33. HARI BERSAMANYA & MASA LALU

295 49 207
                                    

Hai🧡

Absen 💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

33. HARI BERSAMANYA & MASA LALU.

"Sudah ikhlas, tapi tetap membekas."

"Ingin rasanya menghentikan waktu ketika sedang bersamamu."—Reine Chessy Maheswari.

Kebahagiaan selalu datang beriringan dengan kesedihan. Setelah sedih itu hilang maka terbitlah kebahagiaan. Mungkin hari ini giliran mu untuk bahagia, tak apa meski sementara harus tetap di syukuri. Tak ada kebahagiaan yang abadi, semua sementara termasuk cerita hidupmu.

Tibalah Rafanizan dan Reine di sebuah rumah makan sederhana yang terletak di pinggir jalan. Ini adalah tempat makan favorit Rafanizan dan dia, dulu saat duduk di bangku kelas enam SD, selepas pulang sekolah Rafanizan dan dia akan makan ditempat ini sambil menunggu orang tua menjemput mereka.

Reine terbengong melihat warung makan sederhana yang nyaris seumur hidupnya tak pernah ia datangi, Reine melepas helm menggaruk rambut.

"Letakin situ aja, ayo," ajak Rafanizan masuk.

"Kita ke sini mau ngapain?" tanya Reine.

Rafanizan berhenti dan menatap Reine intens, "Lo nggak bisa baca? Itu ada tulisannya, 'Warung Makan Bu Pur'. Artinya kita mau makan."

Reine menelan air liurnya, tampak sorot takut di wajahnya, "Ma-ka-n? Di sini?"

"Kenapa? Nggak pernah juga?" tanya Rafanizan dan gadis di depannya itu menggeleng keras. Menandakan bahwa Reine sama sekali tak pernah makan di tempat seperti ini.

Rafanizan memijat pangkal hidungnya, memutar bola matanya malas lalu menarik tangan Reine agar masuk bersamanya. Reine tak mau begitu saja ia memberontak agar Rafanizan melepaskan tangannya.

"Lepasin Kak! Cari tempat lain aja dong, gue nggak pernah makan di warung kaya gini, kalau gak higenis gimana?" Reine masih memberontak tapi sepertinya Rafanizan tak perduli.

"Siang Bu," sapa Rafanizan pada Bu Pur pemilik warung makan itu.

"Nak Rafanizan? Akhirnya datang ke sini lagi, sudah lama ibu tidak lihat kamu makan di sini. Sudah tidak suka masakan ibu ya?" tanya Bu Pur.

Rafanizan menggeleng, "Tentu masih suka Bu, nasi rames kaya biasa dua dan es jeruk dua ya Bu."

"Siap silahkan duduk, ibu buatkan dulu," pamit Bu Pur kembali ke dapur.

Reine masih terbengong di depan tak ada tanda-tanda ia akan duduk di depan Rafanizan.

"Mau sampai kapan lo berdiri di situ?" tanya Rafanizan menatap Reine.

Reine menyoroti kursi tempat mereka akan duduk, bersihkan tempat itu?

"Kak pindah aja yuk ke restoran, gue traktir deh. Lo orang kaya kenapa milih makan di tempat kaya gini sih? Heran gue," tanya Reine, Rafanizan terlahir dari keluarga kaya meski tak sekaya dirinya.

Rafanizan mulai jengkel menghadapi Reine, ia kembali berdiri memaksa Reine duduk, sebelum itu ia mengambil beberapa tisu untuk membersihkan kursi yang akan Reine duduki. Reine cukup terkejut dengan tindakan Rafanizan.

"Yang kaya bokap gue bukan gue. Emangnya kenapa kalau orang kaya makan di tempat kaya gini? Salah? Bikin malu? Enggak kan?" tanya Rafanizan membuat Reine terdiam beberapa saat.

"Bukan gitu, tapi gue nggak pernah makan di tempat kaya gini, aneh aja buat gue," papar Reine.

"Makan di sini gak akan bikin lo mati," ujar Rafanizan.

RAFANIZAN [END] Where stories live. Discover now