"Lo bisa lihat semuanya disini." Putri memperhatikan tulisan tangannya di papan tulis dengan senyuman kecut.

"Lo tahu? Kenapa lo gak ngomong dari awal?!" Cecep menunjuk wajah Bimo.

"Gue yang minta," ucap Putri.

"Kenapa lo gak jujur?"

"Lo bakal tahu alesannya nanti."

"Jadi kita harus gimana?" tanya Cecep.

Bimo memberitahukan semuanya pada Cecep sesekali Putri menimpali ucapannya. Tangan Cecep mengepal hingga otot tangannya terbentuk, kukunya memutih dan rahangnya mengeras dengan gigi bergemeletuk.

"Bitch!" umpatnya marah.

"Sabar, kita gak boleh kepancing emosi."

"Gue pastiin lo bakal menyesal!" tutur Cecep sambil menahan emosinya yang kapan saja bisa meledak bagaikan bom.

Kreekk...

Bimo, Cecep dan Putri mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Cecep berdiri hendak menghampiri suara itu namun tertahan.

"Gak perlu," kata Putri sambil menunjuk sebuah televisi yang langsung terhubung dengan cctv yang berada didepan gudang.

Bimo dan Putri memang sudah merancang semua ini dari jauh-jauh hari. Mereka sampai rela menghabiskan waktu, tenaga dan uang untuk membuat tempat ini senyaman dan se-aman mungkin. Tak tanggung keduanya membeli televisi dan juga cctv agar bisa melihat siapa saja yang mengunjungi gudang dan sekitarnya.

"Emang bangsat!" umpat Cecep saat mengetahui siapa orang diluar sana.

***

"Ngik-ngik."

"Woi itu suara siapa ngik-ngok gitu?" Adit celingak-celinguk mendengar suara yang aneh tapi tidak asing di indera pendengarannya.

"Noh liat, soib lo lagi ngurus anak sambil cengar-cengir gak jelas. Gue jadi curiga kalau dia lulusan rsj," cerocos Tio menunjuk Bisma yang sedang memainkan ponselnya.

Adit menghampiri Bisma. Mengintip ponsel cowok itu lalu menggeleng heran. "Pou," cicitnya.

"Mkkb banget dah," lanjutnya kemudian duduk di sofa.

"Woy! Cengir mulu, kering tuh gigi!" Tio melemparkan bantal pada Bisma membuat cowok itu berdecak kesal.

"Bangsat! Mati kan pou gue!" ketus Bisma menunjukkan game pou nya yang mati karena ulah Tio.

"Alhmadulillah, lagian lo udah kolot masih aja main pou!"

"Masih mending main pou daripada mainin cewek." Bisma kembali fokus pada game kesukaannya itu.

Ceklek...

Mereka bersamaan menghadap pintu, memicing kepada seseorang yang baru saja datang dan kini sedang berdiri diambang pintu.

"Habis darimana aja lo?" tanya Adit curiga.

"Ada keperluan," sahut lelaki yang kini sudah mendekat ke arah sofa.

"Perasaan dari kemarin lo ada perlu mulu," ujar Tio.

"Sibuk."

"Ya elah sok sibuk amat lo bambang!"

"Bim, jangan-jangan lo selama ini ngerahasian sesuatu dari kita? Tingkah lo aneh." Adit menepuk punggung Bimo, duduk disebelah lelaki itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

Bisma yang sedang asik bermain pou lantas meletakkan ponselnya diatas nakas dan duduk seraya mendengarkan percakapan kecil para sahabatnya.

"Wah lo gak asik main rahasian. Biar gue tebak, lo pasti udah punya cewek kan? Makanya gak pernah kumpul bareng kita." Tio menunjuk muka Bimo sesekali memandang curiga cowok itu.

"Gak, gue emang ada urusan."

"Gimana hubungan lo sama Naya?" tanya Bimo tiba-tiba membuat Bisma mengerutkan keningnya.

"Semakin membaik, tumben lo tanya hubungan gue. Ada apa?" tanya Bisma yang dibalas gelengan kepala oleh Bimo.

"Cuma tanya."

"Lo gak suka sama Naya kan?"

Bimo bungkam.

"Lo gak suka sama Naya kan?" ulang Bisma dengan nada lebih tegas dari sebelumnya.

"Enggak."

"Serius."

Bimo mengangguk, merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya dari sana.

"Gue udah punya," Bimo menunjukan seorang gadis cantik dengan rambut pendek di dalam galeri ponselnya.

Ketiga manusia disana langsung merubungi Bimo. Bahkan Tio langsung merebut ponsel sahabatnya itu dan memperhatikan foto gadis di ponsel Bimo dengan serius. Di zoom lagi sampe mampus.

"Cakep banget anjir!" celetuk Tio membelalak tidak percaya.

"Pinter amat lo nyari cewek, sejak kapan lo deket sama dia? Gila, diam-diam tipe lo berkelas juga ya." Adit berdecak kagum seraya menggelengkan kepalanya.

Bimo merebut kembali ponselnya dan langsung memasukkan ponsel tersebut ke tempat semula.

"Gue cabut," ujar Bimo setelah berdiri dari duduknya dan hendak melangkah lebih jauh.

"Ye si bimbim, giliran punya pacar, sahabat sendiri ditinggal," ujar Bisma keras. Namun Bimo hanya menggedikkan bahu acuh.

"Jangan lupa traktirannya nyet!"

"Jangan bikin anak dulu, gue belum siap jadi om!" pekik Tio keras.

Bisma memandang bahu Bimo yang semakin menjauh. Seperti ada sesuatu yang menjanggal ketika mendengar Bimo memiliki kekasih. Bukannya Bisma iri tapi memang Bisma tahu jika Bimo tidak akan memiliki kekasih karena lelaki itu masih terpaut oleh gadis dimas kecilnya.

---TBC❤---

Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now