Chapter 16 : Case

Start from the beginning
                                    

Kelsey menahan napas, ia mendapati Luke menghampirinya sambil mengusap wajah frsutrasi, seolah-olah dirinyalah yang memberi tahu Gabrielle. Kelsey melirik ponselnya, di mana terdapat beberapa pesan Luke bahwa ia harus mengaku jika Gabrielle meneleponnya. Ya, Gabrielle memang masih kecil, tapi kecerdasannya bahkan dapat melampaui orang dewasa. Ia bahkan mampu membaca gerak-gerik Luke yang seharusnya sangat ahli berbohong ketika Gabrielle membahas Letizia. Tentu saja, Luke adalah seorang ayah, berbohong pada anaknya sendiri tentu terasa sedikit sulit, terlebih ia pernah bersumpah bahwa akan memberikan apa pun pada Gabrielle.

Kelsey membalikkan tubuh, menatap Gabrielle yang tidak pernah membuka lebar matanya, meninggikan suara, bernapas kasar, kini panik setengah mati, memeriksa keadaan Letizia nan menangis keras, seolah hampir kehilangan kewarasannya.

"It's ok... It's ok... I'm here," bisik Gabrielle di sela napasnya yang memburu, memeluk erat Letizia. Gabrielle menoleh pada ibunya, mengeraskan rahang. Tatapan tajam bak iblis itu menusuk Kelsey hingga ke tulang, deru napas tidak beraturannya menunjukkan bahwa ia dicekik emosi. Secepat kilat tangan Gabrielle mengambil pistol, menembak brutal Kelsey dari kejauhan. Akan tetapi, Kelsey langsung dibawa pergi Luke dari sana.

Pengkhianatan membuat Gabrielle semakin sulit memberikan empati pada manusia. Ya, itu ibunya, bagaimana bisa berniat menghancurkan bagian dirinya? Bagaimana bisa menghancurkan hal yang sangat disukai Gabrielle? Dan, keberanian dari mana membuat ibunya nekat mengkhianati seorang Dominico?

Flashback Off

"Siapa yang jadwal mengepel hari ini?" tanya Ace pada para maid yang berbaris rapi.

Ketujuh maid melangkah maju, menunduk dalam-dalam, takut akan terkena amukan sang bos.

"Siapa yang mengepel lantai tiga?" tanya Ace lagi, namun tidak ada yang menjawab. Ace menatapi wanita-wanita itu satu per satu, Alice, Beatrice, Alicia, dan keempatnya ia tidak ingat. "Jika tidak ada yang menjawab, aku akan menghukum kalian semua."

"Aku melihat Alicia yang mengepel lantai tiga!" ucap Alice akhirnya buka suara setelah sejak tadi ketakutan dan tidak terima jika mereka terkena imbas oleh satu orang.

Alicia menggeleng cepat ketakutan. Ia tahu bahwa membuat Letizia Gabriels celaka adalah masalah serius di mansion seorang Gabrielle. "T-tapi aku yakin sekali meninggalkannya dalam keadaan kering! Aku bersumpah-"

"Diam!" potong Ace tegas. Ia mengodekan tangannya sebagai isyarat. "Tinggalkan aku dan Alicia."

Para maid dan mafioso menunduk patuh, sebelum meninggalkan kedua insan yang bagaikan serigala dengan domba itu. Alicia bergetar takut. "Tuan Albrecht," mohonnya meminta belas kasihan.

Ace menyudutkan Alicia ke dinding dengan mencekik lehernya. Ia mengeraskan rahang marah. "Kau tahu? Kesalahanmu membuatku hampir kehilangan jariku!"

"M-maafkan aku, Tuan!" ringisnya menyentuh tangan Ace agar melepaskan cekikannya. "Aku bersumpah... aku meninggalkannya dalam keadaan kering!"

"Lalu bagaimana bisa Nona Gabriels terpeleset?!" bentaknya semakin membuat Alicia takut dan menangis.

"Aku tidak tahu, Tuan!"

Ace tertawa kecil, lalu melepas kasar cengkramannya. "Seseorang menjebak kita."

Alicia terbatuk-batuk, mencoba menetralkan deru napasnya. "Maksudmu, Tuan?"

"Kau akan bersembunyi di pengasingan," putus Ace. "Mafioso," panggilnya dengan nada sedikit berteriak, membuat beberapa bawahannya masuk ke dalam ruangan. "Seret dia ke Stanza Della Penitenza."

"Tidak! Tuan! Aku tidak bersalah!" jerit Alicia berusaha meronta.

Ace pun merapikan jas, pergi dari sana, namun baru saja ia keluar dari ruangan, ia bertemu dengan satu-satunya orang yang ia curigai. Yang ia duga adalah dalang dari insiden ini.

"Ada apa ini?" tanya Massimiliano.

Ace tersenyum miring. "Terjadi sedikit masalah, tapi seperti biasa, aku akan mengatasinya sampai tuntas."

"Itu terdengar cukup serius," sahut Massimiliano.

"Tuan Albrecht." Panggilan dari arah lain membuat Ace menoleh, Rafaele -salah satu asisten Gabrielle-. "Terdapat satu saksi yang mengatakan bahwa bukan Alicia yang bersalah."

Ace melebarkan seringainya melihat ekspresi Massimiliano yang sedikit berubah. "Sudah kukatakan, aku akan menyelesaikannya sampai tuntas," ucapnya hendak meninggalkan, namun bertepatan saat itu pula Gabrielle datang, membuat para mafioso menunduk hormat.

Gabrielle menatap tajam Ace, sebab bagaimanapun juga asistennya itu memiliki tanggungjawab atas segala hal yang terjadi pada Letizia. Lagi-lagi Ace ceroboh.

"Bagaimana?" tanya Gabrielle dengan suara berat nan berbahayanya.

"Saya masih menyelidikinya, Tuan."

Gabrielle menajamkan netra, seolah-olah tatapannya mengejek, hanya menemukan tukang pel kau butuh waktu berjam-jam?

Ace hanya memberikan isyarat bahwa mereka tidak bisa membahasnya di depan umum dan hal itu terjadi karena sebuah rencana seseorang. Gabrielle pun mengodekan tangannya sebagai isyarat bahwa Ace hanya memiliki waktu 48 jam untuk menyelesaikan kasus itu, sebelum pergi dari sana.

Massimiliano yang sama seperti orang-orang lainnya tidak mengerti isyarat Ace dan bosnya hanya mampu diam.

Sementara Ace pergi menyelidiki masalah tersebut. Akan tetapi, ia mendapati seorang maid yang baru saja ia curigai tengah mengisi peluru. Ace mengangkat sebelah alis. "Women," panggilnya.

Wanita itu langsung menunduk hormat.

"Di mana kau mendapatkan pistol itu?" tanya Ace.

"Aku La Righello, Tuan."

"Siapa namamu?"

"Beatrice."

Ace memerhatikan wanita itu, menilai dari atas sampai bawah, bertepatan saat itu pula terdengar seorang maid yang terjatuh dengan nampan di tangannya, Maria -pelayan pribadi Letizia-.

#To be Continue...








281021 -Stylly Rybell-
Instagram maulida_cy

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now