40 || I Love You, Na!

Start from the beginning
                                    

“Pasti kamu yang bikin sendiri.” Terka Alendra.

“Kok kamu tau?”

“Soalnya jelek tuh, nggak rapih.”

Leviana mengembungkan pipinya sembari melempar wajah ke samping ngambek. “Kamu nyebelin! Nggak nge hargain usaha aku.”

“Berjanda sayang.” Alendra menarik bahu Leviana, ia rapatkan ketubuhnya. Kecanggungan yang semula tercipta berangsur hilang. Alendra Kembali dengan sifat menyebalkan nya.

“Bercanda itu.” Koreksi Leviana.

“Makin sayang deh sama Leviana.” Alendra menjepit pipi Leviana hingga membuat mulut Leviana menyerupai ikan.

“Ihh sakit, Dev.”

I Love You Na.”

I hate you!!!”

Alendra tersenyum lebar, “Me too sayang.”
“Dev.” Panggil Leviana lirih.

Alendra mengalihkan pandangannya dari matahari yang mulai terbenam kearah Leviana. Bibir cowok itu tak hentinya mengusung senyuman manis. Siapapun yang melihat pasti akan terpesona dengan senyuman yang Alendra punya.

“Kenapa sayang?”

Leviana menunduk singkat mencoba menepis rasa kagumnya kepada Alendra. Terlalu dekat dengan Alendra selalu membuat Leviana hilang fokus.

“Dev, aku mau minta satu permintaan ke kamu. Dan mungkin aku tau kalau permintaan aku pasti bakalan bikin kamu tersinggung.” Leviana menggigit sudut bibirnya.

Alendra melepaskan rangkulan pada bahu Leviana. Cowok itu menarik dagu Leviana agar menatapnya. “Bilang aja, aku nggak akan tersinggung kok.”

Leviana menghembuskan napas pelan, “Kamu bisa nggak jangan tawuran lagi? Jangan adu otot terus. Aku mau kamu fokus aja sama sekolah.”

Alendra terdiam, raut wajahnya berubah menjadi serius. Seperti tidak suka dengan perkataan Leviana.  Mana mungkin Alendra menghentikan dirinya untuk tidak ikut tawuran? Lagi pula, anak-anak Dirgoun tidak seburuk itu.

“Aku Cuma nggak mau liat kamu babak belur.” Cicit Leviana cepat, ia tahu kalau Alendra tidak senang dengan ucapannya.

“Dirgoun nggak bakalan ngerusuh kalau nggak ada yang ngusik duluan. Aku nggak akan berantem kalau nggak ada yang mancing emosi aku. Jadi, maaf Na untuk yang satu itu aku nggak bisa turutin. Aku harap kamu bisa ngerti.”

“Dev, aku nggak bermaksud jadi cewek yang so ngatur. Aku Cuma khawatir sama kamu, wajar kan kalau aku khawatir sama pacar aku sendiri?”

Alendra tersenyum tipis, ada perasaan senang di dalam hati Alendra Ketika tahu Leviana mengkhawatirkannya.

“Makasih udah mau khawatir sama aku.” Alendra mengusap pipi Leviana menggunakan punggung tangannya. “Serasa jadi orang penting di hidup kamu deh.”

“Aku takut kalau kamu marah, Dev.”

Alendra terkekeh, “Sayang, aku kan manusia bukan setan. Ngapain kamu takut?”

“Isss aku serius!” geram Leviana memukul lengan tangan Alendra kesal.

“Aduh sakit sayang.” Ringis Alendra. “Ciee udah mau serius-serius aja, mau langsung ke KUA kah?”

“Apa sih, Dev!”

Alendra mengatupkan mulutnya rapat. “Kucing garang dasar!”

“Kamu manggil aku apa?!”

“Kucing garang!”

“Singa lembek!”

“Dasar mak-mak komplek tukang marah-marah!”

Leviana mengepalkan tangannya erat, sorot matanya berubah menjadi tajam. Dia marah. “DASAR DEVANO NYEBELIN!”

“Dih, cewek tukang marah-marah emang!”

Leviana bangkit dari duduknya “Kok malah nyolot sih?!”

Alendra ikut berdiri “Kamu juga nyolot!”

“Dahlah! Aku mau pulang!”

“Sana! Pulang sendiri sana!” ujar Alendra tak acuh.

“Cih! Dasar cowok nyebelin! Nggak pernah peka! Baru aja jadian beberapa jam lalu udah bikin orang naik darah!” dumel Leviana.

“Dasar KUCING GARANG.” Gumam Alendra.

Leviana membulatkan matanya “LO BILANG APA?!” teriak Leviana tak terima.

Alendra tersenyum lebar, “Ya gue bilang lo Kucing Garang.” Jawabnya tanpa dosa.

“Awas ya! Dasar pasar laknat!” Leviana berlari mengejar Alendra.

“Coba kejar! Kejar!” Alendra tertawa menolehkan kepalanya kebelakang sembari menjulurkan lidahnya meledek Leviana.

Leviana semakin mempercepat langkahnya dan berhasil. Leviana menarik lengan Alendra kemudian membanting tubuh cowok itu kelantai bersemen.

Napas keduanya tersengal-sengal. Leviana berada di atas tubuh Alendra masih dengan mencengkram lengan Alendra. Jarak wajah mereka hanya beberapa senti saja, hembusan napas keduanya saling menerpa wajah masing-masing.

“Sayang, padahal tadi cuman berjanda. Itu merupakan cara aku biar mencairkan suasana nya agar tidak canggung.” Alendra meraih tangan Leviana menjauhkan dari rambutnya. “Jangan marah-marah terus deh sayang.”

“Cih nyebelin.”

Cup

Gerakan spontan Alendra yang berusaha untuk bangkit malah membuatnya tanpa sengaja mendaratkan bibir cowok itu mengenai bibir Leviana selama beberapa detik. Alendra seperti orang bodoh, sementara Leviana mengerjapkan matanya berkali-kali.

“So… sorry, Na,” ujar Alendra gugup.

“Dev!” jerit Leviana. Ia bergerak bangun dari atas tubuh Alendra. Cewek itu berubah menjadi panik Ketika melihat Alendra yang diam saja sembari memegangi kepalanya.

“Dev, kamu kenapa?” tanya Leviana semakin panik melihat Alendra yang hanya terkekeh geli.

Alendra meraba kepalanya, semakin terasa pusing.
Gelap ….

Alendra memejamkan matanya dan tak sadarkan diri. Tidak ada yang tahu jika Alendra pingsan efek terlalu panik karena tak sengaja menodai bibir Leviana.

Sepolos itu kah Alendra, disaat cowok lain akan merasa senang dan merasa itu sebuah keberuntungan. Alendra malah pingsan begitu saja.

AlendraWhere stories live. Discover now