prolog?

324 25 77
                                    

Cup

Satu kecupan mendarat dipipi gembul seorang anak perempuan

" terima kasih bunda, ayah, udah mau mengantar aku"
Ucap seorang anak kecil berusia kurang lebih 6 tahun dengan rambut yang terkuncir dua dan tak lupa senyum manis nya. 

Pria bertubuh besar mengusap rambut sang anak lalu berkata " sama sama sayang, lagi pula ini sudah kewajiban bunda dan ayah " dengan tersenyum manis kepada sang anak

"Benar itu, sekarang ayo masuk kelas sudah mau bel tuh, bunda dan ayah tunggu disana ya?" Ucap wanita yang tak lain ibu dari anak gadis tersebut.

Disisi lain ada seorang anak kecil didalam kelas yang memperhatikan adengan keluarga harmonis itu dengan tersenyum miris.
                                     


####

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi Aurora, bahu nya bergetar tangan nya pun juga, sekujur tubuhnya bergetar, tangan kanan nya memegangi tamparan dari seorang wanita paruh baya

"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL, SUDAH SAYA BILANG BERAPA KALI JANGAN SENTUH VAS BUNGA SAYA" Tegas wanita paruh baya itu yang tak lain ibu dari Aurora

Lidah Aurora terasa keluh, ia tak berani menatap ibunya ia juga tak berani membantah, ia takut.

"M - maaf ma, tadi Aura gak sengaja ...hiks" Dengan tubuh yang bergetar ia mencoba menjawab perkataan Wanita paruh baya itu

"MAAF, MAAF, KAMU PIKIR DENGAN CARA KAMU MEMINTA MAAF VAS BUNGA SAYA BISA KEMBALI?" Tegas nya, oh ayo lah itu hanya vas bunga bukan?

"MASUK KAMAR SEKARANG, TIDAK ADA KELUAR  SELAMA 1 MINGGU, KECUALI SEKOLAH DAN LES!" Dengan nada tinggi, tangannya menunjuk sebuah kamar kosong.

 Aurora segera berlari menujur kamar kosong yang ditunjuk sang ibu,

"hiks.. i - ini sakit"  keluh nya, air matanya lolos tanpa izin membasahi pipi nya yang sudah memerah

"Tuhan, ini sakit.." 

"Kapan ini berakhir Tuhan?"

Aurora duduk dipojok, memeluk kedua lututnya,menggelamkan kepala di lipatan tangan.

Lelah menangis, ia tertidur dikamar kosong yang penuh debu itu, sesekali Aurora batuk - batuk karena debu yang ada di kamar itu.


****

"KARAA"  sebal Aurora, mencubit lengan anak Lelaki yang ia panggil dengan sebutan 'KARA'

"Sshh, sakit tauu" ringisan Anak lelaki yang disebut Kara, Aurora memajukan bibirnya dengan muka sebal dia berdiri dari tempat duduk nya dan pergi menuju ayunan  yang berada didekatnya,kini mereka sedang berada di taman komplek rumah.

Reja terkekeh gemas, menurutnya Aurora itu sangat lah mengemaskan, ingin sekali ia makan pipi gembul milik Aurora.

"Rora, aku suka kamu"  Senyum manis, Reja berjalan menuju Aurora, mendengar perkataan Reja, Aurora tersenyum manis, matanya menyipit.

"Roraa  jugaa suka Karaa, xixii" jawab Aurora, dengan senyum yang masih bertahan di muka nya.

Kara adalah nama kesayangan dari Aurora, terkadang Eja terkadang Kara.

Kara : Margaskara

" janji ya kita harus bareng bareng terus!"  

"Janji"

Reja dan Aurora tertawa, mereka melanjutkan bermain ditaman hingga sore hari.

****

2 tahun kemudian

kini Reja dan Aurora sudah kelas 2 sd

"Huaaa.. Karaa..tolongin Roraa.." tangis Aurora, ia memeluk kedua lututnya, kedua bahu nya terlihat bergetar

"CENGENG BANGET SIH, WUUU"

"CENGENG BANGETT"

"BARU DITAMPAR AJA UDAH NANGIS, CEMEN BANGETTT WUU"

Tadi Aurora tidak sengaja menabrak Cia, salah satu teman sekelasnya hingga terjatuh, merasa tidak terima ditabrak, Aurora ditampar oleh Cia.

Aksi itu banyak mengundang teman teman yang lainnya, alhasil mereka mentertawai Aurora yang menangis dan memanggil manggil nama "KARA"

"KALIAN JAHAT BANGET" teriak Aurora dengan isakan kecil, matanya menatap lekat teman teman sekelasnya yang masih menertawainya.

"BUKANNYA KAMU YA YANG JAHAT, NABRAK CIA SAMPE JATUH LAGI."

"TAU TUH, GAK SADAR DIRI BANGETT"

"UDAH JAHAT, CAPER LAGI SAMA REJA"

Aurora kembali menangis, menggelamkan kepalanya dilipatan tangan.

Mereka kembali tertawa, ada yang kembali menghina, bahkan ada yang mendekat ke arah Aurora dan menendang nendang pelan tubuh Aurora.

"HEY KALIAN ITU APAAN APAAN SIH?!" Kesal seorang anak lelaki, menerobos kerumunan

"Roraa, ayo bangun" Reja menjulurkan tangannya, Aurora mengangkat kepalanya menatap Reja, kemudian ia menerima uluran tangan Reja.

"Karaa..mereka jahat" Aurora memercutkan bibirnya, matanya berkaca kaca, Reja menarik tangan Aurora untuk masuk kedalam dekapannya

"Hey, its oke,i'm here for you. Sorry ya aku telat dateng" mengelus rambut panjang Aurora dengan kasih sayang.

"KALIAN ITU PUNYA HATI GAK SIH?! ADA ORANG DIBULLY ITU DIBANTU, BUKAN MALAH MENERTAWAI" Nafasnya naik turun, emosi.

Semua teman sekelas nya menatap aneh kearah mereka, mereka saling tatap secara bergantian, lalu mereka memutuskan untuk bubar. Kalau Reja sudah datang, dan marah, maka mereka akan pergi, mereka takut.

Reja melepaskan pelukannya, lalu menarik pelan tangan Aurora untuk duduk dibangku

Tangan Reja bergerak menghapus air mata yang mengalir dipipi Aurora, ia memajukan wajahnya, mengecup pipi Aurora. Lalu mengusap pipi Aurora.

"Heyy, dont cry Roraa" Ucap Reja dengan suara rendah, mencoba untuk menenangi.

"M..mereka jahat Karaa, aku gak suka mereka" adu Aurora, ia menatap kedua mata Reja, bibirnya melengkung kebawah, keduda matanya basah dan menjadi sipit.

Reja terkekeh kecil melihat wajah gemas Aurora, lalu mendorong kepala Aurora untuk bersandar didadanya, mengusap lembut rambut Aurora.

****


AURORA -  sesuram suramnya hidup, semenyakitkan hidup Aurora, selagi ada Kara dan ayah disamping Aurora, kehidup Aurora bakal happy dan baik baik ajaa!

Cerita pertama, jika ada kesalahan mohon berkomentar, terima kasih.

Jangan lupa ☆


AURORA || on goingWhere stories live. Discover now