24. Meisya Kaelia Lemos

39.6K 5.8K 169
                                    


Selama satu Minggu ini Ludrick selalu mengecek keadaan Meisya. Mulai dari suhu tubuh, sampai makanan yang Meisya makan.

Seperti hari ini misalnya, jadwal Meisya diperiksa oleh Ludrick. Pria itu tersenyum menatap Meisya yang tengah memakan salad buah buatannya.

"Enak banget ya, makan itu harus anggun jangan belepotan kayak gitu."

Ludrick mengusap yogurt yang ada di sudut bibir Ceysa. "Kayak anak kecil aja sih, padahal sebentar lagi mau punya anak."

Meisya mengerucutkan bibirnya kedepan, "Kamu bawel banget sih, aku tuh jadi keganggu makan salad nya."

"Iya iya ibu hamil." Tangan besar itu mengecam Surai coklat Meisya.

"Aku harus pergi ke rumah sakit, kalau kamu butuh sesuatu telpon aku."

"Siap pak dokter." Jawab Meisya dengan senyum lebar.

"Nona Meisya, anda di panggil oleh tuan Max." Seorang penjaga berpakaian rapih berdiri di ambang pintu kamar nya.

"Oh iya kah. Dimana Max nya sekarang?"

"Mari ikut saya nona."

Sesampainya di depan pintu ruang kerja Max. Meisya segera membuka pintu tersebut, "Max! Apakah kamu merindukan ku.."

Meisyaa sedikit berlari mendekati max yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Kemudian memeluk tubuh tegap erat. "Kenapa kamu tidak memeluk ku? Kamu tidak merindukan ku atau anak mu ini?"

Max menatap datar Meisya, kemudian ia dengan sedikit keterpaksaan menarik ujung bibir nya.

"Hm.. bagaimana keadaan anak-anak?"

"Baik kok. Apakah kamu membawakan aku oleh-oleh?"

Max menunjuk barang-barang yang menumpuk di dekat sofa ruangan kerja nya.

Mata Meisya berbinar-binar menatap tumpukan barang tersebut. "Apakah semua barang itu punya ku?"

"Itu untuk anak-anak, kalau kamu ingin barang baru. Belilah sendiri.."

Kedua mata hijau jernih itu berkaca-kaca, "Kenapa sih sikap kamu selalu dingin sama aku?!"

"Tapi, setiap kita bahas tentang anak-anak kamu selalu tersenyum cerah."

Isak tangis Meisya menggema di ruang kerja Max. "Kamu kayaknya nggak sayang sama aku ya, kamu cuman sayang sama anak yang aku kandung ini."

"Hiks.. hiks.. kamu jahat banget sih, aku salah apa sama kamu? Padahal aku kan cuman mau diperhatiin kamu,"

"Kenapa nggak Ludrick aja yang jadi suami aku, kenapa harus kamu sih?!"

Max mengusap wajahnya kasar, menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

"Meisya. Saya nggak pernah mengajari kamu untuk berbicara seperti itu, saya tidak suka sama cara biacaramu barusan."

Max mengusap punggung Meisya dengan lembut. "Waktunya kamu tidur siang,"

"Aku mau tidur sama kamu, temenin aku ya.."

"Aku ada rapat di kantor, kamu sendiri aja ya tidurnya."

Meisya mengusap air matanya secara kasar. Kemudian wanita hamil itu berjalan menjauh dari pelukan Max.

"Oke. Tapi, nanti pulang nya kamu beli martabak telur ya. Aku lagi pengen itu,"

"Ini di Italia, Meisya. Disini tidak ada martabak telur, kalau kamu mau makanan itu.. nanti aku suruh chef untuk memasaknya."

"Aku nggak mau!"

"MEISYA!!" bentak Max dengan nada tinggi. "Masuk kamar kamu, jangan banyak maunya."

"Kamu bentak aku.. kamu jahat banget sih, aku tuh lagi hamil anak kamu ya!"

"Meisya.. hey, ck. Jangan lari, kamu lagi hamil."

"Terserah aku lah! Kamu juga bentak aku barusan," teriak Meisya dari luar ruangan.

Max mendengus mendengar balasan dari wanita itu. "Sabar Max, kamu harus mendapatkan hati nya terlebih dahulu.. agar ingatannya tidak pernah kembali, dan ia hanya menganggap dirimu suaminya."

Bersambung...

Revisi setelah selesai..

Disini nggak ada target, jadi kalian bebas mau komen ataupun itu.. tapi tetap harus vote ya.

Ada yang mau di ucapkan sama mereka pendatang baru..

Max ..

Ludrick..

Patrick..

August..

FIVE HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang