🌹 Istikharah Cinta 5

12 6 2
                                    

"Sebenarnya apa, Kak?" ucap Erin tidak sabaran.

Tiba-tiba saja Azzam berbicara yang mengurungkan niat Ara untuk menjawab pertanyaan dari Erin. "Ayo, Ra. Kasihan Bu Nita pasti udah nungguin kita."

Azzam mulai berjalan perlahan.

"Rin, Kakak duluan, ya."

Tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya, Ara buru-buru berjalan menyusul Azzam, tentu saja masih dengan jarak yang lumayan jauh.

~oOo~

Di dalam perpustakaan sepi. Hanya terdapat penjaga perpustakaan sama Bu Nita. Bu Nita telah menunggu kehadiran Ara dan Azzam.

"Eh, sudah datang kalian. Jadi mau saya jelasin sekarang atau nanti saja terkait teknisnya olimpiade kali ini?" tawar Bu Nita.

"Sekarang saja, Bu, supaya kita bisa ngatur strategi apa saja yang digunakan supaya lolos," kata Azzam.

Bu Nita terlihat sedang mencari sesuatu, mungkin berkas terkait teknis olimpiadenya. "Jadi gini sistemnya," ucap Bu Nita setelah mendapatkan sebuah kertas yang dapat Ara dan Azzam tebak itu adalah kertas berisikan bagaimana teknisnya olimpiade nanti.

"Nanti yang pertama akan ada babak penyisihan tingkat Kota, Provinsi, baru ke Nasional, seperti tahun lalu. Bedanya, kalau tahun lalu individu, tahun ini kelompok, ya. Bukan berarti kalian satu kelompok cara mengerjakannya dengan cara dibagi-bagi materinya, tetapi masing-masing anak mengerjakan sendiri-sendiri. Nah, nanti nilainya kalian akan digabung menjadi satu dan akan diurutkan diambil hanya lima besar saja untuk lanjut ke tingkat berikutnya," terang Bu Nita panjang lebar. Azzam dan Ara hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda mengerti.

"Sudah paham belum?" tanya Bu Nita kepada Azzam dan juga Ara.

"In syaa Allah paham, Bu."

"Alhamdulillah, paham Bu," ucapnya bersamaan dengan Ara.

"Alhamdulillah kalau sudah paham, ya. Oh iya, itu nanti untuk yang tingkat Nasional, kalian akan mengerjakan secara tim. Jadi bisa dibagi-bagi begitu. Misal nih, ada 100 soal, nanti bisa kalian bagi 50 soal pertama dikerjakan oleh Azzam dan 50 soal terakhir dikerjakan oleh Ara. Begitu, ya. Paham?" jelas Bu Nita kepada Azzam dan Ara.

"Iya paham, Bu." Serempak Ara dan Azzam menjawab. Terlihat sangat kompak sekali bukan?

"Sudah tidak ada yang ditanyakan, nih terkait teknisnya? Sebelum kita mulai latihan mengerjakan soal-soal yang akan saya bagikan kepada kalian," tanya Bu Nita sebelum memulai latihan soal.

"Sementara ini dari saya belum ada pertanyaan, Bu," jawab Ara.

"Bagaimana denganmu, Zam? Apa ada yang ditanyakan?" Sekarang Bu Nita beralih bertanya kepada Azzam.

"Belum ada, nanti saja, Bu, kalau ada pertanyaan langsung saya tanyakan di grup," ucap Azzam.

"Oke, jadi kalau semisal kalian ada pertanyaan, langsung kalian tanyakan di grup, ya, supaya pada tahu jika sekiranya kalian ada pertanyaan yang sama. Atau nanti boleh kalian membuat list pertanyaan-pertanyaan. Nanti akan saya jawab. Kalau begitu, ayo kita mulai saja latihan hari ini, ya."

Bu Nita terlihat sedang sibuk memilah-milah beberapa tumpukan kertas yang ada di depannya. Mungkin saja Bu Nita sedang mencari kertas berisi lembar soal-soal latihan untuk Azzam dan Ara.

Tangannya berhenti dan Bu Nita mengambil 2 bendel kertas untuk diberikan kepada Azzam serta Ara.

Kertas tersebut terlihat cukup tebal. Entahlah terdapat berapa soal di dalam kertas tersebut. Mungkin kurang dari 100? Pas 100? 200? Atau bahkan mungkin lebih dari 200?

"Ini ada 250 soal-soal olimpiade dari tahun-tahun lalu. Mungkin bisa coba dikerjakan dan dipelajari, ya. Siapa tau besok waktu olimpiade nanti bakal keluar soalnya, untung-untung."

Bu Nita dengan segera memberikan dua bendel kertas tersebut masing-masing kepada Azzam dan juga Ara.

Azzam dan Ara pun menerima kumpulan-kumpulan soal tersebut. "Bu, ini ada deadline waktu untuk mengerjakannya, enggak?" tanya Azzam. Seperti biasa, Bu Nita pasti akan memberi tenggat waktu untuk mereka mengerjakan soal-soal. Paling tidak seminggu, tak jarang pula pulang sekolah sudah harus selesai mengerjakannya. Jadi, jangan heran kalau Azzam dan Ara bisa saja dispensasi dari jam istirahat pertama hingga sore, bel pulang sekolah berbunyi.

"Saya beri waktu tiga hari cukup 'kan? Harus cukup, ya. Dan kalian boleh saling tanya, ya. Siapa tau soal yang Ara gak bisa Azzam bisa, begitu pula sebaliknya. Tapi ingat ya, kalian kerjakan sendiri. Kalian hanya diperbolehkan untuk tanya rumus atau caranya saja, selebihnya untuk jawaban kalian cari tau sendiri, ya."

"Siap, Bu."

"Oh iya, tadi surat dispensasinya sudah ada di kelas kalian belum?" tanya Bu Nita.

"Kurang tau, ya, Bu. Soalnya saya tadi habis Shalat Dhuhur langsung kesini diajak Azzam. Zam, tadi emangnya udah ada surat dispensasinya di kelas?" tanya Ara kepada Azzam.

"Setahu saya tadi juga belum ada, Bu. Di meja guru belum ada apapun seperti kertas begitu, Bu."

"Coba saya tanya Aini dulu, ya, Bu?" kata Ara yang langsung saja dengan sigap mencari kontak Aini.

"Boleh-boleh," kata Bu Nita.

F. Nuraini

Aini, tadi di kelas udah ada surat dispensasinya buat Ara sama Azzam, nggak?

Nggak ada, tuh Ra. Kenapa?

Nanya doang, kelupaan nggak dikasih surat dispensasinya.

Oalah.

"Kata Aini, di kelas belum ada surat dispensasinya," kata Ara.

"Berarti mungkin tadi kelupaan soalnya ini surat dispensasinya kalian masih ada di Ibu. Azzam, Bu Nita boleh minta tolong buat kamu naik ke kelas dan memberikan ini? Hari ini kalian sehabis Dhuhur pelajaran kesenian 'kan?" tanya Bu Nita.

"Iya, Bu, betul. Sini, Bu, surat dispensasinya saya antar ke kelas," kata Azzam.

Dengan segera Bu Nita memberikan selembar kertas dispensasi atas nama Azzam dan tentu saja Ara.

"Ini, ya. Ingat, habis dari kelas langsung balik kesini. Jangan kelayapan mampir sana-sini. Kalau mau beli minum atau jajan saja gak apa," kata Bu Nita.

"Siap, Bu. Laksanakan!" ucap Azzam sembari bangkit dan tangannya membentuk tanda hormat.

"Sudah sana, keburu kalian dicariin sama Pak Adi. Pak Adi 'kan biasa absen tiba-tiba di kelas, 'kan?" kata Bu Nita.

"Iya, Bu. Betul sekali. Hehe," ucap Azzam dengan sedikit terkekeh.

Azzam pun pamit ke kelas untuk menyerahkan surat dispensasi yang kini ada di tangannya.

Tok tok tok.

"Permisi, Pak sa-"

Ucapan Azzam terpotong begitu saja. "Azzam! Nah pas banget kebetulan saya mengabsen namamu. Eh taunya muncul dari pintu. Kamu dari mana saja?" ucap Pak Adi tiba-tiba yang memotong perkataan Azzam.

"Hehe, maaf, Pak. Saya hari ini ada bimbingan olimpiade sama Ara, Pak. Ini surat dispensasinya. Tadi mungkin yang bagian memberi surat dispensasi ketinggalan," terang Azzam.

"Olimpiade? Olimpiade matematika lagi, Zam?" tanya Pak Adi.

"Iya, Pak. Bapak tau sendirilah."

"Kamu ada hubungan spesial, ya sama Ara?" tanya Pak Adi.

"HAH?"

~oOo~

AUTHOR NOTE

Hai teman-teman. Balik lagi nih Septi update. Maaf agak malaman soalnya lagi sibuk banget. Ini aja ngetiknya dadakan banget disela kesibukan. Jangan lupa vote dan komen, ya. Terima kasih.

Istikharah CintaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu