Aurel menuruti kemauan Gevan, dia mencondongkan badannya ke arah Gevan.

"Apa?" Tanya Aurel sambil mengangkat dagunya.

Tapi Gevan tetap tak bicara, dia kembali melambaikan tangannya menyuruh Aurel mendekat lagi.

Aurel yang kesal dengan tingkah Gevan pun tetap menuruti kemauan tunangannya itu. Dia kembali mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya dan wajah Aurel hanya berjarak sejengkal.

"Apa sih Ka?!" Tanya Aurel tak bisa menahan kekesalannya.

Cup.

Mulut Aurel tertutup rapat ketika merasakan pipi kirinya yang terkena tamparan tadi dikecup lembut oleh Gevan.

Gevan sedikit menjauhkan bibirnya tetapi wajahnya masih dekat dengan Aurel lalu tersenyum tipis pada Aurel.

Gevan dapat melihat wajah Aurel dengan jelas dia maju ke samping wajah Aurel lalu berbisik pelan, "Udah aku kasih obat, pasti kamu langsung sembuh."

"Ehm, kalian masih di kantin kalo kalian lupa."

Suara Raddit yang terdengar membuat suasana romantis yang diciptakan Gevan rusak seketika.

Para siswa yang melihat tontonan gratis yang bikin baper itu pun mendesah kecewa.

Gevan mendecih dia mengecup pipi Aurel lagi lalu menegakkan tubuhnya. Dia menatap ke arah Raddit yang berdiri tak jauh darinya sedang bersedekap dada sambil menyenderkan tubuhnya di tembok belakangnya.

"Ganggu aja lo kutu buku," ucap Gevan sebal.

Raddit yang dikatai Gevan hanya mengendikkan bahunya acuh tak merasa bersalah sedikitpun.

"Ada yang mau gue bicarain sama lo," ucap Raddit serius setelah mendapatkan atensi Gevan.

Gevan yang mendengar ucapan Raddit yang serius pun mengangguk. Dia menoleh ke arah Aurel lalu berkata, "Aku tinggal dulu ya, kamu sama temen kamu itu,"

Aurel mengangguk kaku karena dirinya masih menenangkan degup jantungnya yang masih berdetak kencang akibat ulah Gevan. Gevan yang melihat tingkah Aurel mengangkat tangannya lalu menepuk lembut puncak kepala Aurel tiga kali.

"Aku pergi," ucap Gevan lalu pergi diikuti oleh Raddit.

"Jantung masih aman gak tuh," ejek Lita melihat adegan romantis yang dipertontonkan secara gratis oleh Gevan dan Aurel.

"Bacot lo, Ta." umpat Aurel.

***

Gevan berjalan menuju atap sekolah tempat yang dulu ia gunakan saat membolos bersama Aurel. Rambut silvernya bergerak tertiup angin membuat Gevan memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Raddit berjalan mendekati Gevan, kini mereka berdua berdiri di dekat tralis besi yang sengaja di pasang di setiap sisi atap sekolah. Raddit mengambil sebungkus rokok dan korek api gas, ia mengambil satu batang lalu menaruhnya di bibir. Dia menyalakan korek ke ujung rokok dengan tangan yang satunya menutupi nyala rokok agar tak mati terkena sapuan angin.

Raddit menghirup rokoknya lalu mengeluarkan asap dari mulutnya ke udara. Tangan Raddit mengambil bungkus rokok yang masih tersisa setengahnya  itu lalu mengulurkan ke arah Gevan, menawarinya.

Gevan dengan cepat mengambil satu batang rokok milik Raddit, dengan cepat dia menyalakan rokoknya.

"Gue mau ngomong tentang Jervanos," ucap Raddit mengawali pembicaraan mereka.

Gevan yang mendengar perkataan Raddit pun mengerti arah pembicaraan mereka, "Maksud lo apa?"

"Lo tahu sendiri Jervanos itu bukan cuma sekedar pertemanan kita berenam, kita juga udah biasa sama tawuran ataupun balapan. Dan yang pasti kita juga punya banyak musuh meskipun gue akui lo pasti gak terkalahkan tapi berita tentang keburukan Dion pasti udah di denger sama musuh kita. Mereka pasti merasa jika geng kita udah tak sekuat dulu dan mereka pasti memanfaatkan situasi ini untuk melawan kita," ucap Raddit sambil memperhatikan kedua jarinya yang mengapit rokok.

Gevan mengerti apa yang dimaksud oleh Raddit, "Terus?"

"Gue cuma sedikit khawatir aja sama Dion, dia sekarang terlihat berbeda setelah melihat perubahan Aurel. Lo tahu sendiri gue bukan gak suka sama Dion karena dia jadi ketua tapi gue cuma takut sama sikap dia. Bukan rahasia lagi kan kalo Dion itu sikapnya tempramental, gue kasih tahu lo dulu karena gue gak mau kalo Dion tahu itu malah dia bertindak gegabah," ucap Raddit.

"Lo mau jadi ketua?" Tanya Gevan membuat Raddit sedikit kaget namun dengan cepat ia tutupi.

Raddit menatap Gevan yang menatap lurus ke depan tak menatapnya. Raddit tahu jika dia menjawab ia maka Gevan pasti memberikan jabatan itu padanya, ya semudah itu karena Gevan adalah pendirinya. Dan semua perkataannya pasti akan dipatuhi oleh yang lainnya. Sebesar itu pengaruh Gevan, meski dia tak begitu mengetahui latar belakang Gevan. Tapi ia yakin latar belakang Gevan tak kalah mencengangkannya.

Pernah Raddit bertanya kenapa bukan dia yang menjadi ketua, dan jawaban Gevan adalah kenapa harus jadi ketua jika tanpa itu gue bisa ngendaliin semuanya.

"Gue gak mau pertemanan kita rusak cuma masalah sepele," jawab Raddit sok bijak.

Gevan yang mendengar perkataan Raddit terkekeh pelan, "Tapi lo bikin geng kita perlahan hancur dengan ucapan sok bijak lo itu."

Raddit mengirup rokoknya kembali lalu berkata, "Geng kita gak akan hancur selama ada lo. Lo pengendali semua ini, Gev!"

Gevan hanya menyeringai tipis menjawab perkataan Raddit.

"Gue yang urus semua musuh itu, lo tenang aja Dit."

***


Jihan menatap cermin kamar mandi sekolah dengan tajam, matanya melihat penampilannya yang begitu berantakan dengan kedua matanya sembab lalu pipi kirinya yang bengkak dan terlihat bekas telapak tangan.

Apalagi melihat sudut bibirnya yang sobek karena tamparan kuat Gevan dan perban yang masih membalut luka dahinya. Luka akibat ulahnya pun belum sembuh benar dan sekarang malah bertambah.

Kedua tangannya yang ada di kedua sisi wastafel mencengkram erat, matanya berkobar penuh amarah.

Masih lekat di ingatannya Dion yang memutuskan hubungan mereka, padahal dirinya begitu mencintai Dion.

Dirinya telah menunggu saat-saat dimana dirinya bisa menjadi pendamping dari ketua geng Jervanos itu namun baru beberapa saat dia menikmatinya semua itu hancur tak bersisa.

Dan semua ini adalah salah Aurel.

Jika tidak ada Aurel mungkin saat ini dia dan Dion masih bersama.

"Tunggu pembalasan gue, Aurel," ucap Jihan dengan gigi gemeletuk menahan marah.

°

°

°

°

°

°
Bersambung

Jihan gak kapok gaes😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihan gak kapok gaes😌

Lumayan juga yang pengen ikut masuk gc jadi aku bakal bikin gc, tapi gak dalam waktu dekat ini sih. Intinya entar aku kabarin kalo udah ada grupnya.

Jangan lupa vote, komen dan follow teman-teman! Terus masukin cerita ini ke reading list kalian atau bisa share cerita ini ke temen-temen kalian biar banyak yang baca hehe..

Jan siders😈

Sekian dulu yaa

Sampai jumpa di part selanjutnya

Bye

~14 Oktober 2021

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang