42. A TALE OF THE PAST

278 41 145
                                    

Hai 🧡

Absen 💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

42. A TALE OF THE PAST.

"Terluka lagi, lagi, dan lagi."

"Dibuat terbang setinggi langit, lalu dihempaskan sejatuh-jatuhnya."—Reine Chessy Maheswari.

Hari ini Rafanizan disibukkan dengan bimbingan untuk olimpiade. Tahun lalu gelar juara berhasil ia bawa pulang, maka tugasnya kali ini jauh lebih sulit karena harus mempertahankan posisi itu. Sebab mempertahankan jauh lebih sulit daripada meraihnya.

Rafanizan keluar dari kamar, menuruni anak tangga, ia melihat Kyra duduk di sofa ruang tamu dengan novel ditangganya. Terdengar ketukan pintu, tapi gadis itu masih tak bergeming.

"Telinga lo budeg apa gimana sih, Ky? Ada orang ketuk pintu malah diem aja," tegur Rafanizan. Ia berjalan ke arah pintu, membuka pintu.

"LO GILA KY!" marahnya.

Rafanizan menggeleng, ia memang menyuruhnya untuk menganggap rumah ini seperti rumahnya. Tapi bukan berarti ia harus kehilangan sopan santun dan etika bertamu bukan?

"Sopan bener lo, Mar," cibir Rafanizan.

Orang itu tentu saja Ammar, laki-laki itu marah karena Kyra ketauan lagi jalan bersama Daniel. Parahnya gadis itu memosting fotonya dengan Daniel di akun instagram. Saat Ammar protes dichat, dengan teganya Kyra memblokir nomernya. Ammar tak ada pilihan lain selain menghampiri gadis itu di rumah sahabatnya.

Kyra menutup novel rapat, mood bacanya seketika hilang melihat kehadiran orang yang tak diharapkan.

"Yang gila tuh elo bukan gue! Gue bukan siapa-siapa lo, ngapain lo ngelarang-larang gue?" semprot Kyra mentap tidak suka Ammar.

"Tapi lo tau gue suka sama lo! Harusnya lo jaga perasaan gue," papar Ammar, ia sungguh terluka melihat kedekatan Kyra dengan Daniel.

Raut tawa renyah Kyra tiba-tiba berubah menjadi tatapan sinis dan sadis, "Ngapain gue jaga perasaan lo? Lo bukan siapa-siapa gue! Gue mau deket sama siapapun itu terserah gue!"

"Oke, kalau Daniel mau saingan sama gue, no problem. Tapi gue mohon lo adil," pinta Ammar menatap serius Kyra.

Kyra mengangkat satu alisnya. "Kalau lo mau jalan sama Daniel, lo juga harus mau jalan sama gue!" putus Ammar sepihak.

"Ogah! Mau atau nggak itu keputusan gue bukan keputusan lo!" Kyra semakin mantap Ammar dingin.

Perang dunia ketiga tampaknya akan segera dimulai. Rafanizan meremas rambutnya, ia benar-benar lelah hari ini makan begitu banyak rumus. Lalu sekarang dihadapkan dengan dua orang yang sama-sama tak mau kalah.

"Gue mau pergi, bisa gila gue disini." Rafanizan mengambil ponselnya di meja.

"SERAH!" bentak  Kyra dan Ammar bersamaan membuat Rafanizan terkejut.

*****

Sepanjang perjalanan menuju taman dekat rumahnya, Rafanizan terus menggerutu pada Ammar dan Kyra. Ia yang tidak tau apa-apa bisa-bisanya ikut kena semprot. Jarak taman dan rumah tidaklah jauh, Rafanizan memilih berjalan kaki. Ia cukup kaget melihat ada mobil hitam terparkir di taman itu.

"Kaya nggak asing sama ini mobil," ucap Rafanizan mengamati mobil didepannya.

Tanpa banyak berfikir Rafanizan melangkahkan kakinya masuk ke dalam taman. Matanya terbuka lebar melihat perempuan berambut panjang duduk di ayunan yang beberapa hari lalu ia perbaiki.

RAFANIZAN [END] Where stories live. Discover now