- Gapapa, jangan dipikirin ya.

36 1 0
                                    

*Baik pada kisah yang sebenarnya, ataupun pada sesuatu yang fiksi. Aku tetap tidak bisa melibatkan kamu didalamnya, tidak bisa menuliskan bagianmu. Karna kalau aku bisa pun aku ingin melibatkan pula setiap perasaan yang kau punya pada setiap kata juga kalimat pada setiap babnya. 

Hubungan kami pun semakin dekat setelah tragedi hujan hari itu. Terutama antara aku, Dirga juga Nuggy. Kami lebih sering berhabiskan waktu bersama, entah di kampus ataupun diluar kampus. Kalau kalian bertanya tentang Azka, kami pun tetap sering menghabiskan waktu bersama. Hanya saja Azka lebih sering sibuk karna ia selain kuliah juga mengurus bisnis salah satu brand nya. 

"Hai Ay cantik" Nuggy bersender pada kelasku yang saat itu baru saja selesai.

"Aduh males deh Gue ketemu Lo lagi"

"Gabole gitu dong."

"Terserah Lo deh. Gue mau ke toilet" Aku berbelok arah ke kamar mandi, Nuggy sempat menahan tanganku.

"Apa lagi sih Lo?"

"Hahaha. Santai Ay, Gue cuma mau bilang abis dari kamar mandi langsung ke perpustakaan ya. Ditunggu Bos disana" Kemudian berlalu.

"Dih gajelas banget" Sambil memperhatikan punggung Nuggy yang perlahan menjauh.

Sesuai yang diperintahkan Nuggy, setelah selesai dari kamar mandi arah ku selanjutnya adalah ke perpustakaan. 

Di ujung sana sudah dapat ku kenali punggung laki-laki yang tadi mengikutiku sampai kamar mandi, sedangkan dua punggung lagi sudah dapat ku tebak dengan jelas dan tepat sasaran. 

"Kenapa sih?" Sambil menarik bangku di samping Nuggy. Semua mata di meja itu pun seketika menatap bingung kearahku.

"Kenapa? katanya disuruh ke sini" 

"Disuruh siapa?"

"Bang Nuggy" Setelah itu tatapan heran berbalik ke arah Nuggy.

"Lah? Ko Lo?" Azka dengan suara terganggunya dan mulai menyenderkan punggung nya ke kursi. Melihat Azka yang sepertinya merasa terganggu, aku pun beranjak dari duduk.

"Gapapa Ka udah. Duduk lagi aja Ay, ga masalah" Kali ini Dirga bersuara sambil menutup laptop dihadapannya.

"Gue tadi ajak Aira, karena Gue kira pas Dia dateng kita udah selesai ngobrolin yang tadi"

Setelah itu obrolan mengalir dari mulut mereka, membicarakan sesuatu dimulai dari yang aku tau sampai tidak. Mereka juga sesekali mencoba melibatkanku dalam percakapan yang sedang mereka bangun itu. Pembicaraan terus terbangun sampai mereka bangkit dari kursinya masing-masing karena setelahnya akan ada perkuliahan lagi. Aku ingin berlama-lama di sana, namun saat melihat ponsel yang sepertinya milik Dirga tertinggal di kursi laki-laki itu. Aku pun memutuskan untuk menyusulnya

"Bang Dirga" Di luar perpustakaan hanya tersisa Dirga yang masih mencari sesuatu di tasnya. Kemudian meraba kantong celananya. Tidak terlihat ada Nuggy dan Azka disekitarnya.

"Sebentar Ay" 

"Ini ponsel Bang Dirga kan?" Sambil ku serahkan ponsel tipis itu padanya.

"Eh iya. Makasih ya Ay" 

"Kenapa?" Tanyanya Setelah memasukan ponsel tipis itu ke kantong celananya.

"Maaf ya soal tadi"

"Tadi yang mana?" Sejak obrolan di dalam perpustakaan dimulai, aku hanya menimpali ketika ditanya oleh mereka karena yang aku rasakan hanya rasa bersalah. Aku merasa bersalah saat melihat Azka seperti itu. 

"Ooh yang Azka tadi?" Tanyanya lagi setelah pertanyaan sebelumnya hanya ku jawab dengan tundukan kepala.

"Ga masalah Ay. Udah biarin aja" 

HOME OF USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang