🌹 Istikharah Cinta 13

6 3 0
                                    


"Ini, Mas, Mbak, makanannya. Silakan dinikmati," ucap seorang cowo yang kira-kira masih sepantaran dengan mereka.

"Terima kasih, Mas," ucap Azzam.

Mereka berlima pun mulai memakan makanannya masing-masing. Mereka fokus dengan makanan masing-masing tanpa adanya suara yang keluar dari mereka berlima. Karena memang seharusnya seperti itu 'kan? Kalau makan jangan sembari ngomong atau ngobrol, takutnya nnti tersedak.

Setelah beberapa menit mereka makan dan minum, akhirnya selesai.

"Jadi, mau gimana? Vokalnya siapa?" Azzam pun membuka diskusi kali ini.

"Gimana kalau misalnya kita tes aja satu-satu kemampuan dari kita masing-masing supaya tau siapa saja yang suaranya bagus dan kelihatan siapa yang mempunyai bakat nyanyi?" usul Alif.

"Ide bagus tuh," kata Azzam. "Menurut kalian gimana?" lanjut Azzam bertanya kepada yang lainnya, yaitu Lala, Ara, dan juga Alvian.

"Jadi, disini gitu? Apa nggak malu? Rame loh disini, kan Ara malu," cicit Ara.

"Bener kata Ara, Zam. Disini mah rame, kaga mungkin juga kita disini tiba-tiba nyanyi kaga jelas. Dikira kita apaan. Malu woi!" kata Alvian menyetujui Ara.

"Apa kita cari tempat lain aja? Gimana? Mau di taman kota deket mall sini?" tawar Azzam.

"Nah ini gue setuju. Setidaknya kaga terlalu rame kayak di mall ini. Iya kaga, Ra?" kata Alvian dengan ekor matanya melihat ke arah Ara mencari persetujuan kepadanya.

"Betul. Kalau di taman kota setidaknya tidak terlalu ramai seramai mall ini, sekalipun ramai, mungkin mereka juga nggak terlalu memperhatikan banget ke kitanya. Jadi, nggak malu-malu amat," ucap Ara.

"Oke, kalau gitu ayo kita kesana. Kalian bawa motor sendiri-sendiri, kan?" tanya Azzam.

"Gue tadi boncengan sama Lala, Zam. Karena kebetulan rumah kita searah terus juga tadi Lala kaga ada yang nganterin," kata Alvian.

"Ara tadi dianterin sama Bunda soalnya Bunda tadi mau pergi, jadi motornya dibawa Bunda," kata Ara.

"Lo mau kaga dibonceng sama cowo? Atau lo mau bawa salah satu motor kita buat boncengan sama Lala aja? Nanti biar salah satu dari kita saling boncengan," kata Azzam.

"Motornya motor matic, nggak? Kalau nggak, Ara nggak bisa ngendarainya, bisanya motor matic soalnya," ucap Ara lirih dan masih saja dengan kepala yang tertunduk.

"Motor gue sama Alvian matic kok. Tapi agak besar, lo bisa, kan?"

"Duh, Ara kecil gini masa naik motor yang besar. Lagian Ara nggak pernah ngendarai motor besar, Zam. Ara takut, takut banget," ucap Ara dan suaranya bergetar. Sebuah ketakutan yang sudah lama tidak muncul, tiba-tiba kini muncul begitu saja.

"Ra, are you, okey?" tanya Azzam khawatir karena tiba-tiba saja Ara terdiam dan menitikkan air mata.

Dengan cepat Ara menghapusnya dan tersenyum singkat. "Nggak apa kok," katanya masih dengan suara sedikit serak.

"Ya udah, karena ini darurat, nggak apa Ara dibonceng aja. Nanti biar Ara jaga jarak," putus Ara karena tidak ada jalan lain lagi.

"Mau sama gue apa Alif? Tapi kalau Alif kayaknya bawa motor cowo deh," kata Azzam.

"Yoi, gue bawa motor yang biasanya gue bawa ke sekolah," kata Alif membenarkan ucapan Azzam tadi.

"Ara sama Azzam aja, deh."

Setelah itu, mereka berlima berjalan menuju parkiran motor di mall tersebut.

Azzam mulai menaiki motornya dan membawanya keluar dari parkiran.

"Ayo naik, ini tas gue buat batas aja," kata Azzam. Dia meletakkan tasnya diantara dirinya dan juga Ara. Sedangkan posisi Ara saat ini sudah naik ke atas motor Azzam dengan posisi menyamping dikarenakan Ara hari ini memakai gamis.

"Udah, Zam," kata Ara.

"Jangan lupa pegangan," kata Azzam dan dia mulai menjalankan motornya disusul dengan Alvian yang membonceng Lala dan Alif yang sendirian.

Ara pegangan di motor yang belakang dan tas Azzam juga Ara jadikan untuk pegangan dirinya supaya aman. Oh iya, Ara tidak memakai helm karena tadi waktu diantar Bundanya, helmnya sudah dibawa balik ke rumah oleh Bundanya. Tetapi untungnya, jarak mall menuju taman kota sangat dekat, sehingga membutuhkan waktu yang tidak lama juga.

"Alhamdulillah, untung aja Azzam bawa tas yang lumayan besar, setidaknya cukuplah buat batas jarak antara kita. Ya Allah maafin Ara karena telah boncengan dengan yang bukan mahram kita," ucap Ara di dalam hatinya. Tak lupa dia juga berdoa semoga saja nanti tidak ada polisi karena Ara tidak memakai helm.

Sekitar kurang lebih sepuluh menit, mereka pun sampai di taman kota. Alhamdulillah, di sepanjang jalan tadi tidak ada polisi.

Keadaan taman kota tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Mereka pun memarkirkan motornya pada tempatnya kemudian berjalan untuk mencari sebuah tempat yang teduh dan terdapat tempat yang dapat mereka duduki.

"Di sana aja gimana? itu sejuk banget kayaknya, lagian tempatnya lumayan luas," usul Lala dengan tangannya menunjuk sebuah gazebo yang tidak terlalu besar, namun cukuplah kalau mau menampung mereka berlima.

"Oh iya. Ya udah ke sana, yuk," kata Alif dan dia berjalan mendahului yang lainnya. Ara, Lala, Alvian, dan Azzam pun menyusul Alif yang telah duluan berjalan.

~oOo~

"Mau siapa duluan, nih yang nyanyi?" tanya Alif.

"Kenapa gak lo aja, Lif?" usul Lala.

"Loh, kan gue tanya. Kenapa jadi nyuruh gue duluan, sih. Gue nanti aja, akhiran," kata Alif.

"Kaga, lo dulu aja. Nanti abis lo, gue deh. Biar yang akhir-akhir cewe aja," kata Alvian.

"NAH, SETUJUUU!" kompak Lala, Azzam, dan Ara bersamaan.

"Sial! Maunya akhir malah jadi yang pertama," ucap Alif. Dia tidak terima.

"Ayo, lah. Keburu siang, nih," kata Alvian.

"Iya iya, sabar," pasrah Alif.

Alif pun dengan segera menyanyikan sepenggal lagu yang judulnya Pupus.

"Nah, udah. Giliran lo, Yan," kata Alif kepada Alvian setelah mengakhiri lagunya.

Alvian pun menyanyikan sebuah lagu dengan judul Harusnya Aku, lagunya Judika.

"Gilaa! Bagus juga suara lo, Yan," puji Alif setelah mendengar suara Alvian.

"Biasa aja, deh. Masih bagusan suara Azzam, tuh. Dengerin aja coba abis ini," kata Alvian.

Sekarang giliran Azzam yang nyanyi. Dia menyanyikan sebuah lagu yang judulnya adalah Istikharah Cinta.

Selama Azzam menyanyikan lagu tersebut, teman-temannya begitu menikmatinya sampai tidak sadar bahwa Azzam telah mengakhiri lagu tersebut.

"Bener kata lo, Yan, suara Azzam bagus. Udah, vokalnya Azzam aja, deh," kata Alif yang main memutuskan sepihak saja tanpa ada persetujuan dari yang lainnya.

"Heh! Lo kok ambil keputusan sendiri? Jangan gitu, bro. Kita juga punya hak untuk memutuskan juga," kata Azzam mengingatkan.

"Iya, sorry, gue khilaf. Abisnya suara lo bagus banget, Zam," katanya.

"Alhamdulillah, kalau gitu," ucap Azzam.

~oOo~

AUTHOR NOTE

Hai teman-teman. Wah udah hari Rabu nih. Istikharah Cinta udah update. Terima kasih buat kalian yang udah mau baca ya. Sampai jumpa kembali.

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang