Naya menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Gadis itu menarik gagang pintu itu dengan hati-hati hingga tidak menimbulkan suara sama sekali.

“Gue bakal berusaha buat selalu ada disamping lo.”

Deg!

Kalimat itu membuat tubuh Naya seketika menegang. Tidak, sepertinya dia salah dengar tapi melihat keduanya yang sedang berpelukan membuat Naya yakin apa yang dia dengar memang benar. Naya perlahan melangkah mundur dengan pandangan yang masih menatap keduanya nanar.

“Naya?” gumam Icha yang tidak sengaja melihat kehadiran gadis itu.

Naya yang mendengar gumaman Icha langsung memutar tubuhnya dan berlari keluar dari rooftop. Sedangkan Bisma langsung melepaskan pelukannya.

“Naya? Mana?” tanya Bisma mencari keberadaan gadis itu.

“Dia udah pergi, kita harus jelasin semua ke Naya.”

Bisma menggeleng tegas. “Biarin, gue mau tahu reaksi dia.”

***

Bel pulang sekolah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Namun bukannya pulang ke rumah masing-masing, Bisma dkk justru memilih untuk bermain basket.

Sesampainya dilapangan basket Bisma langsung melempar tasnya ke tepi lapangan dan membuka seragamnya sehingga menyisikan kaos hitam polos yang memperlihatkan otot lengannya. Otot-otot lengan Bisma membuat para siswi yang melihatnya langsung gagal fokus. Bahkan ada satu siswa yang menabrak tempat sampah karena ulah cowok itu.

“Anjir, mata gue gak suci lagi,” celetuk Tio sambil mengusap matanya yang baru saja melihat badan Bisma.

“Halah, biasa nontonin gituan aja, sok suci lo.” Adit memukul mata Tio keras.

“Bangsat! Sakit tolol!”

“Lemah!”

“Kalau pamer badan jangan disini, kasian noh bocah ampe nabrak tong sampah,” ujar Adit sambil menunjuk gadis yang sedang tersungkur ditanah.

Bisma sama sekali tidak menanggapi perkataan Adit. Dia malah menyugarkan rambutnya ke belakang lalu menghampiri Bimo yang sedang sibuk mendribble bola.

“Bis, woi sini!” Tio menggerakan tangannya meminta Bisma agar mendekat ke arahnya.

“Apaan?” sahut Bisma malas. Cowok itu masih sibuk dengan bola basketnya.

“Sini gue bilangin buruan!”

Bisma mendekat ke arah Tio. “Apaan dah?”

“Noh lihat.” Tio menunjuk ke arah parkiran motor yang berada tidak jauh dari lapangan basket.

“Naya sama anak baru itu,” lanjut Tio.

Bisma mengikuti arah tunjuk Tio. Ia memicingkan matanya guna memfokuskan pengelihatannya. Cowok itu mengeraskan rahangnya ketika melihat Naya sedang bersama dengan Dion. Namun sedetik kemudian ia menggedikkan bahunya acuh.

“Bodo amat.”

“Wihh, bisa bodoamatan lo?” ledek Tio sembari menaikkan salah satu alisnya.

“Bacot!” cibir Bisma kemudian berlari ke tepi lapangan.

Bibirnya memang mengatakan jika dirinya bodoamat tapi matanya terus saja tertuju pada Naya. Bisma menatap sendu gadis itu yang kini tengah membonceng Dion. Dulu, dirinya pernah berada diposisi Dion tapi sepertinya sekarang Bisma sudah tidak punya kesempatan untuk bersama Naya lagi.

“Lo kalau masih cinta tuh diperjuangin.” Bimo duduk disampig Bisma seraya mengusap dahinya dengan handuk kecil.

Bisma menoleh pada Bimo. “Sok tahu lo, gue udah gak suka sama dia.”

“Cuma pengecut doang yang gak berani ngungkapin perasaannya.”

“Gue udah ungkapin semua ke dia, tapi lo tahu? Dia Cuma anggep omongan gue itu angin lalu.” Bisma mengeraskan rahangnya hingga urat lehernya tercetak jelas.

“Terus lo mau nyerah gitu aja? Apa gunanya lo berjuang kalau ujungnya nyerah?”

“Dia gak ngehargain perjuangan gue terus buat apa gue bertahan?!”

“Itu resiko karena dia salah paham sama kejadian beberapa bulan lalu, gue tahu dan gue percaya lo gak ngelakuin hal murah kaya gitu tapi Naya cewek, dia pasti overthinking. Percaya sama gue, Naya sebenarnya ragu kalau lo selingkuh, sekarang tinggal tugas lo buat cari semua bukti, yakinin Naya kalau lo emang ga salah, buat dia bisa ngehargain lo. Lo harus gercep, banyak yang mau deketin Naya dan ada yang mau bikin hubungan kalian rusak, bahkan lebih rusak dari sekarang.” Jelas Bimo diakhiri dengan senyum penuh arti.

“Ma—“

“Bisma woi, dicariin Icha nih!” teriak Tio sambil merangkul Icha yang berada disebelahnya.

“Lo deket sama Icha?” tanya Bimo memicingkan matanya.

“Gue gak bisa jawab sekarang, gue samperin dia dulu.” Setelah mengatakan itu Bisma beranjak menuju tempat dimana Icha menunggunya.

“Kenapa?” tanyanya ketika sudah dihadapan Icha.

“Loh? Bukannya lo ngajak balik bareng?”

Bisma mengerutkan keningnya.”Emang iya?”

“Lo lupa? Tadi waktu dikantin lo ngajak gue balik bareng.”

Sialan, gue lupa," batin Bisma.

“Lo bisa balik sendiri gak?” tanya Bisma merasa tidak enak.

“Bisa sih, Cuma gue gak bawa mobil…. Tapi gak papa deh gue naik angkotan umum aja,” ujar Icha kemudian tersenyum kecut.

“Lo yakin?”

Icha mengangguk dua kali. “Yakin…”

Bisma seolah ingat sesuatu yang membuatnya langsung menatap Icha. “Biar gue anter aja, gue ambil tas dulu.”

---TBC❤---

Jangan lupa buat vote dan komen ya, hihihi.  See u next chap👏

Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now