LATIHAN FISIK

67 13 0
                                    

Hari minggu pagi, Lia benar-benar sedang menjalani latihan fisik untuk persiapan PORPROV. Mulai dari jogging mengelilingi GOR selama dua puluh menit, lari sprint, shuttle run, push up, sit up, dan back up. Latihan fisik ini bertujuan meningkatkan kemampuan kerja organ tubuh supaya memudahkan upaya pembinaan dan peningkatan semua aspek pelatihan pada tahap berikutnya.

Enam belas menit waktu berlalu, Lia masih bersusah payah menyelesaikan jatah jogging yang diberikan pelatih, kecepatan larinya terlihat menurun. Melihat Lia yang kesusahan melangkahkan kaki untuk berlari, Una dari belakang mendorong punggung Lia untuk memberikan semangat.

"Jangan berhenti, Lia. Empat menit lagi, tahan! Kamu pasti bisa!"

Lia hanya mengangguk karena pergerakan napasnya cepat sekali, ia sudah tak mampu mengeluarkan sepatah katapun untuk membalas Una.

Batin Lia, "Ayok, Lia! Jangan mlempem! Inget lagi kamu berjuang untuk apa, capek ini cuma sebentar, PAKSA! PAKSA! NGGAK MAU NYESEL KAN?"

Setelah membangkitkan motivasi untuk diri sendiri, Lia mulai menguatkan kakinya untuk terus berlari, menambah kecepatannya sedikit demi sedikit. Una yang menyadari bahwa Lia sudah berlari dengan kecepatan yang seharusnya tampak tersenyum tipis dan berlari mendahului Lia sembari mengacungkan jempol.

Berhubung waktu tinggal empat menit lagi, Una menambah lagi kecepatan larinya untuk memaksakan diri supaya daya tahan tubuhnya bisa lebih baik. Sedangkan Lia, tidak bisa melakukan lebih jauh lagi, batas kemampuan kecepatan berlarinya tak bisa ditambah lagi. Menurut Lia, kemampuan manusia itu berbeda-beda dan berada di kecepatan normal saja sudah bagus.

Di saat pelatih meniup peluit, seluruh anak-anak taekwondo yang mengikuti latihan fisik hari ini menghentikan aktivitas jogging-nya. Mereka tampak berjalan santai sambil mengatur napas. Seperti biasa, wajah Lia sudah tampak seperti kepiting rebus, memerah karena lelah berlari.

Una menyamakan langkahnya dengan Lia.

"Lia, dapet salam dari Bang Elang, fighting katanya. Terus, katanya lagi, kalo kamu berhasil ngelewatin hari pertama latihan fisik ini, kamu bakal dapet hadiah."

"Hadiah?" Lia menoleh pada Una dengan raut wajah yang bingung.

"Pulang latihan nanti kamu bakal ngeliat laki-laki yang ketampanannya setara dengan Justin Bieber."

Lia tahu persis apa maksud dari perkataan Una.

"Kamu tau sendirilah Abangku narsisnya kayak apa, Lia. Mudah-mudahan kamu nggak eneg, aku tiap hari ngadepin dia udah mau muntah terus." Una memutar kedua bolanya dengan malas.

"Hu um, I know." Lia tersenyum, di saat seperti ini, bayang-bayang Elang masih jelas di kepala Lia. Bahkan sempat-sempatnya menyampaikan kalimat penyemangat lewat perantara Una, padahal bisa saja ia mengirim pesan lewat whatsapp. Tapi, bagi Elang, itu sudah terlalu biasa. Untuk Lia, harus sesuatu yang berbeda.

Lia, Una dan anak-anak yang lain mengambil botol air minum yang sudah mereka bawa dari rumah. Mereka diberi waktu selama dua menit untuk beristirahat menjelang masuk ke sesi latihan berikutnya, yakni latihan kecepatan. Masih ada 5 item lagi yang harus mereka selesaikan hari ini.

Masuk ke sesi lari sprint. Pelatih sudah siap memegang stopwatch. Lintasan lari sepanjang 50 meter itu hanya boleh diisi oleh dua orang saja untuk memberi waktu istirahat bagi yang lain. Lia dan Una memutuskan untuk bersaing dalam lari sprint kali ini.

Kalau biasanya start yang digunakan untuk lari sprint adalah start jongkok, namun kali ini agak sedikit berbeda, mereka memakai start berdiri atas perintah pelatih dan jarak tempuhnya pun tidak sepanjang lari sprint sungguhan. Lia dan Una terlihat sudah fokus di belakang garis start.

Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Where stories live. Discover now