"Mulai besok kamu gak boleh pergi sendirian!" ucap Gevan sarat dengan perintah itu.

Aurel yang mendengar hal itu pun ingin mengajukan protes namun tak jadi ketika mendengar lanjutan kalimat yang Gevan ucapkan.

"Kalo kamu bantah! Aku gak segan-segan rantai kamu di kamar," ucap Gevan.

Aurel tentu sadar Gevan tak pernah main-main dengan ucapannya. Dengan sangat terpaksa dan tak ingin Gevan tambah marah Aurel mengangguk mengiyakan ucapan Gevan.

Gevan pun tersenyum tipis melihat anggukan Aurel, dia menurunkan tudung hoodie Aurel untuk melihat dengan jelas luka lebam Aurel.

Gevan menatap sedih luka lebam yang terlihat cukup parah terlihat jelas di pipi Aurel yang putih.

"Aku gak becus jagain kamu, Rel! Udah beberapa kali kamu luka kayak gini, padahal yang anak geng itu aku tapi yang sering luka itu kamu," ucap Gevan serius dengan wajah yang terlihat sedih.

Aurel yang melihat raut Gevan yang sedih melihatnya terluka pun tak tega, meski yang terluka dirinya tapi yang paling sakit adalah Gevan. Gevan merasa tak becus menjaga dirinya padahal semua ini adalah salahnya.

Kedua tangan Aurel terangkat menangkup pipi Gevan, dia menatap tepat di kedua mata tajam Gevan yang tak memandang ke arah Aurel.

"Hei, Liat Aurel! Deka gak pernah gagal buat jadi pelindung Aurel, ini semua karena ulah Aurel sendiri yang nakal gak pernah dengerin ucapan Deka! You are the best thing I have ever had," ucap Aurel dengan lembut sambil menatap Gevan sungguh-sungguh.

Gevan yang mendengar perkataan Aurel pun tak kuasa menahan senyum, dia merentangkan lengannya untuk memeluk tunangannya itu. Aurel dengan cepat masuk ke dalam pelukan hangat Gevan.

Gevan mengelus punggung Aurel sambil mengecup pucuk kepala Aurel lalu berbisik, "Kamu tahu Rel? Aku kembali jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada orang yang sama, yaitu kamu."

***

Gevan mengelus punggung Aurel yang sudah tertidur dengan lelap di pelukannya, saat ini mereka berdua telah tidur di atas ranjang.

Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian Gevan melepaskan pelukannya pada tubuh Aurel. Dia berhenti bergerak ketika melihat Aurel yang sedikit terusik akibat gerakannya.

Setelah merasa Aurel kembali terlelap, Gevan bergerak untuk turun dari ranjang. Dia merapikan rambut Aurel yang sedikit menutupi wajah cantik Aurel, matanya kembali menatap ke arah pipi lebam Aurel yang sudah dia obati tadi.

Amarah yang tadi sirna kini kembali mencuat, dia harus membalas lima cowok yang telah menggoda Aurel terlebih membuat pujaan hatinya itu terluka.

Gevan maju lalu menunduk untuk mencium dahi Aurel.

Cup.

"Tidur yang nyenyak, sayangnya Deka," bisik Gevan lalu menegakkan tubuhnya, dia menarik selimut sebatas dada agar Aurel tak kedinginan.

Setelah merasa Aurel sudah tidur terlelap, Gevan dengan perlahan menutup pintu kamar Aurel.

Raut wajahnya kembali datar dan dingin, Gevan berjalan dengan tergesa-gesa menuruni tangga.

Sesampainya di motornya, Gevan segera memakai helm lalu bergegas menaiki motornya lalu menyalakan dan mengendarainya.

Satpam yang berjaga pun segera membuka gerbang untuk orang yang sudah ia anggap sebagai majikannya itu.

Gevan mengendarai motornya keluar dari kompleks perumahan hingga matanya menangkap lima cowok yang duduk di emperan ruko.

Gevan menyeringai tipis, dengan lihat ia mengendarai motornya ke arah lima cowok itu.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Where stories live. Discover now