🌹 Istikharah Cinta 18

6 1 0
                                    

Bel pertanda berakhirnya pelajaran terakhir telah berbunyi. Itu artinya sekarang adalah saatnya pulang. Ara dan Sukma yang tadinya berada di UKS kini berjalan menuju kelasnya.

Setelah sampai di kelas, Ara langsung todong pertanyaan oleh Aini.

"Ra, lo nggak apa-apa? Gimana udah mendingan belum?" tanya Aini. Punggung tangannya menyentuh dahi Ara. Dia merasakan dahinya masih terasa hangat. Apa segera menepis tangan Aini yang menempel di dahinya dengan perlahan.

"Ara udah nggak kenapa-kenapa, kok. Cuma badannya masih agak anget aja. Tadi juga udah minum obat," ucap Ara dengan memberikan senyum tipisnya.

"Udah sekarang lo balik deh. Istirahat di rumah supaya besok udah sehat lagi," kata Aini. "Udah bilang ke Bunda belum buat-" Pertanyaan Aini terpotong begitu saja.

"Eh, nggak. Nanti dulu, Ara masih ada bimbingan olimpiade matematika," potong Ara tiba-tiba.

"Lo ini ya! Udah tau sakit gini malah mikir bimbingan olimpiade, udah izin dulu. Pikirin kesehatan lo, besok kan masih bisa ikut bimbingan!" sungut Aini marah. Bukannya kenapa, dia hanya khawatir sama Ara. Ara itu tipikal anak yang jarang sakit dan setahu Aini, sekalinya dia sakit pasti akan lama. Oleh sebab itu, Aini memintanya untuk istirahat saja supaya besok kembali sehat.

"Udah, lo balik aja. Istirahat. Biar gue bilangin ke Bu Nita kalau lo lagi sakit," ucap Azzam yang datang secara tiba-tiba dan kini berada di belakang Aini.

"Tuh dengerin kata partner lo. Kalau lo makin sakit, siapa juga yang repot? Kita! Terutama Bunda lo, Bu Nita, sama Azzam. Udah lo balik aja, biar gue telepon Bunda," putus Aini. Dengan cekatan dia mencari kontak Bundanya Ara di kontak WhatsApp-nya. Setelah menemukan kontaknya, langsung saja dia pencet tombol call.

"Assalamu'alaikum. Ada apa Aini telepon Bunda?" tanya bunda di seberang sana. Ara sudah kode-kode kepada Aini supaya dia tidak cerita tentang keadaannya hari ini, tetapi Aini tak menghiraukan kode dari Ara.

"Wa'alaikumussalam, Bunda. Ini Aini mau bilang, Bunda bisa jemput Ara sekarang? Ara sakit, Bun, badan dia dari tadi pagi panas. Jadi, Aini minta Ara buat balik sekarang aja, nggak usah ikut bimbingan olimpiade dulu," jujur Aini kepada Bunda. Ara hanya pasrah saja.

"Ara sakit? Kenapa gak bilang dari tadi pagi?" tanya Bunda. Terlihat dari suaranya, Bundanya Ara sangat khawatir.

"Maaf, Bunda. Tadi sebenarnya Ara bilang sama Aini buat jangan kasih tau Bunda, tapi menurut Aini, Bunda harus tau. Gimana, Bun, bisa jemput Ara sekarang?" tanya Aini.

"Bisa. Bilangin ke Ara suruh nunggu di kelas aja dulu, nanti kalau Bunda sudah di gerbang depan, biar Bunda telepon Ara saja," ucap Bunda. "Bunda tutup, ya, Bunda mau ganti baju dulu. Assalamu'alaikum," lanjut Bunda.

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati, Bunda," ucap Aini.

Telepon pun diputus oleh Bunda. Aini langsung memberi tahu Ara untuk menunggu di kelas saja.

Di seberang sana, Bunda yang tadinya mengerjakan jahitan baju, setelah mendapatkan telepon dari Aini langsung meninggalkan pekerjaannya dan bergegas siap-siap untuk menjemput Ara.

"Ara, maaf nggak bisa nemenin kamu. Aku udah dijemput sama ayah. Aku duluan, ya," pamit Syifa kepada Aini dan Ara. Sebenarnya dia tidak enak karena harus pulang duluan.

"Iya, balik aja nggak kenapa-napa kok. Nggak usah merasa nggak enak gitu," ucap Ara setelah melihat dari gelagat Syifa.

"Ya udah, aku turun dulu, ya," kata Syifa.

"Hati-hati, Syif!" kata Aini sedikit berteriak karena punggung Syifa mulai menjauh dari mereka berdua.

"Gue temenin, lo, ya," kata Aini.

Istikharah CintaKde žijí příběhy. Začni objevovat