- Suara

21 1 0
                                    

Semenjak hari itu, kami pun bersama. Dirga menjadi sosok yang selalu menemaniku setiap harinya. Kami jadi sering berbicara lewat panggilan telfon. Mengobrol sampai larut malam pun sering kami lakukan. Membicarakan apa saja, seperti saat dulu sebelum bersama. Semua hal kami bahas, dari hal yang masih jelas arah pembicaraannya. Sampai hal-hal yang sudah tidak tahu kemana arahnya. Tapi aku bahagia sejauh ini. Bahagia punya Dirga dihidupku sekarang.

"Gimana Ay?" Nida tiba-tiba saja datang, menepuk bahuku lalu duduk.

"Udah Gue jawab" 

"Apa?" Aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Nida.

"Kalo Lo diem malu gitu, Gue tau Lo jawab apa" Sambungnya sambil menyenggol bahu ku.

"Diem deh" 

"Jadi nih Gue liat-liat" 

"NID! Gue bilang diem malah makin-makin Lo ya" Sebalku. Dia melanjutkan aksinya untuk menggodaku.

"Hahaha iyaa Ay. Abisnya Lo lucu deh" 

"Dih. Pergi Lo" Bercandaku tidak ditangkap serius oleh Nida.

Tidak lama kemudian segerombolan laki-laki datang lalu duduk di meja yang sama dengan ku juga Nida. Siapa lagi jika bukan mereka. Dirgahayu dan antek-anteknya. Nuggy dan Azka.

"Haloo Ay. Hii Nid" Sapa Nuggy kemudian duduk di sisi kanan ku.

"Haii guyss" Kemudian Azka menyusul duduk di sisi kiri.

Dirga tanpa sapaan pun langsung mengambil posisi duduk disebrangku. Di samping Nida.

"Gimana?" Tembak Nuggy seketika.

"Gimana apanya?" Pertanyaan Nuggy berhasil membuatku berkeringat. Takut ia mengetahui sesuatu antara aku juga Dirga.

"Kuliah Lo pada lah. Sebentar lagi UAS kan"

"Ya begitu aja sih" 

"Lo lagi banyak tugas ga sih Ka?" Maksud Nuggy adalah Azka.

"Gue sama Dirga ko banyak banget ya" Lanjutnya. 

"LAH?! Ga jelas banget Lo. Udah jelas kita satu kelas. Ya mana mungkin Lo banyak tugas terus gue nyantai" Azka memukul Nuggy dari belakang punggungku. Sedikit ricuh.

Saat mereka sedang ribut, aku sempat melirik ke arah Dirga yang duduk di hadapanku. Tepatnya di sisi Nida. Ia memutar mutarkan ponsel ditangannya dengan pandangan pada temannya di sisi kanan dan kiri ku. Dirga sadar saat pandanganku tertuju padanya. 

"Lagi banyak tugas Ay?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Dirga yang menatapku intens dengan ponsel yang sudah tidak ia putar. 

"Hah?" 

"Lagi banyak tugas?" Ulangnya.

"Iya nih. Ya Nid?" 

"Ehh, iya iya lagi banyak tugas" Untung saja Nida sangat kooperatif saat ini.

"Kalo banyak tugas bilang aja" 

"Ngapain bilang doang. Dibantu ngga" Saut Nuggy tiba-tiba.

"Ya bilang dulu dong. Baru nanti dibantu. Gimana sih Lo?" Belanya tidak mau kalah. Mengambil ancang-ancang akan melempar ponselnya.

"WAH! Sini dong lempar beneran" 

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang dibangun. Masing-masing dari kami sibuk dengan kegiatannya sendiri. Ada yang sibuk dengan ponselnya, ada juga yang tetap melemparkan candaan satu sama lain.  Suasana saat itu ramai, bukan hanya meja kami yang paling berisik. Tapi diluar itu Dirga benar-benar dapat menutupi semuanya. Ia dapat bertingkah dengan baik. Tidak ada ucapan bahkan candaan yang ia lemparkan, yang mungkin saja dapat menarik curiga diantara kami.

HOME OF USWhere stories live. Discover now