"Karena mood perempuan itu selalu berubah-ubah dan selalu membuat para lelaki harus extra sabar menangani nya. Gue gak tau banyak soal perempuan atau pun mood nya ya karena gue gak punya pacar jadi gak tau gimana,"

Bugh!

"Sialan," Langga mendengus setelah melempar sebuah bantal ke arah Dafi.

"Gue udah serius dengerin, malah jadi sadboy, tai!" Ando ikut melayangkan bantal sofa pada Dafi.

"Heh, udah anjir! Ntar berantakan rumah gue, woy!" Dafi melindungi kepalanya dengan kedua tangan beras di depan muka.

"Tapi lo kan punya adik perempuan tuh, jadi udah kebiasaan menangani mood perempuan, kan?" tanya Sam.

"Iya tapi itu beda lagi, dia sering curhat ke Dami bukan ke gue. Karena kalau dia curhat ke gue, bukan nya fokus dengerin malah dia yang gue ledekin,"

Bugh!

"Iyalah, orang lo modelan kayak gini dijadiin tempat curhat. Bukan nya dijaga malah ember tuh mulut!"

"Dih, enak aja lo ngatain gue ember! Buktinya banyak kok dari kalian yang nyari gue buat dijadiin tempat curhat!" Dafi mendengus kesal dibuat nya.

Drtt.. Drtt..

"Tuh ponsel lo bunyi-EH DAMI NELPON WOY!!" Mereka berteriak girang ketika melihat nama Dami tertera disana.

"Woyy! Elah gue kangen sama lo!!"

"Masya Allah, Alhamdulillah, Dami nelpon."

"Gimana? Disana dapet cewek bule gak lo?"

Beberapa dari mereka bersahutan tak jelas sampai membuat Dami harus mengurungkan niat nya untuk menyapa terlebih dahulu.

"Heh! Salam dulu, anjir!" Sam berdecak pelan diikuti oleh Marcel.

Mereka cengengesan, "Lupa hehe, karena saking kangen.. kangen.. banget sama lo!"

"ASSALAMUALAIKUM!! KITA KANGEN SAMA LO!!" terpaksa Dami diseberang sana menjauhkan ponsel nya. Teriakan dari mereka memang tak main-main. Sudah pas menjadi supportter sepak bola.

"Wa'alaikumsalam, kalian cowok tapi teriak kayak cewek, memang persis."

"Gue tempeleng juga lo, ya!" Langga tak terima dirinya dikatai cewek oleh Dami.

Dami terkekeh pelan diseberang sana, "Gue kira kalian memang beneran udah berubah jadi cewek,"

"Mau gue sunat lagi lo, hah?!" Rafi juga tak terima. Dirinya ini lelaki sejati, masa disamakan dengan seorang gadis? Oh, no!

"Jadi ada apa lo nelpon? Tumbenan banget," ujar Haikal.

"Jadi kalian gak kangen sama gue? Yaudah gue matiin nih telpon,"

"Heh! Gue kirim santetan ya, lo! Gue cuman bercanda anjir!" Haikal gelalapan sendiri.

"Jadi kenapa lo nelpon?" tanya Dafi serius, karena sungguh ia sangat penasaran dibuat nya.

"Kalian pasti sedang ada masalah dengan Mellissa, bukan?"

Mereka terdiam, saling melirik satu sama lain juga saling melakukan telepati satu sama lain.

"Kenapa diam? Apa gue tepat sasaran?"

"Darimana lo tahu?" tanya Marvel.

Dami diseberang sana terkekeh pelan, "Jadi beneran ya, kalian ada masalah?" bukan nya menjawab, Dami malah kembali bertanya.

"Iya, hanya problem kecil. Kita lagi nyari akar masalahnya dan lagi nyari solusi buat masalah ini," sahut Sam.

"Gue udah tahu masalah nya,"

"Tahu darimana lo?" tanya Ando, karena memang dia sangat penasaran.

Dami di seberang kembali terkekeh pelan membuat mereka semakin penasaran.

"Tadi Mellissa nelpon gue sambil nangis,"

"HAH?!"

"DEMI APA?!"

"ARE YOU SERIOUS?!"

"Ga usah pada teriak, goblok! Suara lo pada sampe kedengeran sampe sini!"

Mereka cengengesan bersama, merutuki kebodohan masing-masing. "Jadi? Mellissa cerita apa tadi?" tanya Marvel.

"Harus banget gue kasih tahu?"

"Anak siapa sih lo, Dam?!"

"Beneran gue kirim santetan ya!"

"Lo kuliah disana bukan nya nambah pinter tapi malah nambah ngeselin ya!"

Kembali terdengar kekehan Dami di seberang sana. "Gue serius, Dami!" ucap Dafi, karena ia sudah tak tahan dengan kejahilan kembaran nya saat ini.

"Sejak kapan lo bisa serius gini, Daf?" tak disadari oleh mereka, diseberang sana Dami tengah tersenyum dengan smirk andalan nya.

"Anjing banget! Gue ulek juga ya lo, argh!!" Dafi mencekik bantal sofa disamping nya, ia membayangkan bantal sofa itu adalah Dami dengan senyuman smirk nya.

"Udah deh, Dam. Lo hobby banget bikin Dafi darah tinggi, ceritain aja kenapa sih?!" kesal Marcel.

"Ho'oh buru, sebelum Dafi berubah jadi kuda lumping nanti," Ando ikut menyahut diangguki oleh Haikal.

Bugh!

Bugh!

"Sialan,"

"Bangke,"

Keduanya mengumpat kala sebuah bantal sofa kembali mengenai wajah mereka berdua. "Rasain lo pada!" ketus Dafi sambil menyilangkan kedua tangan nya di depan dada.

"Ambekan lo, anjir! Yaudah gue ceritain sekarang,"

•MARVEL•

Tbc
Thank you buat support and udah stay di cerita ini😚❤
Sampai jumpa di part berikut nya!!

MARVEL 2 [REST]Where stories live. Discover now