🌹 Istikharah Cinta 16

8 2 0
                                    

Jam dinding telah menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh menit atau pukul setengah lima sore. Kini Ara telah berada di rumahnya.

Setelah makan di Stars Cafe tadi, mereka pun langsung bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing. Lagi dan lagi, Ara diantar oleh Azzam dengan alasan karena rumah mereka searah. Menurut Ara sebenarnya jalan rumah mereka tidak searah karena rumah Ara harus ke utara sekitar 500 meter dari perempatan sedangkan rumah Azzam dari perempatan harus berbelok ke arah timur.

Kalau dipikir-pikir, memang bisa saja Azzam balik pulang ke rumahnya lewat jalan utara yang mengarah ke rumah Ara, tetapi mungkin akan sedikit lebih jauh.

Ara terus saja menolak tawaran dari Azzam untuk pulang bersama dia dengan dalih dia sudah bilang kepada Bundanya untuk menjemputnya di Stars Cafe. Tetapi, pesan yang Ara kirim ke bundanya tak kunjung dibalas. Jangankan dibalas, dibaca saja belum. Mungkin Bundanya lagi sibuk dengan baju jahitan beliau yang menumpuk.

"Gimana? Gak ada balesan, kan?" tanya Lala kepada Ara yang terdiam dengan mata yang terus tertuju pada ponselnya, berharap Bunda segera membaca pesannya dan membalasnya.

Ara menggelengkan kepalanya pelan. "Udah si, lo balik biar dianter sama Azzam aja, mumpung mau dianya," kata Lala.

"Nggak. Ara mau nunggu Bunda aja." Masih saja pada pendiriannya, dia mau menunggu sampai Bunda datang untuk menjemputnya.

"Coba deh, lo telepon Bunda aja," usul Alvian.

Dengan sigap, Ara langsung menelepon Bunda. Tidak ada jawaban. Ara menggelengkan kepalanya.

"Udah bareng gue aja. Udah sore juga," ucap Azzam.

"Iya, deh," pasrah Ara.

"Nah gitu dari tadi."

Mereka pun dengan cepat langsung menaiki motornya masing-masing dan berjalan menuju rumah.

Setelah sampai, Azzam pun langsung saja pamit. Kalau ditanya, apa Azzam sudah tau rumahnya Ara? Ya, Azzam sudah tau karena waktu itu pernah sekelas kumpul di rumah Ara, kumpul bergilir di rumah teman-temannya.

Ara segera turun dari motor Azzam. Sebenarnya dia lumayan takut karena berboncengan sama cowo, yang bukan mahramnya pula

"Syukron, Zam. Afwan udah ngerepotin, kan jadinya lebih jauh lagi buat sampai ke rumah," ucap Ara merasa tidak enak pada Azzam.

"Afwan. Santai aja, Ra. Lagian tadi gue juga yang nawarin lo buat balik bareng gue aja," kata Azzam. "Gue balik dulu, ya udah sore nih. Assalamu'alaikum," pamit Azzam.

"Wa'alaikumussalam. Fii amanillah," ucap Ara.

Dengan segera, Azzam melajukan motornya
dengan kecepatan normal.

~oOo~

Seperti biasa, rutinitas Ara setelah mandi sore dan menunaikan kewajibannya Shalat Ashar, Ara mulai bersih-bersih rumahnya yang lumayan luas. Setelah itu, dia terbiasa buat menyiram tanaman. Ara mempunyai taman di belakang rumahnya. Disana terdapat tanaman bunga mawar dan strawberry. Ara begitu menyukai bunga mawar. Oleh karena itu, dia bilang kepada Ayah Bundanya untuk dibuatkan sebuah taman di belakang rumah. Biasanya, taman itu terdapat di depan rumah, tetapi berbeda dengan Ara, dia lebih suka jika di belakang rumah terdapat sebuah taman. Alasannya, jika mungkin dia mau sendiri untuk menenangkan pikiran, jadi enak karena tidak banyak orang yang berlalu lalang dan melihatnya.

Istikharah CintaWhere stories live. Discover now