- Ikut andil

23 1 1
                                    

Happy reading..

Setelah percakapan dengan Mas tio sore itu, ia terus saja memintaku masuk organisasi. Katanya pengalaman organisasi juga bisa dilihat saat kita melamar pekerjaan. Selain itu Mas tio juga ingin aku dapat merasakan rasanya mengembangkan diri pada sebuah organisasi, terutama organisasi kampus. Bahkan ia tiba-tiba jadi sering memberitahuku tentang keuntungan jika aku masuk ke dalam organisasi seperti yang ia inginkan, jelas saja dulu Mas tio adalah salah satu mahasiswa yang aktif dalam organisasi di kampusnya dan salah satu mahasiswa berprestasi pula. Berbeda denganku yang rasanya hanya ingin cepat lulus. 

"Ay. Lo beneran gak daftar ?" Tanya Nida dengan teh kemasan di tangannya.

"Bingung Gue Nid. Gue nya sih gamau, tapi Mas tio nanyain terus. Ya jelas beda lah, dia mah pinter mau sambil organisasi atau sambil magang bakal bagus aja nilainya. Lah Gue kan ngga sepinter dia" Kesalku.

"Yaelah dia pinter juga gara-gara belajar mulu kali Ay, coba aja sekali-kali Lo tanya kenapa dia bisa pinter. Pasti dia juga usaha, Lo kan gatau. Dia mungkin pulang organisasi malem lanjut belajar, lanjut review materi atau ngerjain tugas" 

"Ayolah Ay, Bang Nuggy aja udah minta Lo ikut. Bahkan Bang Dirga juga kan" Masih berusaha membujuk ku

"Gatau Gue" 

"Kalo gue jadi Lo sih ya, Gue bakal daftar. Lo kenal Ay sama ketuanya, sama temennya juga bahkan. Enak Lo punya orang dalam"

"Orang dalam your eyes

"Lah iya dong, Lo kenal mereka. Mereka bahkan udah minta Lo terang-terangan buat daftar. Berarti kan emang mereka nunggu banget Lo buat ambil peran"

"Gatau deh Gue bingung banget Nid" 

"Pegangan aja Lo. Bingung mulu kerjaannya" Sewotnya.

Tidak lama kemudian seseorang dengan kemeja flanel biru kotak-kotaknya duduk disamping Nida. 

"Halo Ay. Halo Nid"

"Halo Bang Nuggy"

"Apa? Gue ga bawa bekal" Ucapku, karena ia biasanya datang hanya untuk menghak milik bekal yang aku bawa dari rumah.

"Yahh.. Gue laper banget padahal Ay"

"Beli dong" 

"Nanti aja ah" Kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana nya, memainkannya. 

"Lo berdua ga pada daftar ya?" Tanyanya masih dengan pandangan pada ponsel tipis miliknya.

"Apa?" 

"Itu pendaftaran"

"Nida daftar. Gue ngga" Jawabanku membuatnya mengalihkan padangannya dari ponselnya itu.

"Kenapa?"

"Ya gapapa. Gue gamau aja" 

"Gaada gapapa. Coba kasih tau Gue sini kenapa gamau nya" 

"Dia takut kalo ikut nanti gabisa maksimal di akademiknya" Nida memberitahukan keresahan ku pada Nuggy yang sekarang mulai menatapku.

"Yailah Ay, Lo liat Dirga tuh. Bisa dia dua-duanya balance"

"Lah dia mah emang pinter kali"

"Lah ngga juga. Dia kalo Gue sama Azka tidur pas lagi break rapat atau lagi pada ngobrol gitu. Dia biasanya baca buku, belajar. 

"Semua balik ke Lo nya juga Ay, yang bisa bikin balance atau ngga nya kan Lo. Tapi Gue sama yang lain mau ko bantu kalo Lo ada susah paham materi kuliah gitu. Kita bantuin"

"Dirga juga ngomong ke Gue, dia maunya Lo ikut" 

"Boong Lo"

"Dih. Jangan sampe Gue telfon orang nya disini ya" 

"Yaudah iya"

"Yaudah daftar dong Ay" Nida masih berusaha membujukku.

"Apalagi coba keluhan Lo?" Tanya Nuggy.

"Gue gabisa bikin CV" Pernyataanku kali ini membuat Nida dan Nuggy seketika memandangku heran.

"Yaudah yaudah nanti Gue yang bikin aja. Lo tinggal send pengalaman sama nama sekolah Lo dulu aja. Nanti pas udah jadi Gue langsung kasih ke Dirga aja ya" 

"Makasih ya Bang" Ucapku. Benar yang diucapkan Nida, kalau yang bisa membuatnya seimbang adalah diriku sendiri. 

"Ettss.. Gak gratis Neng, besok bawain Gue bekal ya. Jadi Gue ga minta bekal Lo, jadi Lo bawa bekal dua. Ok?" Entah kenapa Nuggy sangat menyukai bekal ku, masakan ibu. 

"Yaudah iya"

"Gue ke perpustakaan dulu ya. Panas" Ucap Nuggy dengan akhiri tawa. Kemudian berlalu kembali meninggalkan aku dengan Nida.

"Baik banget ya dia Ay"

"Iyalah Nid. Apa Lo mau punya yang kayak dia?" Godaku.

"Dih! Apaan sih Lo" 

"Atau mau yang kayak Dirga?" Melihat Nida sedikit kesal dengan godaan yang ku lemparkan, membuatku senang.

"Itu mah Lo kali. Selera Lo kan tuh Bang Dirga?" Nida membalas godaanku.

"Dih kata siapa Lo? Ngarang" 

"Emang bukan?"

"Bukan.."

"Gue kayaknya ga jelek jelek banget Ay. Kenapa bukan selera Lo?" Mendengar suara yang berbeda dari kami berdua. Membuatku dan Nida diam seribu bahasa, terutama aku. 

Dirgahayu, dia berada tepat di belakang ku. 

*To Be Continued

Haloo teman-teman semuaa. Aku mau coba untuk nulis wattpad lagi nih. Kalau kalian baca boleh distar dan komen yaa jangan lupa share juga ke temen kaliann supaya makin banyak yang bacaa nih. Semakin banyak yang baca, klik star, dan komen. Aku bakal semakin semangat juga buat nulis dan upload. Kalau gaada yang baca dan klik star nanti cerita ini bakal berakhir kayak cerita aku yang lain, yaitu aku unpublish dan masuk draftku aja.

Support satu sama lain yuk hihi. Sehat selalu semuanya.

See you next part.

HOME OF USWhere stories live. Discover now