🌹 Istikharah Cinta 24

3 1 0
                                    

"Assalamu'alaikum."

Terdapat dua anak yang masuk menuju laboratorium kimia dengan masing-masing dari mereka membawa satu kantung kresek. Di dalam laboratorium kimia tersebut hanya terdapat satu orang guru yang tengah fokus menatap layar laptop.

"Wa'alaikumussalam." Atensi Pak Ilham pun teralihkan yang tadinya pada layar laptop, kini pun melihat kepada dua siswanya yang telah kembali.

"Eh kalian udah datang," ujar Pak Ilham. Beliau pun meletakkan laptop tersebut di meja terdekat.

"Gimana? Dapat?" tanya Pak Ilham.

"Alhamdulillah dapat, Pak. Lima saja cukup, 'kan?" tanya Azzam.

"Itu udah lebih dari cukup. Hari ini kita coba dulu sedikit, kalau sekiranya berhasil minggu depan atau nanti beluk tau kapan kita akan buat lebih banyak. Dan kalau masih gagal, next time kita bisa mencobanya lagi dan pastinya dengan melihat apa yang menjadi penyebab gagalnya. Oke, paham?"

"Siap, paham, Pak!"

"Oke, bisa kalian coba dulu, ya. Kemarin step by step-nya sudah saya kirim ke Azzam, ya kan. Kalian coba dulu nanti saya bantu akhir-akhir. Ini saya masih coba untuk menambahkan sedikit-dikit buat yang BAB II-nya. Saya ke ruang guru sebentar, ya. Oh iya, laptopmu saya bawa dulu, ya, Zam," ucap Pak Ilham kepada Azzam dan juga Ara.

"Iya, Pak," sahut Azzam.

Pak Ilham pun keluar dari laboratorium kimia dengan membawa laptop di tangan kanannya.

"Azzam, itu pintu yang satunya dibuka aja soalnya kita cuma berdua," ucap Ara.

Azzam hanya mengangguk singkat. Azzam paham kenapa Ara menyuruhnya seperti itu karena dia sendiri paham bagaimana hukumnya jika dua orang lawan jenis berduaan di tempat yang sepi meskipun mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Tetapi tetap saja dalam Islam itu tidak boleh. Itu namanya ber-khalwat.

Azzam pun bangkit untuk membuka satu pintu yang sebelah timur yang masih tertutup. Setelahnya, baru mereka memulai penelitiannya.

Azzam mengeluarkan bunga tersebut dari kantung kresek dan mencucinya di wastafel yang telah di sediakan di ruangan tersebut. Sedangkan Ara tengah mencari timbangan yang akan dia gunakan untuk menakar bahan-bahan yang nantinya akan dibutuhkan.

~oOo~

Terdapat suara langkah kaki yang mengarah menuju ruang laboratorium kimia. Ara dan Azzam masih fokus pada penelitian mereka hingga tak menyadari bahwa orang tersebut telah berada di pintu laboratorium kimia. Orang tersebut tengah bersandar di pintu dengan memeluk sebuah laptop kecil nan ringan.

"Bagaimana? Sudah selesai belum?" tanya Pak Ilham kepada Azzam dan juga Ara.

Azzam dan Ara terkejut. Pasalnya mereka benar-benar tidak menyadari bahwa dari tadi Pak Ilham telah berada di situ memperhatikan apa saja yang mereka berdua lakukan.

"Eh, Pak Ilham. Bikin kaget saja. Iya, Pak, sebentar lagi ini selesai. Ini masih numbuk biar jadi bubuk, Pak," jawab Azzam. Ara masih saja melanjutkan aktivitasnya, yaitu menumbuk menggunakan cawan porselin. Kalau di dalam farmasi itu yang digunakan untuk menggerus obat atau menghaluskan obat untuk menghasilkan yang namanya puyer.

"Ini sudah sore. Sudah jam lima. Ara apa tidak ditungguin Bundanya?" tanya Pak Ilham.

Ara membulatkan matanya. Apa tadi yang Pak Ilham katakan? Sudah jam lima?

"Perasaan tadi waktu Ara liat jam masih sekitar jam empat, kenapa sekarang tau-tau udah jam lima?" ucapnya dalam hati.

Istikharah CintaWhere stories live. Discover now