku... kami pacaran sekarang.” Aku memundurkan kembali wajah dan tubuhku, melihat ekspresi Silvi. Dia melongo. Mulutnya terbuka membentuk huruf ‘O’ yang besar. Kedua matanya melotot. Dan aku yakin, dia akan segera menyuarakan kehebohan.

“SUMPAH?! INI BENERAN?! NGGAK BOHONG, KAN? BUKAN HOAX KAN?” Tuh kan, benar. Silvi memang selalu seperti ini. Heboh.

“Sttt...” Aku berdesis sambil meletakkan jari telunjukku di bibirku sendiri. Melotot ke arah Silvi. Dan akhirnya dia terdiam, mulai sadar dengan beberapa orang yang mulai memperhatikan kami.

“Ini beneran Ly... aku nggak nyangka lho... ceritanya gimana?” tanya Silvi sambil ikut berbisik.

“Jadi, tadi itu, aku sama Magdum lagi di kantin, terus tiba-tiba Pak Galang datang, dan tanya kenapa aku kok bisa sih jatuh cinta sama dia, aku juga nggak tahu kan. Terus dia bilang, kalau dia juga jatuh cinta sama aku. Dan yah, akhirnya kami pacaran deh...” Aku tersenyum mengingat kemanisan yang diberikan oleh Pak Galang.

“Aku jadi penasaran deh, Pak Galang tahu darimana ya, kalau kamu jatuh cinta sama dia. Kan yang baru tahu juga aku doang. Kira-kira tahu darimana ya?” Silvi mengusap-usap dagunya seakan berpikir.

Dan ya, sebenarnya aku juga berpikir akan hal itu. Bertanya-tanya lebih tepatnya. Aku tadi belum sempat bertanya pada Pak Galang akan hal itu. Karena aku terlalu senang, atas apa yang aku dapatkan hari ini. Cinta dan hubungan. Salah satu mukjizat yang ada di dunia ini. Semoga semua ini akan menguatkanku di kehidupan ini, dan jangan sampai melemahkanku. Karena cinta, bisa menjadi apapun yang kita butuhkan di dalam kehidupan kita.

Don't Let Me Go ✔️ {TERBIT}Where stories live. Discover now