dýo

62 18 38
                                    

Gelak tawa menusuk gendang telinga gadis berparas teduh. Eirene disambut meriah oleh cairan merah yang kini membalut tubuhnya. Cairan itu hadir kala ia menginjakkan kaki di ambang dua pintu besar yang terlepas. Tamparan tangan kiri dan kanan membahana hingga puing bangunan bergetar. Ternyata ada dua wanita saling memegang tambang dekat tirai putih yang terbungkus patung di samping kanan dan kiri Eirene. Mereka keluar dari tempat persembunyian. Seseorang dekat podium lama berbalik badan. Bayangan yang menyerupai Mr. Akra ternyata teman satu angkatannya Eirene.

"Terima kasih, kawan-kawan, sadu," lontar Skilla pada sosok yang mengelabui Eirene.

"Kalian boleh kembali ke kelas," lanjutnya.

"Jika kau membutuhkan kami lagi, katakan saja. Kami tunggu janjimu seusai sekolah nanti," ucap seorang pria berperawakan tinggi sambil mengedipkan mata kanannya, diikuti dua gadis adun yang melambai-lambai dan membiarkan kedua insan berbeda rasa tetap di sana.

"Kau bodoh sekali."

Eirene tak beranjak, tetapi air matanya berlinang meninggalkan pelupuk yang kian basal. Mary Jane hitam mengilap memutarinya. Sebuah jemari lantik mengalun pada durja sang gadis merah. Menghapus jejak, lalu menghempaskannya sembilan puluh derajat ke timur. Degup Eirene menyerbu, tubuhnya bergetar dahsyat. Sentuhan Skilla baginya seperti topan menghantam gubuk di ladang yang terikat Ficus Pumila. Jari telunjuk jenjang Eirene memainkan biyangnya. Perlahan indra peraba ujung kukunya mengelupas bersamaan risau hati yang tak usai. Menampakkan gumpalan lembut senada dengan cairan yang menyelimutinya dan bila terkena air akan sakit, tetapi sakit itu tidak sehebat penderitaannya.

"Beruntung sekali aku dapat melihat penderitaanmu tuk sekian kalinya. Ah! Kau mendengar itu, Eirene? Bel sudah berdenting, kau tahu maksudnya, 'kan? Ingat-ingat kembali, ya! Aku pamit, Eirene." Skilla melambai kemayu meninggalkan Eirene tanpa pakaian ganti. Aksi kakinya terdengar menjauh bersamaan tawa renyah dari kerongkongan Skilla.

Belasan menit terbuang. Semesta menarik Eirene ke dunia fana. Ia berlari menuju gedung utama lantai dua---di mana ruang kelas berjejer rapi sesuai urutan. Sesekali terjatuh sebab lantai licin bersanding dengan Mary Jane yang basah. Lebab pun lahir di permukaan dengkul beserta luka-luka kecil. Meronta kesakitan, tetapi sang pemilik tak menghiraukan.

"Maaf terlambat, Miss. Apakah kau dapat mengizinkanku mengikuti kelasmu?"

Belasan pasang mata mengalihkan perhatian dari bayangan proyektor. Layaknya paduan suara, mereka terbahak bersama sesuai tempo. Saling memukul meja dan melayangkan buntalan kertas, bak pemimpin orkes simfoni.

"Menjauh kau dariku, Eirene!" Wanita hampir menyentuh kepala tiga itu berteriak seperti orang yang hilang akal. Satu, dua, hingga berkali-kali memenuhi seisi kelas. Ia meringsing sampai sudut ruang. Eirene berusaha mendekatinya. Tubuh sang guru terbaca tidak beres. Namun, Eirene tak menyadari itu. Ia terus mendekat hingga puncaknya tiba. Dengan tangan berlumuran merah, ia hampir menyentuh pecinta science itu, tetapi belasan pasang mata tadi berhamburan dari bangkunya. Mereka bersua kala sebuah dentuman memenuhi ruang. Tubuh guru science roboh.

"Kau gila, ya?" Seorang gadis yang paling dikenal seantero negeri, mendorong Eirene hingga membentur papan putih.

"Miss penderita hemophobia dan kau datang dengan tubuh seperti ini? Pakai otakmu, Eirene! Selama ia mengajar di sini, tidak ada yang bertingkah!" Gadis tadi menggocoh Eirene yang tak berkutik.

"Skilla! Sudahlah tak usah urus manusia macam dia. Kau hubungi kepala unit kesehatan. Cepat!" pungkas gadis sang pemimpin kelas.

Skilla memamerkan sudut bibir yang terangkat culas kepada Eirene. Ia meninggalkan ruang kelas dengan gawai yang dilekatkan di telinganya, lalu memanipulasi haru. Bibirnya mengoceh pada seseorang di seberang sana juga tangannya ikut bersandiwara.

IneffableWhere stories live. Discover now