MRVL [02]

884 73 6
                                    

HAPPY READING❤



•MARVEL•

Kini dalam kelas XII Mipa 2 terasa sangat ramai dikarenakan hari ini tak ada satu pelajaran pun yang masuk kedalam kelas, juga hari pertama MOS membuat guru-guru membebaskan murid-murid nya untuk melihat peserta didik baru dan mungkin hari ini memang hari pertama mereka kembali ke sekolah setelah sekian lama berlibur di rumah.

Mellissa dan kedua nya tengah duduk dibangku yang menghadap langsung ke arah lapangan yang dipenuhi oleh siswa-siswi peserta MOS yang tengah meminta tanda tangan anggota Osis.

Mereka muak dengan suasana kelas yang mendadak berubah menjadi Konser abal-abal yang dilakukan oleh teman sekelas mereka. Kalau suara nya bagus sih gak papa, tapi ini suara nya kayak cicak kejepit sendal gitu.

"Kok ucul-ucul semua sih?" Lia menatap kagum ke arah siswa peserta MOS yang tengah mencari beberapa anggota Osis yang sengaja menghilang.

"Kenapa gue dulu gak daftar jadi anggota osis aja, ya?" sambung nya.

Kedua nya menatap Lia dengan pandangan jijik. "Idih! Udah gak diterima duluan kalau lo yang daftar," ujar Mellissa menohok.

"Huh! Lo mah bisa nya nerbangin terus jatohin gue di satu waktu!" ketus nya.

Mereka bertiga kini kembali dipertemukan di satu kelas yang sama setelah dipisahkan oleh liburan yang panjang. Entah karena apa, padahal satu sama lain nya sudah muak melihat wajah mereka lagi, mereka lagi.

Tak berselang lama, mereka kedatangan tujuh tamu yang tak diundang dan langsung duduk di antara mereka membuat pandangan siswi yang melihat-lihat berhenti dan memandang mereka ralat, hanya ketujuh orang itu.

"Ck! Lo pada ngapain di sini, sih?!" ketus Lia kala Eysan seenak jidat memainkan rambut nya. Bukan nya tak suka, hanya saja ia geli.

"Kenapa lo marah?" tanya nya polos.

Lia berdecak. "Inget ya Intan Payong, gue itu orang nya gelian. Jadi jangan pegang rambut gue kayak gitu!" tegas nya.

Gadis itu bernafas lega saat Ando dan Haikal sudah keluar dari sekolah ini, tapi ada saja titisan mirip kedua nya. Seolah suka selalu mengganggu nya.

"Lo ngapain disini? Gara-gara lo tuh semua mata natap ke arah sini!" Nomy mengedikan bahu nya acuh.

"Biarin lah, orang mata mereka kenapa lo yang sewot?" Mijar berucap dengan mata yang terus mengedip ke arah siswi yang menatap mereka membuat semua siswi itu terpekik senang.

"Dih! Mata lo kayak cacingan, Jar." ujar Ilham.

Tiba-tiba seorang siswi datang ke arah mereka dengan malu-malu. "P-permisi, kak. B-boleh minta tanda tangan sama no telpon nya?" tanya nya dengan menundukkan kepalanya. Dengan nama nya yang terpampang jelas dan dilingkarkan di leher nya menggunakan tali. Yang udah ngerasain MOS pasti tahu, kan?

"Owh! Boleh dong degem, boleh pake banget. Mau minta tanda tangan sama no telpon siapa?" tanya Zaki sambil senyum menggoda nya.

Adik kelas itu menunduk malu dengan pipi yang merah merona. "Jangan digodain tuh degem nya, muka dia dah merah gue gak tanggung jawab kalau badan nya berubah jadi merah semua,"

"Idih! Najis," cibir Lia. Memang gadis itu seperti memandang adik kelas didepan nya ini sangat, ewh?

Eysan menyenggol lengan Lia pelan. "Gak boleh gitu," ujar nya. Memang lelaki itu tak tegaan orang nya.

Mijar merebut ponsel dan kertas yang dibawa oleh adik kelas yang diketahui namanya adalah Jimaya Queenisya itu dan mulai menandatangi lalu mengetik nomor telpon nya.

"Ini udah abang, kasih ntar tinggal coba aja." ujar Mijar seraya tersenyum manis membuat adik kelas nya—Jima tersenyum lebar dengan rona merah yang masih terlihat di wajah nya. Ia sungguh tak menyangka akan mendapatkan tanda tangan plus nomor telepon dari kakak kelas famous nya itu. Mungkin ia akan melakukan ritual pelet nanti malam agar kakak kelas nya itu bisa takluk pada nya?

"M-makasih banyak, kak! Kalau begitu aku permisi dulu," ke sepuluh nya mengangguk.

Ilham menatap cengo Jima yang berlari ke arah teman-teman nya sambil tersenyum mengangkat kertas dan ponsel nya tinggi-tinggi sambil meloncat.

"Lo beneran ngasih nomor ponsel lo?" tanya Nomy.

Ilham mengangguk setuju. "Gue speechless njir, sumpah gue gak nyangka lo bakalan ngasih nomor ponsel lo ke adik kelas yang gak dikenal kayak balikin telapak tangan," ujar nya dengan pikiran yang blank.

Ia tahu betul Mijar itu orang yang seperti apa. Walaupun kelakuan nya itu kek orang sinting, tapi ia tak akan mudah memberikan nomor ponsel nya ke sembarang orang yang tak dikenal nya. Apalagi ia baru saja mengenal Jima—siswi baru disekolah ini barusan.

Mijar terkekeh, cowok itu menyugarkan rambut nya ke belakang sambil menutup mata karena merasakan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tampan nya itu.

"Jelas bukan nomor gue lah," ujar nya.

"Terus nomor siapa?" tanya Mellissa.

Nomy mengelus rambut Mellissa pelan. "Ini urusan cowok, anak gadis dilarang tahu." balas nya.

Mellissa menggeplak tangan Nomy tanpa perasaan membuat cowok itu mengaduh kesakitan. "Tangan lo pengen gue potong, hah?!"

Nomy mengelus tangan nya yang berdenyut nyeri. "Lo badan kek biting, tapi tenaga kayak banteng." Mellissa tertegun, darah nya berdesir entah kenapa.

"Lo badan kek biting, tapi tenaga kayak banteng."

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala nya. Bukan karena Nomy, hanya saja ia seperti kembali mendengar kalimat itu oleh seseorang yang sangat ia rindukan.

Entah kenapa air matanya serasa ingin keluar? Nomy membekap mulut nya, sial! Ia salah berbicara hingga membuat gadis itu terdiam. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati.

"M-mell? Lo gak papa, kan?" tanya Nomy hati-hati. Kita sebagai cowok tak bisa menebak hati seorang perempuan yang tengah kesal, bukan?

Mellissa menggelengkan kepalanya. "H-hah? G-gak papa, gue pamit ke toilet dulu, bye!" gadis itu berlari menjauhi mereka. Ke sembilan nya menatap Mellissa dengan tatapan heran.

"Tuh anak kenapa coba?" tanya Rachel. Gadis itu terus mendengus kala rambut nya tengah dimainkan oleh Eysan dan Alino dengan tangan jahil mereka.

"Kebelet kali," balas Fikko.

Nomy menatap punggung gadis itu lama, ia menjadi bersalah ketika ia menyadari perkataan nya tadi.

Sedangkan Mellissa memasuki salah satu bilik kamar mandi dan mengunci nya dari dalam. Badan nya bergetar hebat dan ia sampai merosotkan tubuh nya ke lantai yang dingin namun, ia tak peduli.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya ia keluarkan. Ia menangis dalam diam dengan bahu yang bergetar hebat. Perkataan Nomy membuat nya kembali mengingat dia, membuat nya kembali masuk ke dalam fase rindu yang amat besar.

Kenangan demi kenangan bersama dia mulai kembali berputar di kepalanya. Ia tak peduli akan baju nya yang kotor, ia hanya ingin melampiaskan kesedihan nya sendirian tanpa orang lain yang tahu.

"G-gue kangen sama lo,"

•MARVEL•

Tbc
Thank you💓
Sampai jumpa besok!

MARVEL 2 [REST]Where stories live. Discover now