11

111 9 0
                                    

Mobil Pak Galang berhenti tepat di depan rumahku. Aku melirik ke arah rumah, sepeda motor Kak Refi masih belum terlihat disana. Aku menghela napas lega, dan dengan cepat menoleh ke arah Pak Galang yang sedang menundukkan kepalanya. Aku mengusap perlahan rambut berjambulnya itu, dan membuatnya mendongak sambil memejamkan kedua matanya. Apakah dia menikmati sentuhanku di kepalanya? Astaga. Aku seperti mengusap kepala anak kecil saat ini. Hingga tiba-tiba dia menggenggam tanganku yang tengah mengusapnya, dan membawanya mendekati bibirnya, mencium tanganku lama.

“Kau akan membuatku benar-benar tertidur jika tidak menghentikan usapanmu itu,” gumamnya sambil menyeringai. Astaga. Aku sangat menyukai seringaiannya itu.

“Yah... ku pikir, aku sedang menidurkan anak kecil tadi,” jawabku yang mengundang tawa kecil darinya.

Dia melepaskan tanganku. “Oh iya, besok kamu kan ada jadwal kuliah, akan ku jemput kamu besok. Oke?!”

Aku menganggukkan kepalaku dengan cepat sambil tersenyum lebar. “Ya... akan ku tunggu.”

Pak Galang mencium keningku dan keluar dari mobil untuk membukakan pintu untukku. “Terimakasih untuk hari ini, Lily... akan ku ganti kencan kita yang gagal tadi,” ucap Pak Galang sesaat setelah aku turun dari mobilnya.

Aku berbalik dan tersenyum ke arahnya. “Seharusnya aku yang berterimakasih. Aku belum pernah kencan sebelumnya. Dan ya, ini adalah pengalaman pertamaku. Cukup menyenangkan.”

Dia melangkah mendekatiku dan membawa tubuhku ke dalam pelukannya. Dia bergumam tidak jelas di puncak kepalaku, dan setelahnya dia mengecup lama kepalaku. Aku mendongak dan dia sedikit merenggangkan pelukannya. Pak Galang tersenyum lebar dan meniup wajahku, membuatku terkikik, dan melepaskan pelukannya. “Apa yang kamu katakan tadi?” tanyaku penasaran dengan gumamannya yang tidak jelas.

Dia bersandar di sisi mobilnya dan bersedekap. “Berdo’a...” jawabnya dengan nada yang santai.

Aku mendekat ke arahnya. “Do’a apa? Jangan membuatku semakin penasaran...”

Dia tertawa kecil melihatku. “Baiklah-baiklah. Aku berdo’a, agar aku selalu bisa bersamamu. Selalu bisa mencintaimu, selalu bisa menjagamu. Dan hidup bersamamu, seumur hidupku. Dalam keadaan apapun, aku akan selalu mencintaimu... hingga aku tiada.”

Setitik air mata jatuh dari mataku, dan aku sadar, aku menangis lagi. Aku berjalan cepat mendekatinya dan memeluknya erat. Menenggelamkan wajahku di dadanya, dan mendengarkan detak jantungnya yang semakin cepat disana. Aku menyentuh dada itu, dan bisa merasakan detaknya di telapak tangan kananku. Dan bisa ku rasakan usapan di sepanjang rambutku. “Aku juga akan selalu mencintaimu, Galang... hingga aku tiada.”

Don't Let Me Go ✔️ {TERBIT}Where stories live. Discover now