- 17 Agustus

44 2 1
                                    

*Menjadikanmu bagian dari ceritaku memang lebih mudah. Tapi memastikan kamu mau bertahan sampai bab terakhir menjadi bagian tersulit.

"SINII SEMUANYA KUMPULL!! YANG DISANA ITU SINII SINIII" Teriak laki-laki itu dengan pengeras suara ditangannya.

"Aira! Lo telat ya ?" Nida langsung menarik tanganku saat kita harus kumpul sesuai dengan prodi masing-masing untuk pemaparan lebih lanjut.

"Iya Nid, tadi Gue di barisan yang telat" Jawabku. Aku dan Nida memang satu jurusan. Kalau Nanda dan Dila mereka juga satu prodi namun berbeda dengan Aku dan Nida.

"UNTUK ANAK TEKNIK SIPIL. KUMPUL DI DEPAN GEDUNG B!"

Aku dan Nida langsung bergegas ke arah gedung B.
Setelah ngambil posisi duduk ditempat yang ditentukan. Di depan sana berdiri kaka tingkat dengan tali hitam yang mengikat lengan atasnya, identitas prodi. Teknik sipil.

-GEDUNG B-

"Terimakasih untuk kalian yang sudah berkumpul dengan tepat waktu, karna pemaparan akan segera dimulai. Untuk Dirga selaku ketua kami persilahkan" Ucap perempuan yang aku perkirakan sekitar 1 atau 2 tingkat diatasku.

"Oke, sebelumnya makasih atas kesempatannya. Perkenalkan nama saya Dirgahayu, kalian boleh panggil Kak Dirga atau Bang Dirga juga gapapa." Pembicara diambil alih olehnya, Dirgahayu. Semua mata tertuju padanya, ada yang menatap kagum ada juga yang memuja.

"Kalo panggil sayang boleh ga ni Bang Dir?" Saut kumpulan laki-laki dengan tali hitam yang mengikat lengan atasnya, teman seperkumpulan Dirga.

"Waduuuu" seruan seruan ramai mulai terdengar menyauti candaan si laki-laki. Namun yang digoda, hanya diam di depan sana memegang mic sambil tertawa sedikit. Sangat sedikit.

"Gue seprodi sama dia?" Tanyaku mulai menyadari.

"Aduh gimana ini?" Kerisauanku ternyata didengar oleh Nida.

"Apanya yang gimana sih Ra?" Tanyanya.

"Itu Ka Dirga ketuanya ? Satu prodi dia sama kita Nid?" Tanyaku malas.

"Iya dia ketuanya Ra, kenapa sih Lo ? Kayak gapernah liat cowo ganteng aja" Canda Nida yang kemudian kembali mengalihkan pandangan ke depan.

"Bukan gitu Nid. Tapi tadi tuh Gue telat sampai niat buat bolos aja kan. Gue ngumpet di deket kamar mandi yang ada pohon pohon. Sampe ada yang narik gue paksa keluar terus gue disuruh baris di tempat yang telat deh" Aku pun menceritakan apa yang aku alami tadi pada Nida.

"Terus?"

"Nah ternyata yang narik itu, si Ka Dirga itu" jelasku.

"Yaudah lah Ra. Dia juga gabakal inget muka Lo. Gue jamin 100%" jawab Nida dengan yakin.

"T-tapi Nid. Yang fatalnya pas tadi gue tau itu dia gue reflek teriak anjing." Sambungku.

"HAH?! LO NGATAIN KA DIRGA ANJING?" Respon Nida sangat diluar dugaanku. Kami menjadi pusat perhatian mahasiswa baru ataupun kalangan kaka tingkat.

"HEH KAMU! SINI MAJU" Kaka tingkatku yang perempuan tadi pun memanggil kami, entah aku atau Nida. Tapi Nida yang maju, karna ia merasa dirinya lah yang berisik.

"Bukan Lo! Dia itu samping Lo maju sini. Udah telat sekarang berisik lagi" Suara Dirga terdengar sampai tempatku duduk walau ia tidak menggunakan pengeras suara.

Saat itu rasanya jantungku berdetak diluar tubuh.
Dirga, kalau aku bisa memilih. Aku lebih suka jantungku berdetak saat mendengarmu membentak bukan karna rasa yang ku kira nyata tapi ternyata tidak.

"Kamu namanya siapa?" Tanya kaka tingkat perempuan itu.

"Aira" Jawabku pelan.

"Aira siapa?" Sambung Dirga. Tanpa pengeras suara tapi rasanya suara Dirga sangat menusuk gendang telingaku.

"Sabar Bang Dir" Saut kaka tingkatku disekitar.

"Aira Faradisa" jelasku.

"Ooh oke Aira. Kita hukum aja ga sih Aira, Mumpung udah di depan nih. Yang gampang aja tapi guys" ucap Kaka perempuan tadi pada teman-teman mahasiswa baru angkatanku.

Saat itu sangat ramai, baik dari angkatanku para mahasiswa baru ataupun dari angkatan atas. Rasa malu juga takut membuat jantungku berdebar lebih cepat jangan lupakan pula sorakan yang mereka teriaki. sampai rasanya air mataku ingin tumpah saat itu juga.

"Jangan dong Kak" Ucapku pelan, namun sepertinya Kaka tingkat perempuan yang ingin menghukumku itu tidak mendengarnya.

"Kalau ngomong yang keras, jangan nunduk gitu." Sampai suara Dirga yang aku kira ia hanya bisa berteriak sampai ditelingaku dengan sopan.

Aku mendongakan kepalaku, menatapnya dengan mata yang rasanya tangis akan pecah saat itu juga.

"Ca! Aca! udah gausah ada hukum hukum segala deh. Biar cepet selesai juga ni acara, langsung pemaparan terus games aja" Suara Dirga mengalahkan suara Kaka perempuan yang tadi ia panggil Aca itu.

Aku pun diperbolehkan untuk duduk kembali. Pemaparan sekaligus games tentang jurusan kami pun dimulai.

"Gue dong, gue punya tebak tebakan nih. Ini klasik sih. Mungkin gaada yang tau. Tapi kita ambil aja tebakan terdekat ya" Nuggy, yang aku perkirakan teman seperkumpulan Dirga pun mengambil alih mic.

"Tebak ya! Kapan ulang tahunnya Bang Dir aka Ka Dirga aka Dirgahayu?" Tebak-tebakan yang dilemparkan Nuggy berhasil memecah tawa para teman-temannya.

"Basi banget" Respon Dirga dengan santai.

Semua mahasiswa baru terdiam karna sedari tadi kami tidak mendengar pemaparan tentang kapan ulang tahun si ketua himpunan.

"17 Agustus ga sih?" Suaraku yang ku kira pelan ternyata terdengar nyaring sampai ke barisan kaka tingkat

"HAHAHAHA DIRGAHAYU INDONESIA CERITANYA NENG?" Goda Nuggy yang disertai tawa teman-temannya.

"Mentang mentang" Respon cuek Dirga makin mengundang tawa semua.

*To Be Continued

Haloo teman-teman semuaa. Aku mau coba untuk nulis wattpad lagi nih. Kalau kalian baca boleh distar dan komen yaa jangan lupa share juga ke temen kaliann supaya makin banyak yang bacaa nih. Semakin banyak yang baca, klik star, dan komen. Aku bakal semakin semangat juga buat nulis dan upload. Kalau gaada yang baca dan klik star nanti cerita ini bakal berakhir kayak cerita aku yang lain, yaitu aku unpublish dan masuk draftku aja.

Support satu sama lain yuk hihi. Sehat selalu semuanya.

See you next part.

HOME OF USWhere stories live. Discover now